BonChap-#02

841 85 11
                                    

2019—Spanyol, Granada

"Sajangnim, Nona Sana sedang perjalanan menuju istana Alhambra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sajangnim, Nona Sana sedang perjalanan menuju istana Alhambra."

Lelaki itu mendengus pelan, "Seharusnya ia istirahat." Gumamnya, "Dengan siapa ia kesana?" Tanya nya lagi.

"Nona hanya sendiri, Sajangnim."

"Baiklah, awasi terus. Aku dalam perjalanan."

"Ne, Sajangnim."

Lantas setelah mematikan sambungan teleponnya ia berdiri dari kursinya dan mengambil kunci mobil yang tergeletak tak jauh dari tempatnya, bergegas turun dan langsung mengendarai mobilnya setelah mendapat lokasi sang gadis kecilnya.

"Oh, astaga Sana. Apa sebenarnya yang terjadi padamu sampai bisa terdampar dimari?!"

Mobil nya terus melaju membelah jalanan kota untuk mencapai lokasi yang sedang ditujunya. Rasa khawatir, sedih, senang, juga rindu begitu bercampur hingga ia tak bisa melakukan apapun saat kakinya sudah menapak ditempat yang sama.

Nafasnya tersengal, didepan sana ada gadis yang ia rindukan. Berdiri menghadap bangunan bersejarah ini.

Matanya begitu berkaca-kaca melihat gadis kecilnya terlihat baik-baik saja, maksudnya—ia tak memiliki luka apapun dalam tubuhnya.

Maka dengan perlahan ia melangkahkan kakinya guna mendekat pada gadis yang masih memandangi bangunan bersejarah ini.

"Pembohong."

Suaranya terdengar hingga dapat menembus pendengaran Sohyuk walaupun begitu pelan dan lirih.

Sana menatap bangunan bersejarah itu dengan kepala yang sedikit mendongak. Sedang Sohyuk berdiri menatap punggung kecil Sana.

"Sohyuk oppa, aku disini." Lirihnya, "Aku menuruti ucapanmu dengan tumbuh menjadi gadis manis, dan-" suaranya tercekat, "Dan aku sekarang disini, tempat dimana kau berjanji akan membawaku kemari."

Sohyuk begitu merasakan sakit juga rindu yang siap membeludak. Menyakitkan sekali mendengar kalimat Sana dengan suara paraunya.

Ia tahu Sana menangis, terbukti dari tangannya yang tiba-tiba terangkat sejenak—untuk menghapus air matanya—lalu ia turunkan, dan sedetik kemudian kepalanya tertunduk.

"Oppa, tepati janjimu. Aku menunggu."

Sana menghela nafasnya untuk menormalkan kembali rasa sedihnya.

"Aku menepati janjiku, Sana-ya."

Maka dengan keberanian yang sudah ia tanamkan sejak tujuh tahun yang lalu, ia membuka suaranya. Tidak besar, tidak juga pelan. Sohyuk menyeimbangkan desimal suaranya.

Deg!

Tubuh Sana begitu kaku tiba-tiba, kepalanya mendongak dengan mata membulat, maka dengan gerakan lambat ia memutar badannya dan matanya semakin membesar terkejut melihat siapa yang ada dihadapannya sekarang.

The Protect BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang