50-The Ending Becomes The Beginning (END)

1.1K 93 36
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sana tidak tahu jika menaiki pesawat saat malam dengan hujan yang mengguyur bumi ini begitu menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sana tidak tahu jika menaiki pesawat saat malam dengan hujan yang mengguyur bumi ini begitu menyenangkan. Langit gelap, awan hitam, juga gemuruh hujan yang masih belum berhenti. Sana suka, ia suka saat hujan menemaninya menangis seperti ini.

Ia tidak pernah seberani ini dalam hidupnya, pergi meninggalkan sesuatu yang paling amat berharga itu bukan perkara mudah. Dan, sekarang ia melakukannya. Pergi tanpa pamit.

Air matanya terus luruh membasahi pipinya, tidak ada isakan, tidak ada getaran dalam bahu kecilnya. Matanya terus memandang kearah jendela yang menampilkan gelapnya langit.

Pikirannya terus menerus dipenuhi oleh spekulasi yang tidak menentu. Dari mulai Ayahnya, Kakaknya, dan keluarganya juga kerabatnya.

Apa mereka senang aku pergi?

Apa mereka baik-baik saja tidak ada aku?

Apa mereka mengkhawatirkan ku?

Apa mereka mencari ku?

Apa mereka..

Apa mereka..

Oh, astaga. Kepalanya benar-benar ingin pecah jika terus menerus memikirkan hal yang sepertinya sangat-sangat belum pasti.

Sana sering kali berpikir bahwa tinggal bersama Ayah juga kakak-kakaknya adalah keputusan baik. Ia berpikir bahwa bersama rasanya akan jauh lebih menyenangkan ketimbang ia harus sendiri di Indonesia.

Menghabiskan waktunya untuk belajar dan mengikuti kursus berbagai macam, seperti; kursus bahasa Inggris, Indonesia, Korea. Kursus bermain piano, biola, juga gitar. Kursus ini, kursus itu, dan segala macam lainnya.

Selama berada di Indonesia, Sana tidak pernah sekalipun mengeluh lelahpun letih, ia menerima saat sang Nenek berkata A dan menyuruh nya B lalu menitah C-atau apapun itu, sekalipun Sana tidak pernah mengeluh.

Tidak pernah dikunjungi oleh sang Ayahpun, Sana tetap diam. Dia tidak banyak bicara seperti menanyakan; apa tahun ini Ayah tidak kesini? Apa Ayah baik-baik saja? Kenapa Ayah tidak datang dihari ulang tahun ku? Kenapa Ayah tidak mengunjungi ku?

The Protect BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang