30-Sorry

943 73 3
                                    

Jangan lupa vote!

Dan jangan lupa untuk baca ff baru aku ya hehehehe.

———

Semua terlalu cepat untuk Sana. Rasanya ia hanya bisa menatap lurus ke depan. Dimana pandangan kosong terarah pada kolam renang.

Satu jam yang lalu ia mendapatkan paket yang entah dari siapa berisikan surat beserta beberapa foto juga beberapa lembar yang disebut dengan berkas.

Sana ingin sekali berlari pada kakaknya dan menanyakan perihal ini. Sungguh, ia tak yakin dengan apa yang baru saja ia terima.

"Hallo oppa." Ujar Sana pelan saat sambungan teleponnya tersambung.

"Ya baby? Ada apa, hm? Tumben sekali menelfon." Terdengar suara tawa renyah disebrang sana.

Sana meneguk ludahnya dan memandang berkas yang ada dipangkuan, menimang-nimang apakah ia harus bertanya atau tidak.

"Apa aku mengganggu?" Tanya nya terkekeh yang ia buat-buat.

"Tentu saja tidak, baby. Ada apa, hm? Kau butuh sesuatu?"

Sana menggeleng dengan menggigit bibir bawahnya cemas.

"Ada yang mengganggu pikiranmu, sayang?"

"Oppa.."

Kakaknya berdehem lembut.

"Aku rindu.."

Kekehan ringan terdengar disana.

"Sohyuk oppa." Lanjutnya yang membuat keheningan beberapa saat.

Sana mengerutkan keningnya saat tak mendengar balasan apapun. Lantas menjauhkan ponselnya dari telinganya dan melihat layarnya bahwa telepon nya memang masih terhubung.

"Haegi oppa.. can i meet him?" Ujar Sana hati-hati.

Haegi berdehem pelan. Rasa cemas, takut, dan terkejut nya bercampur menjadi satu. Ia membasahi bibir bawahnya sebelum berujar pada Sana.

"Sana.. kau.. merindukan Sohyuk?"

Sana mengangguk lalu berdehem pelan.

"Aku minta maaf karena telat memberitahu mu, tapi kupikir ini memang yang terbaik untuk mu."

Sana mengerutkan dahinya. "Maksud, oppa?"

"Sepertinya tidak bagus jika membicarakannya ditelfon seperti ini. Mau menunggu Minggu depan saat acara makan malam?" Tawar Haegi membuat Sana mendesah lelah.

"Sebenarnya ada apa, oppa? Tak bisakah kau memang memberitahuku sekarang?" Desak Sana yang sudah dikuasai oleh rasa penasarannya.

Haegi menggigit bibirnya cemas. Gugup sekali ingin memberitahu Sana. Ini bukan waktu yang tepat. Dia bahkan belum memikirkan ini sebelumnya bahwa Sana menanyakan nya lebih cepat dari perkiraan nya.

"Oppa.. kau masih disana?"

Haegi langsung menghembuskan nafasnya pelan. "Ya, oppa disini."

"Jadi?" Tanya Sana lagi.

"Ah Sana, mianhe. Oppa ada rapat, sudah mendesak. Oppa tutup ya, kita bicara lagi nanti."

Dan panggilan terputus.

"Oppa.. oppa! Oppa, halo? OPPA!"

Sana menggigit bibirnya menahan rasa marah dan penasaran sekaligus. Ini pertama kalinya Haegi menutup sambungan teleponnya sepihak.

The Protect BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang