18. Keinginan Berhenti Sekolah

45 6 4
                                    



"APA-APAAN KALIAN INI?!"

Semua siswa terkesiap saat ini kepala sekolah dan ibu Ana.

"Keterlaluan kalian! Ibu Ana, ajak mereka semua menghadap ke ruangan saya!" Ibu kepala sekolah beranjak dengan raut marah.

"Kalian, ikut sama saya!"

Ibu Ana menatap tajam siswa yang ada dihadapannya. Setelahnya wanita itu berbalik badan dan diikuti siswa yang lain.

Disana, Lembayung jatuh terduduk dengan pandangan kosong. Meitha yang sejak tadi menangis segera berlari menghampiri Lembayung. "Bayung, ayo! Kita ke toilet!"
Meitha dan Tyas membantu Lembayung untuk bangkit berdiri.

Ketiga gadis itu menjadi pusat perhatian semua orang. Terlebih lagi Lembayung, bahkan hinaan pun sudah terlontar dari sana sini.

"Eh, si copet basah, tuh!"

"Heran gue kenapa bisa sekolah disini. Apa...dia nyopet buat biaya sekolahnya?"

"Banyak uang, dong? Kan nyopet!"

"Kenapa nggak dipenjara aja sekalian?"

Baik Meitha maupun Tyas ikut sakit hati mendengar ujaran itu.

Ditambah lagi, pikiran Meitha kembali melayang melihat sikap Alisa pada Lembayung tadi pagi. Apakah Alisa tidak sadar sama sekali dengan pengorbanan Lembayung agar Jovita tak lagi mengganggunya?

Langkah Lembayung terhenti, gadis itu berbalik badan dan melangkah cepat meninggalkan Meitha dan Tyas.

***

"Kenapa lo harus repot-repot bantuin Lembayung, Lex?", tanya Mehregan dengan raut wajah serius.

Alex menatap Mehregan dengan sorot datar. Sekarang hanya ada mereka berdua. Panji dan Fery ke kantin untuk membeli camilan.

"Gue rasa bantuin dia juga nggak buat gue rugi. Dapat pahala, malah." Jawaban sesederhana itu yang bisa Alex berikan.

Dengusan kasar keluar dari mulut Mehregan. "Jawaban lo nggak sepenuhnya menjawab pertanyaan gue."

"Dan gue nggak ada kewajiban buat jawab pertanyaan lo," balas Alex telak. Tatapan tajam Alex tertuju pada Mehregan. "Gue tau, lo yang minta Amara sama Leoni buat manas-manasin siswa lain, dan berhasil mempermalukan Lembayung di depan semua siswa."

Keterdiaman Mehregan menjadi bukti jika ia memang pelaku tindakan perundungan yang tak sekadar jahat itu, tapi sudah diluar batas yang tak bisa dimaklumi.

"Gue ngelakuin itu juga karena ada alasannya." Mehregan masih berusaha membela dirinya.

"Tapi nggak sejahat itu juga, kan?"

Mehregan tiba-tiba bangkit dari duduknya. "Lo ini kenapa, sih? Lo naksir dia?! Si cewek copet itu?"

Alex menghembuskan napas lelah. "Namanya Lembayung. Dan juga, gue nggak naksir sama dia."

"Bullshit!", umpat Mehregan.

Sebelah alis Alex naik. "Kenapa lo marah-marah kayak gini? Apa lo yang naksir?"

"Nggak bakalan gue naksir sama cewek itu! Cih!"

Akhirnya Mehregan dan Alex sama-sama terdiam. Hingga kedatangan Panji dan Fery, tak kunjung berhasil memecah suasana diam itu.

Tak lama berselang, Alex bangkit berdiri. "Gue harap, lo bisa merenungkan, atau paling nggak bisa mikirin, lo udah berbuat yang benar atau salah? Apa lo merasa puas atau merasa bersalah sama perbuatan lo ini?" Alex menepuk-nepuk pelan pundak Mehregan sebelum benar-benar beranjak.

WonderloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang