----
"ADELLL!!! ADELLL!!!"
Teriakan yang menggelegar sampai ke kamar tidur Adel membuat cewek yang sedang membaca novel itu tersentak kaget.
Cepat-cepat ia turun dan menemui Mila, Mamanya yang kini sedang berkacak pinggang sambil memegang baju yang warnanya sudah luntur.
"I-iya, Ma," jawab Adel ketika sudah berdiri di depan wanita yang sudah berumur itu.
Plak
Satu tamparan keras berhasil membuat Adel terkesiap sambil memegang pipi nya yang terasa perih. Sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah. Cewek itu terkejut karena tamparan keras Mila yang sangat tiba-tiba itu.
"Ini baju saya kenapa bisa luntur?!" tanya Mila dengan sorot mata tajam yang berhasil membuat Adel menunduk takut.
Bibir Adel terkunci rapat. Bahkan ingin menangis karena menahan rasa perih di pipi nya pun dia tidak sanggup membuka mulutnya.
Karena tidak juga Adel merespon ucapanya, tiba-tiba tangan cewek itu di tarik dengan kasar menuju kamar mandi yang berada di dapur. Adel meronta saat rambutnya di jambak kemudian kepalanya di tenggelamkan ke dalam bak. Tangan Adel berusaha menjangkau apapun yang ada di sekitarnya dan berusaha menahan tangan Mila untuk melepas jambakan pada rambutnya.
"Ini akibat karena kamu selalu membuat saya marah!"
"Ampun, ma...."
"Kamu emang anak nggak tau diuntung! Masih mau saya merawat kamu!" Mila terus menenggelamkan kepala Adel ke dalam bak tanpa memberi ampun kepadanya. Wajah Mila memerah menahan emosi yang meluap.
Adel benar-benar tidak bisa bernafas. Cewek itu terus menggapai benda apapun di sekitarnya. Dia menangis sejadi-jadinya, sampai bi Inah yang sedang mencuci mobil di luar bisa mendengarnya.
Setelah apa yang dilakukannya cukup, Mila mendorong tubuh Adel hingga kepalanya terbentur dinding di belakangnya. Lalu, ia menghidup shower dan mengguyur tubuh Adel yang sudah tidak berdaya untuk melawan. Adel tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena aksi Mila cukup menguras tenaganya. Matanya mulai buram dengan kepala yang terasa sangat pusing, dan tidak lama ia kehilangan kesadaran.
Sebelum betul-betul terpejam, Adel bisa mendengar suara bi Inah yang memanggil-manggil namanya.
"Non, bangun non." Wajah wanita yang umurnya berkisar 60 tahun itu; panik. Dia menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Adel dan berusaha membangunkan cewek itu.
Tidak kehilangan akal, dengan bantuan suaminya, mereka membawa Adel ke kamarnya. Membaringkan tubuh lelah itu dengan hati-hati.
Bi inah terkejut, saat tidak sengaja menyentuh belakang kepala Adel. Dia meringis saat merasakan ada benjolan di kepala cewek itu.
"Astaghfirullah, non." Suara bi Imah kian parau.
-0-0-
Bagas berjalan angkuh ke arah Jaka dan Imam yang sedang asik menyantap bakso mang Malik. Sangkin asiknya, mereka tidak menyadari kehadiran Bagas yang sudah duduk di depan mereka.
"Makan apa, tuh, enak bener," ujarnya tergiur.
"Yang jelas, nggak makan hati," sahut Jaka tanpa menatap Bagas.
Bagas berenggut, "asem!"
"Dari mana aja lo?" Tanya Imam sambil mendongak menatap Bagas yang balik menatapnya.
"Di suruh Bu Putri nganterin berkas ke TU," balasnya sambil mencomot gorengan Jaka.
Jaka memukul tangan Bagas ketika cowok itu kembali ingin mengambil gorengan miliknya.
"Belik sana!" ucap Jaka kesal.
"GAS! ADEL TUHHH!!" Suara Imam mengagetkan Bagas. Bagas melihat Adel berjalan memasuki kantin bersama kakak kelas mereka yang bernama Fahri itu. Biasanya Bagas melihat Adel malas. Tapi kali ini, entah kenapa setiap pergerakan Adel di awasi olehnya.
Bagas bergumam tidak jelas lalu meninggalkan kedua temannya.
"Buset kenapa tuh, bocah?" tanya Jaka pada Imam.
"Nggak tau gue. Tapi bau-baunya bakal ada perang dunia ketiga, deh," ucap Imam
Bagas menghampiri mereka. Ia memanggil Adel, membuatnya menoleh dan terkejut melihat Bagas.
Lalu Bagas melirik cowok di sebelah Adel, namun tak mengatakan apapun. Tapi, kilat matanya menyiratkan sesuatu yang tak biasa. Adel segera menyingkirkan tangan Fahri dari bahunya dan kembali menatap Bagas.
"Gue perlu ngomong sama lo," ucap Bagas.
"Mau ngomong apa?" tanya Adel.
"Enggak di sini. Ikut gue!" Bagas menarik tangan Adel untuk ikut dengannya. Tapi, Fahri menahan Adel dan menepis tangan Bagas darinya.
"Gue duluan yang bareng Adel. Bukan lo!" kata Fahri penuh dengan penekanan.
Mata Bagas semakin tajam menatap Fahri. Bahkan Fahri tak segan-segan menggenggam tangan Adel di depannya.
"Dia pacar gue!"
Fahri tersenyum remeh. "Mana ada pacar yang main belakang sama cewek lain. Eh, bukan main belakang, tapi main depan."
"Kak," tegur Adel pada Fahri saat melihat hawa-hawa yang tidak mengenakan di sekitar mereka.
"Lo masih mau sama dia yang jelas-jelas nyakitin lo, Del? Laki-laki bejat kayak dia tuh, nggak pantes buat lo,"cetus Fahri.
Bagas masih diam. Ia hanya diam mendengar celotehan Fahri sampai ia menekukan waktu yang tepat untuk merespons.
Adel ketakutan. Ia semakin kalut ketika mata tajam Bagas terus-menerus menghujam Fahri. Hingga akhirnya, Fahri berhenti bicara saat tubuhnya tersungkur dan bibirnya robek akibat pukulan Bagas.
"Bagas!" Adel refleks teriak dan membantu Fahri untuk berdiri.
"Kamu apa-apaan sih, Gas!"
"Dia yang apa-apaan," ujar Bagas dengan santai. "Lo salah orang bro! Tandingan lo bukan gue."
-0-0-
Masyaallah, aku update😂😂
Demi kalian nih! Wkwk
Jangan lupa vomment:)Wiwind
Istri sah Shawn Mendes❤Kamis, 04 April 2019
![](https://img.wattpad.com/cover/163276226-288-k408236.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Numbness (selesai)
Novela JuvenilHighest rank : #1 in boyfriend [15 januari 2019] "Jauh-jauh dari gue!" Ia mengibas-ngibaskan tangannya, seolah mengusir. Mau tidak mau Adel menurut, ia mundur dengan senyuman yang masih mengembang. "Jauh lagi!" Adel mundur lagi. "Lagi!" "Terus, la...