24. Masa Lalu Soni

42 7 4
                                        

Mehregan duduk di pembatas balkon kamarnya. Pikirannya melayang pada pemilik mobil hitam misterius yang dikejar Lembayung dan temannya tempo hari.

"Siapa orang itu sebenarnya? Kenapa juga Lembayung kesannya terlalu menutupi? Mana alasannya ngejar itu mobil mana nggak masuk akal. Emangnya dia pikir semua orang itu kayak bocah, yang bisa dia bego-begoin?"

Mengusap wajah frustasi, Mehregan berusaha mencari celah agar ia bisa tahu masalah apa yang terjadi sekarang. Ini tentang Nia, kakak perempuan satu-satunya, ia tak akan biarkan bahaya sekecil apapun mendekati Nia.

"Nggak ada cara lain, gue juga harus ikut mantau tuh orang!" Mehregan berujar yakin. Kedua tangannya terkepal.

"Kamu kenapa, Regan?"

Mehregan terkesiap, saat suara Naya, mamanya, berhasil mengalihkan perhatiannya.

Tersenyum tipis, Mehregan menggelengkan kepalanya. "Regan nggak papa kok, Mah."

"Jangan bohongin mama, deh! Mama tau banget apapun soal kamu. Cerita, kenapa?"

Mehregan menghela napas. Dengan gerakan cepat ia memeluk tubuh sang mama. "Mbak Nia, Mah." Mehregan menggumamkan nama kakak perempuannya itu dalam pelukan sang mama.

"Mbak Nia? Kenapa? Dia marahin kamu?", tanya Naya lembut.

Kepala Mehregan menggeleng. "Mbak Nia..., dia kayaknya digangguin sama orang jahat, Mah."

Naya tergelak sejenak, sebelum akhirnya ia kembali melayangkan pertanyaan kepada Mehregan. "Emangnya kamu liat sendiri? Lagipula, mama yakin mbak Nia-mu itu bisa menjaga diri. Kan katanya dia udah punya asisten, punya supir pribadi."

Mehregan berdecak. "Biarpun begitu, Regan nggak akan tenang kalau bukan Regan sendiri yang memastikan keadaan mbak Nia."

Naya memilih berdiam diri. Ia akan hubungi Nia nanti.

***

"Ibu tau, nggak? Tadi di sekolah Bayung ketemu sama orang yang pernah Lembayung tolongin. Bayung nggak nyangka kalau beliau orang tuanya teman sekelas Bayung."

Lembayung menceritakan hal itu kepada Rosa dengan sangat bersemangat. Rosa yang sedang sibuk melipat pakaian tersenyum kecil mendengar cerita Lembayung.

"Ibu tau, Bayung sama Alisa udah damai. Yah, walaupun beberapa hari ini Alisa jauhin Bayung, sekarang dia mau temenan lagi sama Bayung. Bayung seneng banget."

Aktivitas melipat pakaian Rosa terhenti. Mata sayunya menatap Lembayung. "Nak, boleh ibu masih pesan ke kamu?"

Lembayung terdiam, lalu setelahnya mengangguk pelan. "Iya, bu."

Rosa bangkit dari duduknya, dan duduk disebelah Lembayung. Tangannya mengusap-usap pelan kepala anaknya itu. "Ibu berharap Lembayung tetap jadi anak yang baik, jangan berubah. Apapun yang akan terjadi di masa yang akan datang, jangan pernah benci ibu ataupun ayah, yah? Karena, ibu sama ayah sayang sekali dengan Lembayung."

Lembayung bisa melihat, betapa sedihnya Rosa saat mengatakan semua itu kepadanya. Naya Rosa nampak berkaca-kaca. Meskipun demikian, Lembayung akan tetap mematuhi pesan ibunya itu.

BRAK!

Rosa dan Lembayung terkesiap saat suara pintu rumah bedebum dengan begitu keras.

Soni ternyata baru saja masuk, dengan napas terengah dan wajah panik. Langsung saja Rosa bangkit dan menghampiri Soni.

"Kamu ini kenapa? Kamu bikin kaget aku sama Bayung," kata Rosa ketika berdiri tepat disebelah Soni.

Soni tidak menanggapi Rosa. Lelaki itu langsung duduk di kursi kayu yang tak jauh darinya. Berkali-kali ia mengusap wajah dengan gerakan frustasi.

WonderloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang