Ibu Ana telah menentukan hukuman yang akan diberikan pada Lembayung dan Jovita.
Lembayung harus membersihkan aula sekolah karena perbuatannya yang mengacau di kantin, sedangkan Jovita dikenakan skorsing selama tiga hari atas perbuatannya pada Alisa. Ibu Ana akan tetap meminta keterangan dari Alisa.
Lembayung dan Nia keluar dari ruang BK. Kepala Lembayung menunduk takut. "Maafin saya, kak. Seharusnya saya ingat pesan kakak, nggak buat onar."
Tanpa Lembayung sangka, Nia menepuk-nepuk pelan pundak Lembayung. "Santai, kali. Gue mah selow!"
"Jadi, kakak nggak marah?", tanya Lembayung dengan raut terkejut.
"Ya nggaklah! Masa' perkara beginian gue harus marah?", balas Nia terkekeh pelan.
Lembayung menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Ya kan gara-gara kelakuan Bayung kakak harus ninggalin kerjaan di kantor," kata Lembayung merasa bersalah.
"Urusan kantor mah bisa gue kerjain nanti, gue kan punya karyawan yang bisa bantuin gue. Tapi, urusan lo sama ketiga teman lo itu tanggung jawab gue. Gue bos sekaligus wali kalian." Nia nampak mengibaskan rambut, yang lagi-lagi menarik perhatian siswa lain yang melintas.
"Gue juga heran, kenapa di video itu lo nggak botakin tuh anak? Lo mah mainnya belum maksimal! Masa' cuma gebrak-gebrak meja? ' Kan nggak seru!", celoteh Nia membuat Lembayung melongo.
"Lah, kakak malah dukung?", kata Lembayung heran.
"Ya iyalah! Gue liat muka tuh bocah udah songong abis! Pengen gue garuk rasanya. Apalagi pas ibu Ana liatin video pas dia nyiram teman lo itu, beuh, asli pengen gue rontokin organ tubuh tuh bocah! Mainnya keroyokan!"
Lembayung hanya tertawa-tawa mendengar ucapan Nia, dan setelahnya Nia mengatakan hal yang membuat Lembayung tertegun.
"Tetap kayak gini, Bayung. Bela yang benar, basmi aja yang salah. Jangan takut lo dihukum karena belain yang benar. Akan lebih disesalkan seandainya lo tau sebuah kebenaran, tapi lo malah diam karena takut sama hukuman."
Lembayung mengangguki ucapan Nia. Ia akan ingat terus pesan bosnya itu.
"Mbak Nia?!"
Nia dan Lembayung terkejut mendapati Mehregan sudah berdiri dihadapan mereka.
"Lo ngapain disini, mbak?!" Mehregan mendekati Nia. Matanya melotot pada Lembayung. "Dan cewek ini, kenapa bisa sama lo, mbak? Kalian saling kenal?!"
Nia berdecak. "Cerewet lo!"
"Gue 'kan nanya sama lo, mbak. Cewek ini yang dulu mau nyopet mama pas di jalan." Mehregan menunjuk-nunjuk Lembayung. "Kok lo mau-mau aja bareng sama dia?"
Nia menatap Mehregan jengah. "Gue udah tau Bayung ini pensiunan copet. Dia sekarang kerja jadi asisten gue."
"Ya nggak bisa gitu, lah! Pecat dia mbak, pecat!", suruh Mehregan dengan gerakan tak sabaran.
Nia menjambak rambut Mehregan. "Enak aja lo, dugong! Ya nggak bisa mecat lah! Dia ini penyelamat gue!"
Mehregan bertambah kesal. "Alay lo mbak! Pokoknya lo pecat dia, atau gue kasih tau mama sama papa!"
Nia tertawa mengejek. "Aduh, adek gue yang paling ganteng tapi gue boong, kasih tau aja sana! Lo pikir gue bakalan langsung mecat Bayung? Dia kan kerja di rumah gue, bukan di rumah mama sama papa."
"Nyebelin banget lo, mbak!"
"Nyebelin itu jadi stempel gue sejak di dalam rahim!", balas Nia tak mau kalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderlove
Fiksi RemajaLembayung Kirana, pensiunan copet yang ingin membahagiakan ayah dan ibunya, mempunyai 3 sahabat, yaitu Koko, Aldo, dan Kenny yang juga sudah memutuskan untuk menjadi pensiunan copet. Suatu hari, Lembayung bertemu dengan Karnia Maheswagayatri, seoran...