31. Kekacauan

30 8 0
                                        

"Jadi, lo naksir kak Regan sejak kalian masih SMP?"

Masih belum puas menanyai Tyas, Meitha tetap melontarkan pertanyaan yang dijawab dengan senang hati oleh Tyas.

Lembayung yang sejak tadi memilih diam mulai merasa shock juga. Ini Meitha sedang dalam mode interogasi, sulit baginya untuk mengendalikan gadis itu agar bisa menghentikan ucapannya.

"Mei, udah!", peringat Lembayung. Tapi Tyas langsung mencegah. "Nggak papa, kok. Biarin dia nanya , gue bakalan jawab yang jujur."

Menghembuskan napas panjang, Lembayung mengangguki singkat ucapan Tyas. Biarkan saja jika kedua gadis itu merasa senang.

Lembayung malah sibuk berkutat dengan pikirannya. Jadi selama ini Tyas mencintai Mehregan diam-diam, dan menahan perasaan itu beberapa tahun ini.

Tyas ternyata setangguh dan setegar itu.

"Jadi...selama ini lo cuma mau nutupin perasaan ke kak Regan? Lo bersikap cuek, judes itu cuma kamuflase doang?"

Lembayung diam-diam menunggu jawaban Tyas atas pertanyaan yang Meitha ajukan. Pertanyaan Meitha turut mewakili pertanyaannya.

"Bisa dibilang gitu," jawab Tyas santai.

Lembayung jadi berpikir, semakin hari ada saja hal yang perlahan terungkap. Dan juga, semua itu melibatkan ia dan Mehregan.

Kenapa ia dan Mehregan jadi terikat masalah begini?

Menggelengkan kepala tegas, Lembayung membuang jauh-jauh pemikiran itu.

***

"Sampai kapan si Mehregan nggak galau? Kalau gitu terus dia nggak bakalan fokus buat ngelindungin kakaknya,"gumam Lembayung sembari berjalan seorang diri memasuki gang menuju ke rumahnya.

Pandangan Lembayung menyipit saat ia melihat beberapa orang pria berpakaian serba hitam, dengan seorang wanita berambut pendek baru saja keluar dari gang itu. Bahkan, mereka pun sempat berpapasan dengan Lembayung. Sudah Lembayung duga, kehadirannya diabaikan, maklum, mereka adalah orang kaya. Mereka pastinya enggan melirik orang-orang kecil yang mereka temui di jalan.

Puas dengan pemikirannya, Lembayung melanjutkan langkah menuju rumahnya. Sesampainya di depan pintu rumah, Lembayung sempat ragu mengetuk pintu. Entah mengapa suasananya menjadi begitu berbeda.

Berdecak pelan, Lembayung membuka pintu rumahnya.

"Ibu...."

Begitu terkejutnya Lembayung saat yang pertama kali ia lihat adalah keadaan ibunya yang benar-benar kacau. Pakaian ibunya bahkan sobek dibeberapa bagian. Keadaan rumah juga sangat berantakan. Perabotan berserakan dimana-mana.

Lembayung mendekati Rosa dengan tubuh gemetar, ia lalu merengkuh tubuh Rosa yang bergetar hebat karena tangisannya.

"Siapa, Bu?", tanya Lembayung tepat. Salah satu tangan gadis itu sudah terkepal dengan mata memerah.

Tangisan Rosa makin kencang, yang rasanya mencabik-cabik hati Lembayung. Seumur-umur Lembayung tak pernah memperlakukan ibunya dengan buruk, tapi orang lain begitu mudah merendahkan ibunya sampai seperti ini.

Lembayung sampai kapanpun tak akan pernah menerima ini.

"Aline...., dia kesini...." Sedikit tersendat mengatakannya, Rosa akhirnya berhasil memberitahu Lembayung pelaku yang telah memperlakukan Rosa dengan buruk.

"Aline, wanita jahat dari masa lalu ayah itu datang kesini?", tanya Lembayung dengan suara dalam. Ia tak sangka wanita jahat itu sampai menyelidiki mereka sampai ke akar-akarnya.

WonderloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang