Lembayung dan yang lainnya tidak henti meloncat kegirangan saat mereka sudah resmi dapat pekerjaan.
"Wah, gue nggak sabar pulang ke rumah! Gue pengen kasih tau nyokap sama bokap gue. Buah! Mereka nggak bakalan minta gue buat nyopet lagi," kata Koko merentangkan tangannya, dan karena perbuatan itu Kenny langsung mengomelinya.
"Yah gue ngerti lo seneng, Sukijan! Tapi tangan lo sampai nyolok mata gue nih, ah!", omel Kenny dengan wajah memerah.
Koko menyengir. "Maapin gue, Jubaedah!"
Lembayung melirik Aldo. Pemuda itu nampak senyum-senyum sendiri. Lega, Lembayung merasa sangat lega. Gadis itu tahu jika selama ini Aldo menyimpan terlalu banyak pikiran dan beban di kedua pundaknya. Terlalu banyak tanggungan, banyak tanggung jawab, dan kesusahan itu tak pernah lelah mendatangi Aldo.
Tapi kini, satu persatu kesusahan itu akan segera terselesaikan.
Nia tak sekadar memberi pekerjaan, tapi juga mengusahakan pendidikan demi kebaikan mereka.
Lembayung beruntung, bertemu Nia yang disebutnya sebagai 'malaikat berwujud manusia'.
Keberuntungan akhirnya memihak kepada mereka, setelah sekian lama mereka meminta dan juga mengharapkannya.
***
Lembayung dan ketiga temannya begitu berseri-seri di pagi yang cerah ini.
Sembari menapaki jalan menuju ke kantor Nia, mereka menceritakan saat memberi tahu keluarga mereka tentang 'keajaiban' yang terjadi kemarin.
"Kemarin tuh, gue deg-degan, njir! Ibu sama bapak gue tuh, tatapannya, kalian tau sendiri 'kan gimana? Serem, cuy! Yah, gue berani-beraniin diri buat ngasih tau, soal gue yang udah kerja, dapat gaji tetap sama mau di sekolahin sama kak Nia. Kalian tau gimana respon mereka? Gue dipeluk, woy! Katanya, mereka senang gue bisa dapat duit dan bisa ngelanjutin sekolah!", kata Aldo menggebu-gebu. Hal itu disambut senang sama teman-teman yang lainnya.
"Gue juga. Mereka nggak maksa gue nyopet lagi. Mereka bahkan mau liat gue pake seragam sekolah. Gimana gue kagak terharu?", kata Koko dengan mata berkaca-kaca.
Kenny bertepuk tangan heboh. "Gue juga, gue juga! Bahkan mereka pesan, supaya gue belajar baik-baik, kalau perlu jadi dokter. Nanti, pas udah kata gue bawa deh keluarga gue ke rumah mewah."
Mata Lembayung mengerjap-ngerjap. "Kemarin nyokap bokap gue bilang apaan, yah? Kok gue lupa?"
"Yeeeeeee, kampret!", kata ketiga temannya lalu menoyor pelan kepala Lembayung. Tapi setelahnya, Lembayung tertawa pelan. "Hehe, gue ingat! Intinya, mereka setuju sama apa yang gue lakuin. Asal gue seneng, mereka dukung-dukung aja."
Koko sepertinya ingin mengatakan sesuatu. "Eh, Yung, tapi, kenapa kak Nia baik banget sama kita? Lo ngelakuin apaan sih sampai dia rela ngelakuin banyak hal buat kita?"
Lembayung menatap jalan besar dihadapannya. "Gue nggak ngelakuin apa-apa, kok. Waktu itu kak Nia hampir dipalak, dipalak sama beberapa preman. Gue bantuin. Tapi...." Ucapan Lembayung tertahan di ujung lidah. Haruskah ia memberi tahu temannya siapa yang memalak Nia?
"Tapi?" Koko nampak menunggu jawaban.
Sepertinya, percuma saja jika Lembayung menyembunyikannya. "Tapi, yang malak kak Nia itu ayah gue, dia bahkan ngajak temannya buat malakin kak Nia."
"Serius, lo?", ujar ketiganya kompak. Lembayung mengangguk lemah.
"Tapi, setau gue, bokap lo kuli panggul, kok bisa malak?", tanya Kenny. Lembayung hanya menaikkan kedua bajunya cuek. Menjelaskan semua itu diluar kuasanya. Ayahnya tentu tahu benar alasan yang mendasari mengapa dirinya sendiri bisa memalak orang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderlove
Ficção AdolescenteLembayung Kirana, pensiunan copet yang ingin membahagiakan ayah dan ibunya, mempunyai 3 sahabat, yaitu Koko, Aldo, dan Kenny yang juga sudah memutuskan untuk menjadi pensiunan copet. Suatu hari, Lembayung bertemu dengan Karnia Maheswagayatri, seoran...