"Gue udah nggak bisa berkata-kata lagi, deh," gumam Lembayung yang tanpa henti memandangi amplop berisi uang gaji pertamanya.
"Biasa aja kali diliatinnya, tuh mata hampir copot!"
Lembayung terlonjak kaget saat mendapati sosok jangkung Mehregan berdiri dengan wajah menyebalkan disebelahnya. "Emang setan lo, yah!"
Pemuda itu mendelik. "Tuh mulut pengen banget gue sentil."
"Nyenyenye," cibir Lembayung lalu menatap amplop itu kembali. Mehregan pun enggan pergi dan berdiri anteng disebelahnya.
"Lo kenapa masih disini? Ada kerjaan buat gue?", tanya Lembayung dengan sebelah alis terangkat.
Hari ini, Nia memutuskan untuk memulangkan Lembayung dan ketiga temannya lebih cepat, sebab ia akan keluar kota untuk menyelesaikan pekerjaan kantor. Jadilah ia hanya memberikan gaji kepada keempat remaja itu.
"Lupa? Lo 'kan mau minjam kamera gue," kata Mehregan dengan nada suara datar.
Lembayung menepuk jidatnya pelan. "Oh iya, gue lupa, hehe. Mana kameranya?"
Tanpa banyak bicara, Mehregan segera memberikan kameranya pada Lembayung. Gadis itu langsung menerimanya. Ia lalu memilih duduk di teras depan rumah Nia, lalu diikuti Mehregan.
"Lo mau liat apaan, sih?", tanya Mehregan cukup penasaran.
"Gue mau liat rekaman mobil misterius itu, yang nyontek rumah ini," jawab Lembayung tanpa melihat Mehregan.
Gadis itu nampak sibuk mengutak isi kamera itu. Saat melihat rekaman itu, matanya sedikit membulat. Raut wajahnya berubah menjadi serius kala rekaman video itu sudah diputar.
Tanpa bisa dicegah, Mehregan terus memperhatikan wajah Lembayung. Ia seolah larut dalam pesona gadis bertubuh mungil itu.
Menggelengkan kepala, Mehregan memalingkan wajah ke arah lain. Jangan sampai Lembayung menyadari jika Mehregan sempat memperhatikannya. Gadis itu bisa besar kepala nanti.
"Nah, nah, ini dia!", ujar Lembayung membuat Mehregan tersentak di tempatnya.
"Apaan sih, ah? Bikin kaget aja lo. Dasar paku payung!", omel Mehregan mengusap pelan dadanya.
"Nggak salah lagi, mobil mereka adalah mobil yang sama," gumam Lembayung yang tidak bisa didengar Mehregan.
Gadis itu sadar, ini ada kaitannya dengan Alisa, gadis yang Mehregan suka. Lembayung sudah yakin jika Afno adalah orang yang mengintai rumah Nia selama ini. Tapi, bukti ini harus terkumpul, agar keyakinannya ada dasarnya, bukan hanya sekadar menggunakan insting semata.
Setelah memastikan mobil direkaman video itu, Lembayung menyerahkan kamera itu pada Mehregan.
"Apa sih yang lo liat?", tanya Mehregan sembari memegang kameranya itu.
"Adalah pokoknya," jawab Lembayung dengan senyum tipis.
Lagi-lagi Mehregan terpana. Entah sejak kapan Mehregan jadi pengagum senyum gadis tengil itu. Tanpa sadar, tangan Mehregan terangkat, lensa kameranya ia arahkan untuk membidik sosok gadis itu.
Ckrek
Sosok gadis itupun terpotret secara candid. Mehregan hendak memotret lagi, tapi suara yang cukup mengagetkan itu menggagalkan usahanya.
"Hoy, Bayung! Pulang, yuk!"
Lembayung menoleh saat Kenny, Koko, dan Aldo sudah keluar bersama Nia dari dalam rumah. Ketiga pemuda itu tadi sedang sibuk membantu Nia mengangkat lemari pakaian. Jadilah Lembayung menunggu ketiganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderlove
Roman pour AdolescentsLembayung Kirana, pensiunan copet yang ingin membahagiakan ayah dan ibunya, mempunyai 3 sahabat, yaitu Koko, Aldo, dan Kenny yang juga sudah memutuskan untuk menjadi pensiunan copet. Suatu hari, Lembayung bertemu dengan Karnia Maheswagayatri, seoran...