31-Incident

1K 71 2
                                    


JANGAN LUPA VOTE YA :)))

———

"Apa yang sebenarnya diketahui Sana?"

"Pasti ada sesuatu. Tunggulah sampai aku pulang ke Korea. Biar aku yang urus."

"Haegi hyeong tidak mengijinkan kita untuk membuka mulut sedikitpun. Tapi aku yakin, bahwa Sana sudah mulai curiga dan mengetahui tentang sesuatu."

"Arraseo. Aku akan secepatnya pulang saat urusan disini sudah selesai. Kau bertengkar dengan nya, Hyun?"

"Ya. Sangat hebat. Aku menyesal telah meneriakinya."

"Arra. Biarkan dulu seperti itu, dia juga sedang emosi. Tunggulah hingga ini mereda, baru kau datangi dia dan bicara baik-baik."

"Baiklah kalau begitu, aku tutup."

Minhyun membuang nafas nya dengan kasar. Kepalanya benar-benar mau pecah saja rasanya. Waktunya tidak tepat untuk bertengkar seperti ini dengan gadis kecilnya.

Menyesal saja rasanya tak cukup. Dia benar-benar idiot karena telah meneriaki gadis kecilnya, terlebih ia mengumpat. Ah sial.

Sana–ya, mianhe.

——————

"Sana, aku minta maaf. Sungguh."

Sana tersenyum kecil. "Gwenchana. Ini bukan apa-apa."

"Tapi—"

Sana menggeleng. "Tak apa, Chan. Aku akan membersihkan baju ku dulu. Ku tinggal, ya." Ujarnya dengan meninggalkan Chan yang masih berdiri didepan pintu depan.

Chan tidak sengaja menumpahkan soda pada baju Sana saat ingin keluar, ia berpapasan dengan Sana dan tidak sengaja menabraknya. Jadilah, baju nya kotor karena tumpahan soda miliknya.

Anehnya, Sana tidak marah sedikitpun. Maksud Chan, bukan ia ingin dimarahi. Dia hanya tak melihat Sana yang biasa nya.

—————

Sana sudah selesai dengan mandinya. Ia juga sudah memakai baju santai. Masih berdiam diri dikamar dengan melihat kearah ponselnya.

Tak ada satupun panggilan atau pesan dari kakak-kakaknya. Sana hanya bisa menghela nafasnya.

Sebenarnya Sana juga menyesal telah membuat Minhyun marah padanya. Terlebih, Minhyun itu sangat baik sekali. Dia tak pernah marah sekalipun Sana nakal. Tapi, kali ini ia telah membangunkan si iblis Hwang Minhyun. Sana benar-benar menyesal setengah mati. Sungguh.

"Sana, ayo keluar. Makan malam."

Sana mendongak menemukan Minseo yang membuka pintu kamarnya.

Sana hanya tersenyum dan mengangguk. "Ya, aku segera kesana." Ujarnya yang diangguki oleh Minseo lalu pergi dari sana terlebih dahulu.

Sana kembali menyisir rambutnya yang sudah kering lalu menggulungnya asal dengan rendah sebelum keluar dari kamar menuju dapur.

"Duduklah. Kau belum makan dari siang, ya?"

Sana tersenyum dan duduk dibangkunya. "Aniya, aku makan siang oppa." Jawabnya.

Jun mengangguk. "Baguslah. Jangan telat makan, huh?"

Sana mengangguk kecil.

"Cah! Selamat makan!" Seru semuanya dan menyantap makanannya masing-masing.

Sana tak berniat memasukkan sesuap nasi pada mulutnya. Tubuhnya sedang menolak makanan. Ia hanya ingin kakak-kakak nya.

Sesekali ia memeriksa ponselnya yang ia genggam pada tangan kirinya, dan sesekali juga ia menghela nafasnya pelan.

The Protect BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang