12

30.1K 1.4K 37
                                    

  "Jantung Lo kok detaknya cepat, kok beda ya, sama jantung Gue?"

--------

"Del, tadi kata temen-temen kelas, Lo di putusin ya, sama Bagas?" Lia menengok padanya, namun Adel malah melamun.

"DELLLL!!!! Ihh kok malah bengong, sih?!"

Adel terkejut. "Hah?! Siapa? Bagas?"

"Iya Bagas! Lo beneran di putusin sama tuh, gas elpiji?"

Adel terkekeh. "Dia cuma nge prank Gue. Pas Gue tanya kenapa, dia langsung ketawa. Nyeselin banget nggak, tuh?"

Lia menatap temannya itu bingung. "Maksud Lo, dia ngomong putus, terus dia ketawa, gitu? Gila tuh, orang!" teriak Lia membuat teman-teman kelas menatap mereka. Lalu meringis pelan melihat Adel menatapnya tajam. "Tapi, kok bisa sih?"

Adel mengangkat bahunya, tidak tau. Badannya sudah lumayan mendingan. Tinggal hidungnya saja yang masih tersumbat. Dia melemparkan tisu bekas ia mengelap ingusnya pada Lia.

"IHHH JOROKKK LOOO!!!" teriak Lia dengan lebay sambil menatap tajam pada Adel.

Adel tertawa melihat ekspresi Lia. Adel tau, temannya ini sangat anti dengan hal-hal menjijikkan seperti itu. Bukan hanya dia, kalian pun pasti sama. Tapi, rasa jijik Lia ini sudah hampir mendekati kata overdosis. Makanya, Adel sering mengusilinya seperti tadi.

"Terus Lo gimana?" tanya Lia mengubah posisi duduknya. "Lo nangis nggak?"

"Tadinya sih, pengen nangis. Tapi nggak jadi." Adel terkekeh sendiri membayangkan kejadian tadi.

"Lo suka banget ya Del, sama Bagas?" tanya Lia lagi. "Lo kan tau Bagas terkenal dengan fuckboy nya. Mantannya aja berjibun. Mungkin bisa kali ya, buat grup ex-Bagas 48. Mending Lo sama kak Fahri, deh."

Ucapan Lia mengingatkannya pada Fahri. Sudah lama ia tidak melihat cowok itu dari semenjak dia mengantarkan Adel pulang. Chatnya beberapa hari yang lalu pun belum di balas oleh cowok itu. Apa Fahri marah pada Adel karena mengajaknya pulang dari alun-alun lebih awal?

"Lo mikirin apa, sih?" Lia menyenggol bahu Adel. "Dari tadi melamun mulu. Kesambet baru tau rasa Lo!" cibir Lia kesal.

"Lo ngerasa nggak sih, kalo kak Fahri nggak kelihatan beberapa hari ini?"

Lia memicingkan matanya. "Lo kangen ya, sama dia? Ayooo..." tanya Lia penuh selidik.

"Apaan, sih?! Gue emang nggak liat dia beberapa hari ini, bukan kangen," sela Adel cepat.

"Ooo, gitu..." Lia menggodanya habis-habisan. "Kak Fahri lagi pergi keluar kota."

Dahi Adel berkerut. "Lo tau dari mana?"

"KEPOO!"

Adel menarik rambut Lia karena saking kesalnya sampai membuat cewek itu mengaduh kesakitan.

-0-0-

"BAGASSS!!! BAGASSS TUNGGUIN AD- AAAAAA!!!"

Bagas menangkap tangan cewek itu sebelum benar-benar menyentuh lantai. Dia menatap Adel berang dan melepaskan tangannya. "Kalo di sekolah itu jangan lari-lari bisa nggak, sih? Kayak anak kecil aja," omelnya kesal.

"Makanya, Bagas punya kaki jangan panjang-panjang dong," sungut Adel terkekeh.

"Lo yang kependekan bego!" Bagas menyentil dahi Cewek itu agar sedikit waras.

Adel mengusap dahinya. Lalu, menyusul Bagas yang sudah jalan lebih dulu. Dia menyeimbangkan langkahnya dengan langkah lebar milik Bagas.

"Nanti anterin Adel pulang, ya?" Adel menarik ujung baju Bagas dan memilinnya asal.

Bagas menghentikan langkahnya dan menghadap penuh pada cewek itu. Dia tidak berekspresi sedikit pun. Adel heran saat Bagas hanya memandanginya tanpa mengeluarkan suara. Cowok itu tiba-tiba menariknya dan berlari. Bagas membawa Adel ke samping perpustakaan dan bersembunyi di sana. Saat Adel ingin bertanya, Bagas langsung membekap mulutnya dan mengarahkan telunjuk di depan bibir.

Adel bertanya lewat tatapan mata, 'kenapa, sih?'

Bagas menarik tangannya dari bibir Adel saat suara seorang guru terdengar. Lantas, mata Adel melotot karena baru menyadari suara pantofel yang beradu dengan lantai terdengar semakin dekat.

"Dia lagi nyariin Gue," bisik Bagas.

Adel menatap Bagas bingung, lalu menghela nafas. "Terus?"

Bagas menatapnya kesal. "Lo oon atau bego, sih? Kalo di liatnya Lo bareng Gue, Lo juga bakal kena hukum."

Mata Adel kembali melotot. Dia berdiri gelisah saat merasakan tubuh Bagas menempel padanya. Dia tau, Bagas bukan mencari kesempatan dalam kesempitan. Tapi, seumur hidupnya, dia baru merasakan sedekat ini dengan cowok.

Nafas Adel tertahan saat kepala Bagas tersanggah di pundaknya. Adel langsung memajukan tubuhnya sedikit, tapi cowok itu ikut maju dan menyanggahkan kepalanya kembali. Aduhh, gusti, kalo terus-terusan kayak gini, Gue bisa mati berdiri.

"Jantung Lo kok detaknya cepat, kok beda ya, sama jantung Gue?"

Adel tidak menanggapinya. Yang dia harapkan agar guru itu cepat pergi dan dia bisa menjauh dari Bagas.

-0-0-

Hari ini aku update pagi guysss😊
Lagu nya cocok nggak? Menurut aku cocok sih😁
Jangan lupa vomment ya guys:)

Wiwind
Pacar sah Kuanlin💖💖

Rabu, 01 Mei 2019

Numbness (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang