06

35.1K 1.6K 47
                                    

"Bagas, tangan Adel sakit," ujar Adel dengan sesekali merintih kesakitan.

Bagas tidak menggubris ucapan Adel. Dengan sorot mata yang masih terlihat berapi-api, ia terus menarik tangan cewek itu dengan kasar. Bagas membawanya ke gudang yang biasa menyimpang peralatan olahraga.

"Aduh Bagas, sakit!" keluh Adel lagi.

Bagas menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap tajam Adel sampai menghunus mata cewek itu.

"Apa?! Apa lo yang sakit?!" tanya Bagas dengan nada tinggi. Adel terkejut melihat perlakuan kasar cowok itu sampai ia tidak bisa berbuat apa-apa selain diam. "Kenapa lo diam? Apa lo yang sakit?!"

"Bagas, kamu kenapa kasar banget, sih, sama aku? Salah aku apa sama kamu?" tanya Adel padanya. Cewek itu masih merintih, menahan rasa sakit di pergelangan tangannya. Genggaman Bagas belum terlepas, bahkan semakin kuat ia rasa.

"Itu monyet sialan kenapa bisa sama lo, hah?!" Telunjuknya menunjuk Adel tepat di depan wajahnya. "Pake rangkul-rangkul segala, lagi. Gue pacar lo aja nggak pernah rangkul-rangkul lo kayak gitu!"

Lagi-lagi Adel tersentak karena ucapan Bagas. Masalahnya, cowok ini sedang cemburu atau apa? Kok sebegitu marah pada Fahri? Adel tersenyum di sela-sela rintihan sakitnya.

"Oh, gue tau! Lo yang mau di rangkul, ya?" tuding Bagas padanya.

"Bagas cemburu?" Pertanyaan Adel meluncur begitu saja dari mulutnya.

Mata Bagas melebar. "Apa lo bilang? Gue cemburu?!" Ia tertawa sumbang. "Mimpi lo!"

"Jadi, kenapa marah sama kak Fahri kalo alasannya nggak cemburu, ayooo?" Ucapan Adel terus menyelidiknya sampai ia tersudut.

"Y-ya, karena lo nggak cocok buat dia. Dia ganteng, sementara lo jelek," cetusnya.

"Kalo Bagas?"

Oh, shit! Senjata makan tuan. Pernyataannya tadi malah menjadi boomerang bagi dirinya. Kenapa malah ia jadi terlihat benar-benar cemburu sekarang?

"Gue--"

"Bagas, diem!" seruan Adel membuatnya mengernyit bingung. "Jangan gerak," bisiknya sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir.

Adel mendekat dan mengambil sesuatu dari bahu Bagas. Di mengambil antena kecoa dengan jempol dan telunjuknya, dan memperlihatkannya di depan wajah Bagas. Bagas langsung lompat ke belakang dan menaiki tumpukkan meja yang tersusun di gudang itu.

"Jauhin dari gue! jauhin!" Tangan Bagas bergerak menyuruh Adel untuk menjauhkan kecoa itu darinya.

"Kecoa itu makhluk ciptaan Tuhan juga kali. Kenapa harus di takutin, sih?" Adel berbicara sendiri sambil menatap kecoa itu.

"Gue nggak takut ya, tapi jijik!"

Adel menatap Bagas dan kecoa itu bergantian, lalu terbahak sampai tidak sadar kecoa itu sudah terlepas dan terbang entah kemana. Bagas langsung heboh dan berteriak seperti mas Fattah. Adel melihat-lihat ke segala arah untuk mencari keberadaan kecoa itu. Namun, tak terlihat sama sekali.

Dia tersenyum kecil saat akhirnya menemukan kecoa itu, lalu mengambilnya tanpa rasa jijik sedikit pun.

"Buang, Del. Matiin!" suruh Bagas yang masih berteriak lebay di atas tumpukan meja itu.

Numbness (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang