13-Message

1.2K 86 0
                                    


Maafkan aku yang baru update yaa. Hehehe
Sebenernya masih bingung untuk chapter ini. Jadi aku rombak kemaren-kemaren tuh. Terus aku lagi banyak tugas bgt huhu. Maapin yaa. Dan maaf kalau banyak typo hehe.

Okay, selamat membaca. Enjoy your time :)))))

Pagi sudah berganti menjadi sore. Senja menyapa gadis itu lewat celah jendela kamarnya. Menembus hingga mengenai wajah cantiknya.

Hangat. Itu yang dirasakannya. Keadaan nya sangat kacau setelah kejadian tadi pagi. Ia tidak keluar bahkan menjawab orang-orang yang memanggil dari luar kamarnya.

Ia ingin Ayahnya sekarang. Ia ingin sepupunya sekarang.

Lamunannya pecah saat mendengar ponselnya bergetar.

Minhyun oppa calling ...

Ia menggeser tombol hijau dan menempelkan benda elektronik itu pada telinganya, "Ne oppa?" Jawabnya.

"Gwenchana? Kenapa suara mu serak? Kau sakit? Atau.. menangis?" Ujarnya panik.

Gadis itu terkikik geli, "Aniya. Gwenchana. Wae?"

"Gotjimal"

"Jinjja oppa. Nae gwenchana"

"Geure. Aku percaya. Sedang apa? Aku merindukanmu"

"Hanya memandang senja dari jendela kamarku. Kita akan bertemu nanti" balasnya.

"Geure arraso. Yakseok?"

Gadis itu hanya berdehem sebagai jawabannya. Dan panggilan berakhir.

———

"Demi Tuhan kalian membuatnya tidak mau keluar kamar seharian ini" ujar Jeonghan kesal.

"Sana tidak mungkin kan mengadu pada Bumzu hyeong?" Tanya Jun cemas.

"Menurutku tidak. Dia bukan pengadu seperti itu Jun" jawab Jisoo menenangkan.

"Lagi pula, sebenarnya apa yang kalian ributkan sampai seperti itu? Lihat hasilnya. Kalian membuat Sana mengurung diri" lagi. Jeonghan kesal bukan main.

"Aku akan membujuknya keluar bagaimana?" Tawar Wonwoo yang membuat semua mata memandang kearahnya.

"Kau serius?"

"Apa bisa?"

"Jangan meremehkan ku. Lihat saja nanti" ujar Wonwoo yang mulai berdiri dari duduknya.

"Hati-hati dengan mulut dan tingkahmu Jeon!" Ujar Jeonghan memperingati.

Wonwoo mengangguk dan akhirnya pergi.

———

Sana sudah siap dengan pakaiannya sekarang. Ia akan pergi. Rasanya otaknya sudah tidak bisa bertahan berdiam diri dikamarnya. Ia bisa mati kebosanan.

Ia sedikit memoles sedikit make up pada wajahnya agar terlihat lebih segar.

Ia memasukan dompet, ponsel, bedak dan liptint kedalam tas selempang yang akan ia bawa.

Saat membuka pintu terlihat Wonwoo yang mengangkat sebelah tangannya seolah ingin mengetuk pintu kamarnya.

Sana hanya meliriknya sekilas lalu menutup pintu dan melengos pergi sebelum Wonwoo menahan pergelangan tangannya.

Sana menepis tangan Wonwoo yang menahan pergelangan tangannya dan melanjutkan jalannya menuju pintu depan.

Saat melewati ruang santai Sana hanya melirik sekilas dan melanjutkan jalannya.

The Protect BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang