51. Pernyataan Rasa

49 7 4
                                        

Rosa tak henti menitikkan air mata, kala ia dan Lembayung baru saja tiba di rumah. Lembayung hanya diam saja menyaksikan sang ibu menumpahkan segala rasa sedih itu, yang Lembayung tidak tahu, apa penyebab rasa sedih itu, bagaimana menyakitkan dan berbentuk seperti apa rasa sedih itu.

"Ibu mohon sama kamu, nak, jangan temui Mehregan apalagi kakaknya, jangan, nak...." Napas Rosa tercekat mengatakan hal itu kepada Lembayung.

"Tapi...kenapa , Bu? Mereka orang yang baik," kata Lembayung.

Rosa bangkit berdiri. "Kalau ibu bilang jangan, yah jangan! Ibu tidak mau kakaknya Mehregan nyakitin kamu!"

"Kok ibu bilang begitu?"

"Jangan tanya apapun sama ibu! Masuk kamar kamu, sekarang!"

Untuk pertama kalinya, Rosa membentaknya. Gadis itu mulai melangkah lunglai memasuki kamarnya.

***





Kepala Lembayung menunduk dalam kala ketiga sahabatnya memberi pertanyaan yang sama. Pertanyaan, tentang kejadian yang terjadi semalam.

"Gue sama sekali belum tau, apa sebab ibu langsung nyeret gue keluar dari rumah Ibu Nia kemarin malam."

Koko meringis. "Lo aja bingung, apalagi gue. Situasi yang sekarang lo hadapi, sangat sulit."

Kepala Lembayung mengangguk. "Lo bener, Ko. Semalam pas mau nanya sama ibu, gue malah dibentak. Bahkan, ibu minta gue buat ngejauhin Mehregan dan Ibu Nia. Jadi, gue harus patuh."

Menghembuskan napas panjang, Lembayung menatap ketiga sahabatnya secara bergantian. "Gue minta tolong sama kalian, kasih tau sama Ibu Nia, kalau gue memundurkan diri dari kerjaan gue."

"Lah, kenapa?", pekik Kenny sangat terkejut.

"Ibu nggak mau gue berurusan dengan Mehregan, apalagi sama Ibu Nia. Gue cuma mau patuh sama perintah ibu gue. Gue tau alasannya apa enggak, yang jelas gue cuma mau patuh sama ibu."

Aldo mengusap wajah dengan gerakan kasar. "Serius, masalah kalian itu perlu dipecahin secepatnya. Lo tau, nggak, kemarin malam, pas lo sama ibu lo keluar rumah, Ibu bos histeris banget. Sampai hampir pingsan gitu. Apa salah kalau gue mikir....Ibu lo sama Ibu bos udah kenal sebelumnya?"

Tubuh Lembayung menegak, ia menatap Aldo dengan pandangan serius. Pada akhirnya, ia ingin cari tahu, apa yang sebenarnya terjadi.

"Gue mau balik ke kelas."

Gadis itu bangkit berdiri, meninggalkan ketiga sahabatnya dengan perasaan bingung.

Langkah Lembayung mengayun cepat, ia meremas jari jemarinya dengan takut.

"Lembayung!"

Gadis itu menghentikan langkah, saat Mehregan berdiri menghalau jalannya.

Sontak Lembayung menundukkan kepala, enggan menatap mata Mehregan secara langsung.

"Gue mau ngomong sama lo, Lembayung."

Jantung Lembayung serasa mau copot rasanya, napasnya memburu. "Gue...nggak bisa. Gue harus ke kelas."

Lembayung kembali melangkah, tapi Mehregan kembali menghalaunya. Lembayung melangkah ke kanan, Mehregan menghalaunya. Lembayung melangkah ke kiri, Mehregan Lagi-lagi menghadangnya.

"Gue mohon, biarin gue pergi."

Suara Lembayung yang terdengar lirih, berhasil membuat Mehregan mengalah. Walau berat hati, pemuda itu menyingkir, tak lagi menghalangi jalan Lembayung.

***

Lembayung dirundung panik, kala ia melihat Mehregan menunggu di depan kelasnya. Tangannya gemetar, ia ingin segera keluar tanpa diketahui pemuda itu.

WonderloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang