39-Go To Dinner

887 74 3
                                    


"Sana?!"

Sana tidak merespon sama sekali. Hanya menyembunyikan wajahnya diceruk leher Woojin saat orang yang berada dihadapannya ini memekik terkejut.

Woojin?

Ya. Woojin yang menabrak Sana saat berada ditaman. Saat itu Woojin berniat mencari udara segar dengan berlari kecil disebuah taman. Tak mengira jika ia akan bertemu Sana dalam keadaan kacau.

"Waegeure?"

Woojin membenarkan posisi Sana dalam gendongan dipunggungnya. "Dia terluka. Minggir hyeong! Aku mau masuk!"

Cepat-cepat Minhyun bergeser membuka jalan untuk Woojin dan menutup pintu setelah masuk. Ia bergegas menyusul Woojin dan Sana keruang tengah yang sekaligus ruang tv.

Disana sudah ada beberapa member yang terkejut melihat Woojin membawa Sana.

"Woojin! Kotak P3K nya dimana?" Teriakan Minhyun menggema. Dia beringsut mendekati Sana dan bersimpuh dihadapannya.

"Apa sebenarnya yang terjadi, huh?"

"Hyeong! Kotak P3K nya tak ada." Teriak Woojin dari arah dapur.

Minhyun mendesah gusar. "Baejin, tolong cari dikamarku-Ah, Woojin bawa air dingin dan handuk kecil!" Teriaknya setelah menyuruh Jinyoung.

Jinyoung tanpa berkata apa-apa bergegas kekamar Minhyun dan Woojin yang datang dengan wadah yang terisi air dan handuk yang ia bawa.

"Ini." Jinyoung memberikan kotak P3K setelah mencari dikamar Minhyun, mengobrak-abrik kamarnya. Terserahlah, yang penting ia dapat.

Minhyun dengan cepat-cepat membersihkan luka Sana dengan hati-hati. Sana tidak rewel. Ia menggigit bibir bawahnya keras-keras.

Jika boleh jujur, ia ingin berteriak dan menangis. Perih sekali. Sangat.

Minhyun mendesah pelan lantas menatap Sana. "Jangan gigit bibirmu."

Sana diam. Ia memalingkan wajahnya menghindari tatapan Minhyun.

"Bibirmu bisa terluka. Berteriak atau menangis saja, jangan melukai dirimu sendiri." Ujar Minhyun masih menatap Sana yang tetap diam. "Kau bisa menggigit bahuku jika malu berteriak atau menangis, Sana."

Sana menoleh dan meneguk ludahnya susah-susah. Tatapan yang Minhyun berikan sangat teduh.

Minhyun mengangguk meyakinkan. "Gwenchana. Gigit aku jika itu perlu."

Minhyun kembali mengobati Sana. Saat ia membersihkan lukanya dengan alkohol, Sana meremas bahu Minhyun dengan cepat. Rasanya semakin perih.

Berlanjut diolesi dengan obat merah Sana sontak menunduk dan menggigit bahu Minhyun kuat-kuat membuat Minhyun tersentak terkejut.

"Akh!"

Suara Minhyun menggema. Yang lainnya hanya menonton dan mengulum bibirnya menahan tawa melihat Minhyun yang kesakitan.

Yang luka siapa, yang kesakitan siapa. Hmhm.

Minhyun menggigit bibirnya dengan terus mengobati luka Sana.

"Selesai."

Sana menarik diri dari Minhyun dan menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Woah, kau benar-benar menggigit ku, Sana?"

Sana mengernyit lantas mendongak menatap Minhyun. "Kau yang menyuruhnya." Ujarnya.

"Tapi aku tak serius."

"Tapi kau meyakinkan ku, tahu!"

Minhyun terkekeh. "Arraseo, arraseo. Gomawo." Ujarnya dan mencium pangkal hidungnya dengan cepat.

The Protect BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang