7. Cinta Pandangan Pertama

59 6 2
                                    




Kepala Lembayung dan ketiga temannya hanya menggeleng tidak menyangka melihat belanjaan yang mereka bawa pulang hari ini.

Ternyata, Nia mengajak mereka berbelanja keperluan sekolah di mall. Seragam sekolah, tas, peralatan tulis menulis hingga sepatu Nia yang membelikan.

"Bujug buneng! Banyak banget nih belanjaan!", kata Kenny memandangi belanjaan yang ditentengnya ditangan kanan dan kirinya.

Justru berbeda dengan Lembayung. Gadis itu sama sekali tidak bisa mengucapkan banyak kata.

Hampir seharian ini Nia begitu memanjakan mereka. Pertama, mengajak mereka naik mobil mewah kepunyaan Nia, setelahnya mengajak mereka berbelanja kebutuhan sekolah di pusat perbelanjaan.

"Kak Nia seharusnya nggak perlu repot-repot bawa kami belanja di mall. Perlengkapan sekolah kamu bisa dibeli pasar, lebih murah. Kalau ke mall, harganya lebih mahal. Lembayung nggak enak ngerepotin kakak."

Nia malah meringis, lalu perempuan itu malah mengibaskan rambut, hingga rambutnya mengenai wajah Lembayung. "Selow aja kali! Santuy kalau kata anak muda jaman sekarang. Gue ini anak sultan, banyak duit. Gue yah....pusing ngabisin duit, jadi mending gue belanjain buat kalian."

Lembayung tersenyum tipis. Nia memang wanita yang terlihat angkuh, tapi itu semata-mata untuk menutupi, seberapa dermawan hati wanita itu. Lembayung jadi kagum sendiri.

Koko berdecak. "Emang yah, orang kaya emang beda. Kita pusing nyari duit, lah kak Nia malah pusing ngabisin duit."

"Nah, karena gue orang kaya, kita makan, yok!", ajak Nia yang diikuti keempat remaja itu.

Langkah mereka terasa begitu ringan, khususnya Lembayung. Ia tak akan pernah melupakan hari ini. Hari dimana ia dan teman-temannya berbahagia, dan semua itu karena Nia.

***

Lembayung merasakan tubuhnya sedikit pegal, tapi rasa senang itu tidak bisa ia tampik.

Matanya tak henti memperhatikan seragam kerja dan juga perlengkapan sekolahnya.

Tapi setelahnya, Lembayung mengalihkan pandangan saat pintu rumahnya yang sudah mulai reot terbuka. Dibalik pintu sosok ibunya, Rosa muncul.

Gadis itu bangkit berdiri, lalu berjalan mendekati Rosa. "Ibu habis darimana? Ibu nggak ngelakuin kerjaan itu lagi, 'kan", tanya Lembayung penuh selidik.

Rosa tersenyum tipis. Tangan lembutnya mengusap kepala Lembayung. "Nggak, kok. Ini habis ke pasar, beli bahan masakan."

Senyum Lembayung merekah. Rosa ingin memasak hari ini. Lembayung rindu masakan Rosa.

"Ibu, Bayung mau kasih liat sesuatu."

"Apa itu?"

"Nanti ibu juga bakalan tau. Ayo, bu!"

Lembayung mengajak Rosa untuk duduk bersamanya. Lembayung lalu memperlihatkan seragam kerja, dan juga perlengkapan sekolah barunya.

"Bagus kan, bu?", tanya Lembayung dengan mata berbinar.

Rosa mengangguk antusias. "Iya, bagus sekali. Wah, baik banget yah bos kamu!"

"Baik banget, bu. Lembayung udah dikasih kerjaan, bahkan yang masuk sekolah dan semua biaya ditanggung sama bos Lembayung. Teman-teman Bayung juga dapat kerjaan, bu." Lembayung masih belum selesai cerita, senyum gadis itu malah semakin terkembang. "Bahkan, bos Bayung beliin makanan, dibungkus terus Bayung bawa pulang." Lembayung menyerahkan kantung besar berisi makanan itu pada Rosa. "Nanti ibu sama ayah makan, yah? Enak loh makanannya."

WonderloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang