"Mbak kenapa?!"
Mehregan langsung membuka pintu kamar Nia dengan keras saat suara tangisan kakaknya itu berhasil menyulut rasa penasarannya.
Nia yang duduk sembari menatap layar ponsel mendongakkan wajah dan mendapati Mehregan. Perempuan itu perlahan menghapus jejak air mata di pipinya.
"Mbak kenapa? Kasih tau sama Regan?!", kata Mehregan lalu mendekati Nia.
Wajah Nia nampak kebingungan. "Lah, emang gue kenapa?"
Mehregan meringis kesal. "Nggak usah nyembunyiin apapun dari gue, mbak! Lo kenapa nangis?"
Nia nampak cemberut. Ia lalu memperlihatkan layar ponselnya tepat dihadapan Mehregan. "Nih, gue nangis soalnya ini drakor sad ending, gue kebawa suasana! Lo mah kalau dijelasin juga nggak bakalan ngerti!"
Mehregan memejamkan mata karena geregetan dengan kelakuan sang kakak. "Nyebelin amat lo, mbak!"
Dengan menghentak-hentakkan kaki, Mehregan melangkah keluar kamar Nia.
Walau sebenarnya ia tak benar-benar pergi dari sana.
Mehregan menutup pintu kamar Nia kembali, setelahnya ia memilih berdiam diri dibalik pintu. Memastikan jika Nia memang menangis karena terbawa suasana saat menonton, atau...karena menutupi sesuatu.
Pandangan Mehregan menajam, ia akan lihat, apakah dugaannya benar atau salah.
Terlihat Nia kembali menyimpan dan mematikan ponselnya. Lalu, mengambil sesuatu yang ternyata ditaruh di bawah bantal. "Mbak Nia megang apaan, tuh?", gumam Mehregan penasaran.
Tak bisa dipungkiri jika Mehregan selalu merasa penasaran dengan semua perbuatan yang Nia lakukan. Tanpa melepaskan pandangan dari arah Nia, Mehregan berusaha menajamkan pandangannya.
"Hah?" Mehregan heran saat Nia kembali menitikkan air mata. Lebih tepatnya, menangis sesaat setelah Nia melihat sesuatu yang mirip dengan album kecil itu. Nia lalu memeluknya, dan menangis sembari membekap mulut.
Tak mau ketahuan, Mehregan menjauh dari pintu kamar Nia. Berpikir keras, sepenting apa benda itu sampai Nia menangis seperti itu?
"Lo kenapa sih, mbak?" Lagi-lagi Mehregan bergumam dengan nada suara bergetar.
***
Lembayung meringis kala ia tak bisa berpikir jernih saat ini. Meitha yang sudah jengah melihat kelakuan Lembayung akhirnya bertanya. "Lo kenapa, sih? Ada masalah atau lo sakit?"
Lembayung mengusap wajah frustasi. "Gue nggak papa, kok."
Meitha terdiam. Mungkin Lembayung akan cerita jika gadis itu sudah merasa lebih baik nanti.
Alisa dan Tyas yang sejak tadi diam akhirnya ikut memperhatikan Lembayung. Akhir-akhir ini Lembayung jadi sering bengong dan melamun.
"Apa ini ada kaitannya sama kak Regan?"
Lembayung, Meitha, dan Tyas kompak berbalik menatap Alisa kala gadis itu melontarkan pertanyaan.
"Mehregan? Nggak, kok!", sangkal Lembayung.
"Beneran bukan kak Regan? Dia nggak jahilin atau gangguin lo, ' kan?", tanya Alisa penuh selidik. Lembayung langsung membalas dengan gelengan tegas.
Disisi lain Tyas yang sedari tadi menyimak pembicaraan ikut bersuara. "Nggak boleh nuduh orang sembarangan. Apalagi juga Lembayung udah bilang semua ini nggak ada kaitannya sama Kak Regan."
"Tunggu, tunggu, jadi ceritanya lo bela kak Regan? Bukannya kemarin-kemarin lo sensi banget yah sama dia? Kenapa sekarang malah kesannya lo mihak dia?", balas Alisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderlove
Fiksi RemajaLembayung Kirana, pensiunan copet yang ingin membahagiakan ayah dan ibunya, mempunyai 3 sahabat, yaitu Koko, Aldo, dan Kenny yang juga sudah memutuskan untuk menjadi pensiunan copet. Suatu hari, Lembayung bertemu dengan Karnia Maheswagayatri, seoran...