46. Hari Damai

41 7 8
                                    

"Itu mas bos, Lembayung kerja jadi tukang parkir sekarang!"

Kenny mengarahkan jari telunjuknya ke arah Lembayung. Pandangan Mehregan terkunci pada gadis bertubuh mungil itu. Ia melangkah kesana-kemari sembari meniup sumpritan dan berteriak menertibkan kawasan parkir.

Mehregan baru saja hendak melangkah, tapi Koko dan Aldo langsung menahannya. "Mas bos, jangan! Nanti Bayung bisa marah," kata Aldo memperingati. Ia masih terbayang bagaimana wajah menakutkan gadis itu kemarin.

"Kenapa?",  tanya Mehregan. Menatap ketiga pemuda itu bergantian.

"Lembayung lagi kacau banget sekarang, mas bos. Dia ada masalah," kata Kenny.

"Masalah?", tanya Mehregan.

"Iya, mas bos. Dia lagi ada masalah, nggak bisa ketemu sama bapaknya, yang saya tau begitu. Kemarin dia sempat pingsan karena ngejar bapaknya," jelas Koko.

Mehregan tersentak mendengar penuturan mereka. Lagi-lagi ia melirik Lembayung yang masih sibuk berkutat dengan pekerjaan barunya itu.

Sekarang, Mehregan tak ada waktu untuk sekadar menghiraukan ucapan ketiga pemuda itu. Ia tetap berjalan dan menuju ke arah Lembayung.

"Mas bos!", panggil Kenny, Koko, dan Aldo bersamaan guna menghentikan Mehregan, tapi mereka gagal.

Mehregan berjalan mendekati Lembayung, dan kini sudah berdiri tak jauh dari gadis itu.

"Paku payung!"

Tubuh Lembayung serasa membeku kala Mehregan sudah ada tak jauh darinya. "Lo ngapain kesini?", tanya Lembayung tajam.

"Kenapa memangnya? Lahan parkir disini juga bukan punya lo, ' kan?", balas Mehregan dengan nada menantang.

Gadis itu menghela napas. Ia berusaha mengabaikan keberadaan Mehregan.

"Mbak Nia mau ketemu sama lo."

Ucapan Mehregan berhasil menghentikan Lembayung. Gadis yang semula hendak memarkirkan kendaraan yang baru saja datang itu berdiri mematung.

Kejutan apa lagi yang akan ia dapatkan setelah kejutan tak mengenakkan sebelumnya?

"Gue harap, lo nggak keberatan buat ketemu sama mbak Nia."

Lembayung menggigit bibirnya kuat-kuat. Menghela napas beberapa kali lalu menoleh ke arah Mehregan dengan perasaan berkecamuk.

"Gue udah berusaha menghindar semampu gue. Terus kenapa sekarang gue keseret lagi sama masalah ini? Apa gue beneran bakalan dijeblosin ke penjara?", tanya Lembayung dengan nada pelan.

Mehregan merasa dipukul tepat. Rasa bersalahnya makin bertambah saja. Ia tak sangka gadis itu ternyata sakit hati, walau ia tak terlalu menunjukkannya secara terang-terangan.

"Mbak Nia beneran mau ketemu sama lo. Dia...mau bicarain hal penting."

Lembayung berpikir keras saat ini. Apakah...saat bertemu Nia ia bisa memastikan keadaan setelahnya akan baik-baik saja?

***


Mehregan bisa menghembuskan napas lega, kala Lembayung mengiyakan permintaannya untuk bisa bertemu dengan Nia. Koko, Kenny, dan Aldo juga ikut bersama mereka.

"Kalian duduk aja dulu, gue panggilin mbak Nia."

Mehregan berlalu dan meninggalkan keempat orang itu di ruang tamu, dan menuju ke kamar Nia.

Sepeninggal Mehregan, ketiga pemuda itu merasa sangat canggung berada satu tempat dengan Lembayung. Gadis itu sendiri bahkan berusaha terlihat tak peduli pada ketiga sahabatnya.

WonderloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang