Koko, Kenny, dan Aldo tak hentinya tertawa kala Lembayung menceritakan soal ia dan Mehregan kemarin.
"Wah, gokil lo! Adek majikan kita lo kerjain juga!", kata Kenny dengan wajah takjub. Setelahnya pemuda berpipi gembil itu tertawa pelan.
Lembayung menaikkan-turunkan alisnya. "Haha, habisnya dia ngeselin abis! Andai dia nggak nyebelin, gue kan nggak bakalan bar-bar."
"Terus, dia ngadu nggak yah ke ibu bos? Gue takut lo diomelin, "kata Koko dengan raut cemas.
Lembayung tersenyum tipis. "Yaudah, sih, nggak papa. Gue ngelakuin itu karena gue berusaha membela diri. Intinya, kalau dia yang ngusik.duluan, kan dia yang salah."
Dihadapan teman-temannya Lembayung memang begitu mudah mengatakan semua itu, tapi dalam hati kecilnya pun ketakutan itu tetap ada. Bukan hanya soal kehilangan pekerjaan karena perbuatannya pada adik majikannya, tetapi juga ia takut Nia akan hilang kepercayaan padanya.
Saat ini mereka tengah duduk bersama di halaman depan rumah Nia. Nia sendiri sudah pergi bertemu kawan lamanya di salah satu kafe yang tak jauh dari rumah. Tentu saja Koko yang mengantarkan kesana.
"Woy, gue mau cerita soal apa yang gue liat kemaren," ujar Kenny heboh. Aldo tentu saja langsung menjitak kepala Kenny dengan cukup keras.
"Tapi nggak usah teriak juga, bencong! Telinga gue sakit nih, elah!", sungut Aldo.
Kenny hanya cengengesan. "Maaf, maaf."
"Cerita soal apaan emang? Sampai lo heboh begitu. Oh gue tau, lo ketemu cewek komplek yang mukanya mulus kek ubin musholla?", kata Lembayung.
Kenny berdecak gemas. "Yeee, itu mah hobinya si Aldo! Gue mah cowok baik-baik. Kalau gue suka gue tinggal halalin!"
Wajah Koko dan Lembayung langsung terkejut, berbeda dengan Aldo yang sudah mendecih jijik disana.
Ekspresi teman-temannya yang super menyebalkan membuat Kenny berdecak. "Udah, udah! Serius gue pengen cerita!"
Ketiganya mengangguki ucapan Kenny. Setelah itu, menghembuskan napas panjang, Kenny sempat memperhatikan sekeliling, berharap pembicaraan ini hanya mereka berempat saja yang tahu.
"Kemarin, gue sempat liat orang yang buat gue rada...curiga. Gelagat tuh orang beneran aneh," kata Kenny memulai pembicaraan ini. "Kebetulan Aldo nggak bareng gue kemarin, soalnya dia lagi ke toilet."
Koko berdecak heran. "Gue nggak percaya sama cerita lo. Lo 'kan kebanyakan hoax ."
"Demi Allah gue serius! Mana tuh orang cuma gue liat sekilas." Kenny berusaha meyakinkan mereka.
Lembayung tertarik dengan cerita Kenny kali ini. Kalaupun Kenny berbohong, ia siap menggantung Kenny di pohon mangga dekat rumahnya. Ikhlas, Lembayung ikhlas.
"Lanjutin cerita lo, gue lumayan penasaran," ujar Lembayung yang sudah bertopang dagu. Siap mendengarkan lanjutan kisah Kenny.
Kenny nampak antusias. Dibandingkan menunggu Aldo dan Koko percaya kepadanya, masih ada Lembayung yang bersedia mendengarkannya. "Orang itu bahkan baik mobil mewah, dan dia ngeliat kearah rumah ibu bos lama banget. Hampir lebih 10 menitan, lah."
"10 menit? Kenapa lo nggak langsung samperin tuh orang?!", kata Lembayung mulai gemas.
Kenny nampak meringis pelan. "Maunya sih gitu, tapi gue takut, gue bakalan didamprat sama tuh orang. Siapa tau aja tuh orang cuma numpang ngadem doang, atau apalah."
Koko mengusap dagu. Ia juga ikut-ikutan curiga. "Kata lo, lo cuma liat tuh orang sekilas, itu pun cuma bagian matanya. Tuh orang turun nggak dari mobil mewahnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderlove
Teen FictionLembayung Kirana, pensiunan copet yang ingin membahagiakan ayah dan ibunya, mempunyai 3 sahabat, yaitu Koko, Aldo, dan Kenny yang juga sudah memutuskan untuk menjadi pensiunan copet. Suatu hari, Lembayung bertemu dengan Karnia Maheswagayatri, seoran...