"Walaupun dia nolak gue, setidaknya dia udah tau kalau di dunia paralel ini ada cowok yang jatuh cinta sama dia."
--
Bagas dan teman-temannya sedang asyik mengobrol di kantin saat jam istirahat pertama. Di antara ketiga siswa itu, ada Jaka dengan wajahnya yang berseri-seri seperti habis mendapat give away iphone 11.
"Kenapa lo?" tanya Imam. Dia menyeruput es teh miliknya.
"Gue abis nembak cewek," jawab Jaka menggebu-gebu.
Imam terbatuk-batuk mendengar jawaban Jaka yang berhasil membuatnya berfokus pada cowok itu. "Serius lo? Siapa?" Imam penasaran. Tapi, lain halnya dengan Bagas yang terlihat biasa-biasa saja.
"Lo tau temen Adel, kan? Gue nembak dia."
"Lia maksud lo?" Bagas menggeser duduknya agar mendekat ke arah Jaka. "Lia temen Adel itu?" tanyanya memastikan.
Jaka mengangguk antusias. "Iya. Gue pertama liat dia tuh, udah berdebar-debar nggak karuan gitu. Nah, itu berarti cinta kan?" Jaka memandangi teman-temannya satu persatu.
"Di terima nggak?" tanya Imam.
Jaka menggeleng, "enggak. Gue malah di blokir." Jawaban Jaka membuat Imam dan Bagas menoyor kepalanya.
"Kalo di tolak, kenapa lo kelihatan seneng bego?!" Bagas menaik turunkan alisnya.
"Setidaknya gue udah berani nyatain perasaan gue sama dia. Walaupun dia nolak gue, setidaknya dia tau kalau di dunia paralel ini ada cowok yang jatuh cinta sama dia." Penjelasan Jaka membuat kedua temannya membisu. Mereka seperti tidak melihat Jaka yang biasanya tidak bisa diam itu. Malah seperti orang lain.
"Di tolak sakit nggak, Jak?" tanya Imam polos.
"Ya, sakit lah bego! Apalagi gue langsung di blokir sama dia." Jaka melemparkan segenggam kulit kacang pada Imam. "Katanya doi suka sama orang lain."
"Noh, denger Gas. Mungkin itu yang dirasakan Adel saat tau lo suka sama cewek lain," kata Imam menatap Bagas heran.
"Ya, kan, gue emang nggak suka sama dia," balas Bagas tak terima.
"Hem." Jaka berdeham. "Siapa yang semalam itu uring-uringan karena buat Adel nangis, hem? Terus minta bantuan sama kita gimana minta maaf sama Adel. Gue rasa orangnya ada di sini, deh."
Bagas memukul belakang kepala Jaka. "Itu karena gue ngerasa bersalah. Bedain yang namanya merasa bersalah sama suka."
"Harusnya gue yang nanya sama lo kayak gitu." Jaka mengangkat jari telunjuknya. "Taruhan sama gue, lo bakal jatuh cinta sama Adel. Oh ralat, lo udah jatuh cinta sama Adel."
"Enggak, anjir!" sangkal Bagas cepat.
"Iya!"
"Enggak, ya Allah!"
Jaka menggaruk-garuk pelipisnya. "Yaudah, bisa nggak lo putusin Adel sekarang juga?" tanya Jaka sambil mengarahkan telunjuknya pada Bagas. "Kalo lo beneran nggak suka sama dia."
Bagas tidak menanggapinya, ia berdiri sambil mengambil gorengan. "Bayarin ya, Mam! Mupeng gue di sini," ucapnya pada Imam lalu berlari kabur.
"Eh, mau kemana lo? Gue belum selesai ngomong!" teriak Jaka.
"Nemuin Adel!"
-0-0-
Adel tidak tau, sejak bangun tidur tadi, badannya sudah panas. Kepalanya sangat berat, ditambah hidungnya tersumbat. Lia sedang keluar karena mengantarkan buku-buku yang di suruh wali kelasnya ke ruang guru. Sekarang dia sendiri lagi.
Adel mencoba menegakkan tubuhnya dengan pelan. Namun, rasa mual kembali datang, dan membuatnya kembali meletakkan kepalanya di atas meja. Matanya kembali terpejam, deruh nafasnya mulai normal teratur.
Bagas menghentikan kakinya di depan kelas Adel. Ia lihat adel sedang tidur dengan kepala menghadap ke jendela, lalu menghampirinya. Tanpa menimbulkan suara, dia memutar kursi di depan Adel dan menghadap cewek itu. Dia ikut membaringkan kepalanya di atas meja dan menatap lamat-lamat wajah Adel. Di lihat lebih teliti lagi, rupanya Adel memiliki tahi lalat di bawa bibirnya. "Pantesan cerewet banget," gumamnya pelan, bahkan tidak mengeluarkan suara.
Bagas membiarkan pasang mata menatap ke arahnya. Dia tau, perbuatannya ini sangat membuat jiwa kaum jomblo bergejolak.
Deruh nafas hangat Adel, menyapu permukaan kulitnya. Bagas mengernyit saat tidak sengaja menyentuh tangan cewek itu. Badan Adel panas, ia baru sadar cewek ini membuang nafas dari mulut karena hidungnya tersumbat.
Dengan gerakan perlahan, Bagas menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cewek itu. Dan menepuk pipinya pelan. "Del?"
"Adel!" panggil Bagas lagi membuat cewek itu terkejut dan terbangun dari tidurnya. Ia menjauhkan diri dari Bagas dan menatap bingung padanya. "Eh, sori. Gue ngagetin lo ya?"
Adel mengerjab berulang-ulang kalau ia sedang salah lihat. Tapi, sudah berulang kali mengucek matanya, ia tetap melihat Bagas di depannya. Cowok itu tidak menampilkan ekspresi apapun, malah terlihat lempeng.
"Bagas ngapain di sini?" tanya Adel pada akhirnya.
Bagas tidak menanggapi, "lo sakit, ya?" Ia malah balik bertanya.
Adel berdeham pelan. "Cuma nggak enak badan aja kok," balasnya. "Bagas ngapain di sini?" tanyanya sekali lagi.
Bagas menghela nafas panjang, lalu berdiri dari duduknya. "Kita putus," katanya membuat Adel ikut berdiri karena saking terkejutnya. Wajahnya memerah. Setumpuk air mata siap terjun bebas dari matanya kalau ia berani mengerjab.
"Kenapa?" tanya Adel dengan suara serak.
Bagas menahan tawa melihat ekspresi Adel. "Tapi boong HAHAHAHAHAHA..." ucapnya lalu berlari keluar kelas sambil tertawa keras.
Adel terperangah di pijakannya. Cowok itu sedang mengerjainya ya? Atau sedang membuat lelucon yang tidak lucu?
"BAGASSSS TUNGGUINN ADELLLLL!!!!"
-0-0-
Wiwind
Istri sah Shawn Mendes💕Rabu, 24 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Numbness (selesai)
Teen FictionHighest rank : #1 in boyfriend [15 januari 2019] "Jauh-jauh dari gue!" Ia mengibas-ngibaskan tangannya, seolah mengusir. Mau tidak mau Adel menurut, ia mundur dengan senyuman yang masih mengembang. "Jauh lagi!" Adel mundur lagi. "Lagi!" "Terus, la...