44

18.1K 594 3
                                    

Jerman, 18 Februari 2018

"Kamu udah lama nunggu aku?" tanya seorang cowok saat menemukan kekasihnya duduk di salah satu bangku taman.

Cewek itu menoleh padanya sebentar, lalu kembali menatap hamparan rumput hijau di depannya. "Kamu datang?"

"Maksud kamu apa? Kan, kamu yang ngajak aku ke sini. Ya pasti aku datang."

Cewek itu menghela nafas panjang, lalu kembali menatap cowok berjaket hitam itu. "Aku mau ngomong sama kamu, Res."

Kening Eires mengkerut, lalu duduk di samping cewek itu. "Ngomong aja." Perasaannya mulai tak enak terhadap cewek itu, terlihat dari cara berbicaranya terdengar tidak semangat.

"Sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu. Aku-"

"Minta maaf untuk apa, Ra? Emang kamu ada salah sama aku?"

"Res, aku... nggak bisa lanjutin hubungan ini."

Eires terkejut dengan perkataan Rara barusan. Ia kira, Rara mengajaknya kesini untuk merayakan anniversary mereka yang kedua tahun. Tapi, kenapa malah kabar buruk yang Eires dapat dari cewek itu?

Eires menggeleng tidak percaya. "Jangan bercanda deh, Ra. Aku nggak suka!"

"Aku nggak bercanda, Res. Aku mau kita putus." Air mata Rara tidak lagi bisa ditahan. Ia kira sangat gampang memutuskan hubungannya dengan Eires, ternyata begitu sulit. Ia dengan sengaja membuat luka di hati cowok itu tanpa ia sadari.

"Tapi kenapa, Ra?" tanya Eires dengan suara melemah.

"Aku nggak bisa nerusin hubungan ini lagi, karena aku--"

"Rara!"

Belum selesai Rara menyelesaikan ucapan, seseorang tiba-tiba memanggilnya membuat keduanya menoleh termasuk Eires.

"Kamu aku cariin, eh, tahunya di sini," kata cowok itu sambil tersenyum pada Rara.

"Denis, kamu ngapain di sini?"

"Nyariin kamu."

Eires melihat interaksi keduanya dengan emosi yang sudah meluap. Ia tidak tahu siapa cowok itu, dan kenapa sangat dekat dengan Rara? Eires yakin alasan Rara memutuskan hubungan dengannya karena cowok itu. Tangan Eires mengepal dengan kuat, siap menerjang cowok itu. Tapi ia urungkan karena itu tidak akan membuat hubungannya dengan Rara membaik.

"Sekarang aku tahu, Ra, kenapa kamu minta putus dari aku! Alasannya karena kamu lebih milih dia dari pada aku, kan?" sentak Eires membuat Rara diam seribu bahasa.

Rara menatap Eires tak percaya. Kenapa bisa Eires menyimpulkan kejadian ini seperti itu? Pasti Eires sudah paham dengan semua ini.

Eires menggeleng tidak percaya sambil terkekeh sinis. "Nggak nyangka aku, Ra!" ujarnya lalu meninggalkan Rara berdua dengan Denis.

"Eires, tunggu!" Rara meraih tangan Eires. Namun dengan cepat ia menyentak tangan Rara darinya. "Eires, please, dengerin penjelasan aku dulu."

"Mau jelasin apa lagi?! Aku udah tahu semuanya, Ra!" Eires menatap nyalang wajah Rara.

Rara hanya diam, membiarkan air matanya turun lebih deras.

"Aku pikir kamu cewek yang bisa ngubah aku jadi cowok yang lebih baik. Ternyata aku salah, kamu nggak jauh beda sama perempuan murahan!" Eires membentak Rara lalu menjauhkan dirinya dari cewek yang tengah menangis itu.

Eires menyudahi lamunannya tentang momen sekitar satu tahun yang lalu itu. Ia beranjak dari kamarnya dan masuk ke kamar sebelah. Sudah lama ia tidak pernah masuk ke kamar ini. Karena kenangan tentang Rara langsung berkelebat di kepalanya.

Eires melangkahkan kakinya untuk masuk lebih dalam. Di raihnya frame yang terpajang di sudut meja belajar, kemudian di tatapnya sendu. Dia merindukan gadis berkacamata dalam foto itu. Rindu yang sangat dalam.

"Ra, kenapa kamu nggak bilang dari dulu kalau kamu sakit? Kenapa setelah kamu nggak ada, aku baru tahu semuanya? Kamu nggak perlu malu sama aku karena kamu punya penyakit. Aku cinta kamu apa adanya, Ra." Eires berkata sambil memandang gadis dalam foto itu.

Eires menghela nafas panjang lalu melanjutkan ucapannya. "Aku merasa jadi cowok paling kurang ajar karena bilang kamu perempuan murahan. Seharusnya kamu ngelawan saat aku ngomong itu. Kenapa kamu diam aja, Ra?" lanjutnya dengan rasa penyesalan yang mendalam.

Eires meletakkan kembali frame itu ke tempat semula setelah cukup lama ia pandang. Dia kemudian bergerak membuka laci meja untuk mencari sesuatu yang sudah lama ia simpan.

Gantungan kunci yang dulu ia berikan pada Rara sebagai kenang-kenangan karena cewek itu akan kembali ke Indonesia. Eires mengambilnya lalu menatapnya dengan pandangan berkaca-kaca.

"Aku tau kamu suka banget sama Hello kitty, Ra. Sampe-sampe kamu nyuruh aku untuk pake baju gambar itu." Eires terkekeh sendiri menatap gantungan kunci itu.

Ternyata melupakan kenangan saat bersama Rara sangat sulit bagi Eires. Ia bahkan sudah menyibukkan diri pada hal positif, tapi tetap saja nama Rara masih ada di kepalanya, dan selalu ada di hatinya.

"Ra, di dunia mana pun kamu berada, kamu tetap di hati aku."

Eires menggenggam gantungan kunci itu lalu memeluknya di dada. Dia menjatuhkan diri di atas tempat tidur dengan mata menatap langit-langit kamar. Kamar ini memang ia buat untuk menyimpan kenangan-kenangan indah saat bersama Rara dulu.

Tidak lama, mata Eires terpejam dengan perlahan. Ia tertidur sambil menggengam gantungan kunci itu.

-0-0-

Tbc
Jangan lupa vomment ya:)

Btw give away soal judul besok aku umumin ya;)
Karena hari ini belum aku rundingin judul yang cocok untuk cerita ini apa. Jadi pengumumannya besok ya:)

Wiwind❣❣❣

Kamis, 01 Agustus 2019

Numbness (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang