40-Family Dinner

872 86 8
                                    


"Selamat datang Sana. Aigoo, cantik sekali kau ini" Bibi Lee menyapanya dan memeluk Sana hangat.

Sana hanya tersenyum dipuji oleh Bibi dan para Pamannya.

"Ayah! Ah, aku merindukanmu" ujarnya dan memeluk Tn. Han yang baru saja kembali dari toilet.

"Ayah juga. Bagaimana kabarmu? Kau sehat?" Sana mengangguk semangat dan masih dalam rangkulan Ayahnya.

"Aku merindukan Ayah" ujarnya manja.

Tn. Han terkekeh. "Kau ini sudah besar, kenapa masih seperti bayi, huh?"

Sana mengerucutkan bibirnya lucu, "Aku kan memang bayi Ayah" jawabnya tertawa dan Tn. Han hanya menggelengkan kepalanya.

"Mari, kita duduk dulu" ujarnya dan Sana duduk disamping Taeyoon.

Percaya atau tidak. Sana sudah menahan air matanya kuat-kuat. Ayahnya tidak membalas kata 'rindu' yang diutarakan nya. Sedih? Tentu. Tapi, Sana bisa apa selain menurut? Iyakan?

Meja yang panjang dengan berbagai macam makanan sudah tersaji diatas meja itu.

"Kita makan dulu kalau begitu, baru mengobrol" ujar Tn. Jung yang diangguki oleh semuanya.

"Selamat makan" ujar Sana dan diangguki oleh mereka.

Setelah beberapa saat selesai makan. Pelayan restoran bintang 7 ini mengganti dengan dessert yang sudah disiapkan.

"Sana, ada yang kau inginkan selain ini?" Tanya Bibi Yoon dengan menatap Sana.

Sana menggelengkan kepalanya, "Tidak, Bibi. Ini sudah sangat cukup. Aku takut berat badanku naik lagi pula" ujarnya malu-malu. Bibi Yoon terkekeh gemas melihat tingkah keponakannya itu.

"Dasar kau ini" cibir Taeyoon yang berada disampingnya dan Sana hanya mendelik masa bodoh.

"Nah, kalau begitu bagaimana jika kita bahas satu persatu" Tn. Lee membuka suara yang diangguki oleh semuanya.

"Pertama, aku berterimakasih pada kalian yang sudah mau menyempatkan diri disaat kesibukan melanda"

"Disini aku sebagai Ayah dari Haegi dan Haejin ingin berbicara tentang anakku yang pertama, Lee Haegi"

Haegi mendengarkan.

"Kami selaku orang tua Haegi, ingin menyampaikan bahwa Haegi akan dijodohkan" ujar Ny. Lee yang membuat Haegi membulatkan matanya. Oh! Crap. Shit!

Ny. Kim berbinar, "Benarkah? Aku juga akan menjodohkan Doyoon, eonni" ujarnya antusias.

"Eomma!"

"Apa kau berniat bunuh diri, huh? Jangan menyela mereka dahulu, Kim" ujar Haegi berbisik pada Doyoon.

"Woah daebak. Ternyata kita sehati" ujar Ny. Song yang membuat mereka menoleh. "Aku juga menjodohkan Iljoon. Kita sudah sepakat. Iya kan sayang?" Ujar Ny. Song pada Tn. Song, suaminya.

Iljoon hanya menatap orangtuanya tidak percaya. Bagaimana bisa mereka menjodohkannya tanpa berdiskusi dahulu? Dan, lagi pula. Ini sudah abad 21. Perjodohan? Jangan konyol ya Tuhan.

Tn. Song mengangguk, "Iya kami sudah menemukan calonnya. Sepertinya akan cocok jika bersama Iljoon" ujar Tn. Song bangga.

Haegi, Doyoon, dan juga Iljoon hanya terus menghela nafasnya. Sebagimana pun kerasnya mereka. Yang namanya 'melawan orang tua' sangat mereka hindari.

Bumzu, Haejin, Taeyoon, Sana, dan juga Wonho hanya mengulum bibirnya menahan tawa.

"Bagaimana? Kalian setuju kan?" Tanya Tn. Lee.

The Protect BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang