05-College

1.9K 118 2
                                    


Sudah hampir seminggu Sana tidak pernah lagi berkunjung ke Pledis. Dan sudah 3 hari sejak kepulangan Haegi, Dayoon, dan juga Iljoon. Haegi yang pulang ke Cina. Dan Dayoon juga Iljoon pulang ke Jepang mengurus perusahaan nya masing-masing.

"Argh. Ini membosankan" ujar Sana yang kini tengah berbaring diatas ranjangnya.

Drrtt. Drrtt. Drrtt.

Sana mengerutkan dahinya bingung saat melihat nama siapa yang menelponnya. Tumben.

"Ya,Appa?" Tanyanya saat sudah menggeser tombol hijau pada layar ponselnya.

"Sedang apa?"

"Sedang tiduran saja. Ada apa Appa menelfonku? Tumben sekali" ujar Sana

Tn. Han terkekeh, "Apa sekarang Appa dilarang menelfon anak Appa sendiri?"

"Tidak. Hanya saja tumben sekali. Apakah Appa tidak sibuk?"

"Tidak. Datanglah. Ada yang ingin Appa bicarakan padamu"

Sana mengerutkan dahinya, "Ada apa? Apakah harus?" Tanya Sana malas.

"Datanglah. Appa tunggu. Saranghae"

"Tapi-"

Tutt. Tutt. Tutt.

Sambungan terputus. Dan dengan malas Sana menganti bajunya dan sedikit memoleskan makeup tipis padanya.

--

"Eoh,kalian datang? Duduklah"

"Hm. Tapi,ada apa Paman menyuruh kami berkumpul disini?"

"Ada sesuatu yang harus ku diskusikan dengan kalian"

Ketiga pria itu mengerutkan dahinya bingung, "Soal apa Paman?"

Tepat saat itu seorang lelaki masuk,dan handphone pria paruh baya itu berdering menandakan adanya panggilan.

Pria paruh baya itu menyuruh lelaki yang baru tadi saja masuk untuk duduk,lalu ia menggeser tombol hijau dan menempelkan benda pesergi itu pada telinganya.

"Arraso. Cepatlah"

Panggilan berakhir. Pria paruh baya itu kembali duduk dihadapan keempat laki-laki itu.

"Kita tunggu kakak-kakak kalian" ujarnya yang hanya dijawab oleh anggukan.

--

Sana sudah berada didepan gedung Pledis. Dengan langkah malas ia masuk dan menghampiri resepsionis disana.

"Ada yang bisa saya bantu Nona?" Tanya seorang gadis cantik dengan balutan kemeja putih dan balzer hitam. Rambut yang tergulung rapi dan juga senyum yang menawan. Cantik.

Sana tersenyum, "Apa Tuan Han ada? Aku ingin bertemu dengannya" ujar Sana

"Tunggu sebentar. Biar saya cek dahulu" ujarnya, Sana mengangguk mengerti. Setelah itu perempuan itu menelfon seseorang dan kembali menutup telfonnya.

"Maafkan saya Nona. Saya tidak tahu. Maaf karena lancang" ujarnya membungkukan badannya pada Sana

Sana mengerutkan dahinya bingung, "Wae? Ada apa?" Tanya Sana bingung

"Saya tidak tahu jika Nona adalah anak dari Sajangnim. Maafkan saya"

"Tidak apa. Lagi pula tidak banyak yang tahu" ujar Sana.

"Beliau ada diruangan nya sedang mengobrol dengan seseorang. Nona bisa langsung keatas. Apa perlu saya antar?" Tawarnya dengan lembut.

Sana menggeleng, "Tidak perlu. Aku sendiri saja. Terimakasih" ujar Sana dan ingin melangkahkan kakinya sebelum seseorang memanggil namanya

The Protect BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang