4. Mencari Pekerjaan

61 8 4
                                        



Mehregan merasa sangat bosan di rumah. Libur semester kali ini pemuda itu tak melakukan banyak hal. Ia hanya diam di rumah. Bermain game, atau menonton film animasi kesukaannya.

Buk

"Woy, nyebelin amat lo, mbak!"

Wanita berpakaian formal itu tertawa pelan saat berhasil melemparkan bantal tepat mengenai wajah Mehregan.

"Muka lo kecut banget dah kayak, asam kayak bau ketek lo," kata wanita itu meletakkan tas kerjanya di sofa.

Bibir Mehregan mencebik. "Apa lo bilang barusan? Ketek gue bau asam? Sini lo, mbak! Sini!", kata Mehregan sambil melotot.

Wanita itu malah menjulurkan lidah. Rasanya dia begitu puas mengerjai adik lelaki sematawayangnya itu.

"Ngomong-ngomong, gue pengen cerita sama lo," ujar kakak perempuan Mehregan, lalu ia duduk disebelah Mehregan.

"Mau cerita apaan sih mbak Nia?"

Nia--perempuan itu nampak senyum-senyum sendiri. "Lo tau, nggak..."

"Mama gue tau, lo belum kasih tau," balas Mehregan cuek.

Pletak!

Nia menjitak kepala Mehregan dengan gemas. "Diem dulu ngapa? Gue juga belum cerita, udah lo potong duluan," omel Nia dengan mata melotot.

"Iya, iya, ceritain," kata Mehregan dengan wajah pasrahnya.

Nia menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. "Tadi, pas mau ke kantor, gue dipalak sama beberapa preman."

Mata Mehregan melotot. "Seriusan lo, mbak? Tapi lo nggak papa, ' kan? Wah, wah, kalau mama sampai tau udah diinterogasi lo, mbak!"

"Gue nggak papa, soalnya tadi ada cewek yang nolongin gue," jelas Nia.

"Cewek?", beo Mehregan dengan wajah heran.

Kepala Nia mengangguk. "Iya, cewek. Lo tau, dia tadi mukul salah satu orang yang malak gue, beuh keren banget, asli!"

"Terus?", tanya Mehregan.

"Abis itu, terus, belok pertigaan, lurus ke perempatan."

"Gue serius, mbak!"

"Iya, iya. Dia mukul salah satunya doang, habis itu pemalak itu pergi. Gue beruntung banget tuh cewek mau nolongin gue," cerita Nia.

Mehregan bersedekap. "Lo masih untung mbak ketemu sama cewek yang kelakuannya baik. Lah, gue sama mama malah ketemu cewek, bedanya cewek ini nggak ada baik-baiknya. Udah bar-bar, kasar, tuh cewek kerjanya nyopet lagi. Dia bahkan hampir nyopet mama. Gue sempat tuh bawa dia ke kantor polisi. Tapi yah gitu, mama malah ngebebasin tuh cewek. Kan nyebelin." Kalo ini Mehregan yang bercerita dengan wajah kesalnya.

Nia mengerutkan kening. "Kok mama ngebebasin dia?"

Kedua bahu Mehregan terangkat. "Nggak tau. Mama kan orang baik, jadi liat orang susah tuh nggak tega."

Senyum kecil Nia terbentuk. Mamanya dari dulu selalu bersikap baik, yang diam-diam selalu membuat Nia kagum.

Bahkan, disaat masalah besar itu menghampirinya, mamanya tetap menyikapinya dengan baik.

Nia memainkan rambutnya, wajahnya menunjukkan raut berpikir. "Regan, kayaknya gue butuh pengawal, deh. Yah, bodyguard gitu."

Mendengar pernyataan Nia, Mehregan langsung mencibir. "Dih, dipikirnya lo ini siapa sih, mbak? Lo Ratu Elizabeth? Atau lo raja Salman dari Arab yang kudu di kawal segala?"

WonderloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang