14. Perundungan Alisa

37 7 2
                                    




"Ngapain juga si Alisa perlu ke kelasnya si kak Regan?", kata Tyas nampak sebal.

"Ya udah, sih. Namanya juga naksir, lo kok malah repot sendiri," balas Meitha santai.

Tyas malah mendengus. Tingkah Tyas yang seperti itu membuat Lembayung makin curiga saja. Memangnya apa yang terjadi diantara Mehregan dan Tyas?

Disisi lain Lembayung malah merasa cemas. Perasaannya tiba-tiba saja tidak enak saat ia kembali mengingat tentang Alisa yang pergi ke kelas Mehregan seorang diri.

Gadis itu tanpa sadar bangkit berdiri. Membuat Tyas dan Meitha melongo dibuatnya. "Lo kenapa?", tanya Meitha.

Lembayung nampak gelisah. "Gue mau pergi sebentar, mau susulin Alisa."

Tyas mengerutkan kening. "Nah, loh? Kenapa? Bukannya lo bisa ikut yah tadi?"

"Iya, tapi perasaan gue kok nggak enak? Gue susulin Alisa dulu," kata Lembayung lalu berlalu keluar kelas.

Meitha dan Tyas akhirnya saling bertatapan. "Aneh," gumam kedua gadis itu bersamaan dengan wajah bingung.

***

"Kak!"

Fery sedikit tersentak saat suara Lembayung berhasil mengagetkannya.

"Ish! Bisa pelan-pelan nggak sih manggilnya? Kan gue kaget," omel Fery memperbaiki posisi kacamatanya. Matanya memelototi Lembayung.

"Maaf, kak. Gue cuma mau nyari Alisa. Lo liat dia, nggak?", tanya Lembayung.

Fery menggelengkan kepala. "Gue nggak liat dia. Emangnya kenapa?"

"Katanya, Alisa mau ketemu Regan disini. Tapi kok dia nggak ada, yah?"

Fery tersenyum sendiri. "Lo mah nggak tau aja kalau orang lagi kasmaran. Palingan mereka lagi jalan berdua."

Untuk sesaat Lembayung merasa tenang dan membenarkan jawaban yang Fery berikan. Tetapi, semakin kesini dia malah makin khawatir.

"Kak, lo mau temenin gue nggak nyari Alisa?", ujar Lembayung dengan wajah memelas.

Fery hanya bisa melongo. Walau pada akhirnya pemuda berkacamata itu menghembuskan napas pasrah dan mau menemani Lembayung mencari Alisa.

Akhirnya, mereka berjalan dan menanyakan keberadaan Alisa pada beberapa siswa yang berpapasan dengan mereka.

"Lo terlalu parno, sih! Lo pikir Alisa bisa diapain selama di lingkungan sekolah?", oceh Fery. Lembayung mengedarkan pandangannya. "Itulah masalahnya, kak. Apapun bisa terjadi, dan sekarang nggak kenal tempat orang mau ngelakuin hal yang nggak bener."

Fery mau membalas perkataan Lembayung, tapi setelah dipikirkan ucapan Lembayung memang benar.

Keduanya terus mencari Alisa di segala tempat. Tapi hasilnya tetap nihil.

"Kita udah ke kantin, ke tiap kelas, ke koperasi, ke taman belakang, terus kita mau kemana lagi? Gue capek, gue haus, gue mau minum," keluh Fery. Lembayung tak enak hati dibuatnya, setelahnya gadis itu kembali masuk ke dalam kantin dan membelikan sebotol air mineral dingin.

"Minum aja, kak. Tapi bantuin gue cari Alisa lagi. Serius, perasaan gue nggak enak," kata Lembayung dengan napas terengah.

Kepala Fery mengangguk paruh. "Ayo! Kita cek dulu aja di toilet," kata Fery.

Senyum Lembayung hadir, ia menjentikkan jari. "Lo bener, kak. Ayo kita ke toilet!"

Keduanya segera melesat menuju ke tiap toilet yang ada di sekolah.

WonderloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang