25-Good Night

853 67 2
                                    


Sudah dua jam yang lalu Wonho pamit pulang pada Sana dan orang-orang yang berada disana. Wonho sudah bilang akan kembali besok sekedar bertemu dengan Sana.

Wonho memang sudah pulang, tapi wanita itu—Soora—masih berada disini. Sedang berkumpul dengan para member.

Mereka bertukar cerita diruang tv. Saling memuji satu sama lain. Walaupun, Soora terlihat jelas sekali lebih mendapat banyak pujian. Seperti;

"Yaampun, Noona kau sungguh cantik sekali, sih."

"Noona, apa kecantikan mu selalu bertambah?"

"Kau menjadi lebih dewasa sekali sekarang. Banyak belajar, huh?"

"Hyeong, Soora Noona semakin cantik, geutji?"

"Soora, kenapa tidak masuk dunia hiburan saja? Badanmu bagus sekali. Kau juga bagus dalam bernyanyi bukan? Cocok sekali."

"Sungguh, kau semakin luar biasa sekali."

Bla, bla, bla.

Dan masih banyak lagi.

Sana bahkan yang mendengarnya merasa kecil. Entah bagaimana ceritanya mereka semua ini saling kenal dan begitu akrab.

Karena saat Soora masuk dan terlihat dihadapan mereka, semuanya yang ada disana tampak terkejut dengan kedatangan Soora yang nyatanya membuat Sana terjauhi. Yah, walaupun Sana sadar betul, dia memang bukan siapa-siapa disini.

Memang sih, tidak semua member. Hanya beberapa saja.

Sana mengabaikan mereka yang sedang bercanda ria dan melangkahkan kakinya menuju dapur menghampiri Minseo yang memang sedang duduk dimeja makan.

"Habis dari mana? Bergabung dengan mereka?" Tanya Minseo saat menyadari keberadaan Sana.

Mereka yang Minseo maksud adalah, Soora dan yang lainnya.

Sana menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku habis telfonan dengan kakakku."

Minseo mengangguk-anggukan kepalanya mengerti lalu fokus kembali dengan laptop dihadapannya.

"Mereka berlebihan sekali, iyakan?" Minseo membuka suaranya terlebih dahulu setelah beberapa saat hening, dengan mata yang masih fokus pada layar monitor.

"Berlebihan? Berlebihan bagaimana?" Tanya Sana yang benar-benar tak mengerti.

Minseo berdecak pelan lantas menoleh pada Sana dan menunjuk ruang tengah dengan jari telunjuknya.

"Memuji sampai tak berhenti. Sebal sekali mendengarnya." Ujar Minseo dan kembali mengalihkan pandangannya pada laptopnya.

Sana hanya diam memperhatikan Minseo yang merengut kesal.

Minseo mendengus sebal. "Akan aku adukan pada eomma bahwa si hitam itu berani merayu noona-noona sepertinya. Cih."

Sana mengernyit. "Hey! Mereka kan berteman, apa salahnya?"

"Jelas salah!" Minseo kini menatap lawan bicaranya—Sana. "Teman itu tidak saling memuji dengan seperti itu. Wah, bukankah si hitam itu sudah kelihatan sekali playboy nya? Augh! Aku benar-benar tak bisa membayangkan berapa banyak dia merayu wanita di luaran sana."

Sana memiringkan kepalanya menatap Minseo dengan bingung. "Bukankah hal wajar jika memuji pada orang yang memang pantas dipuji?" Tanyanya setengah bingung.

"Tapi pujian mereka tak wajar. Terlalu berlebihan." Jawabnya. "Sana, jujur padaku." Minseo mulai memfokuskan perhatian pada Sana sepenuhnya.

Sana mengangguk polos. Mata bulatnya terlihat bening sekali. Minseo berani taruhan, siapapun yang menatapnya akan langsung jatuh kedalam pesonanya. Tapi, tentu saja bukan untuk sesama jenis.

The Protect BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang