Kak Fahri
Del, gue denger, ada kafe depan sekolah kita yang baru buka. Katanya mereka lagi nyari pegawai cewek. Lo mau, nggak?Senyum Adel mengembang membaca pesan dari Fahri yang baru saja ia terima. Matanya ikut berbinar karena masih ada orang mau menolongnya mencarikan pekerjaan paruh waktu yang sangat ia butuh kan di sela-sela kesibukkan sekolahnya.
Jari-jari Adel mulai bergerak di atas layar ponselnya yang sudah jadul itu. Bukan tidak ingin meminta Dony untuk membelikan ponsel baru, tapi Adel sudah mengubur prinsip di dalam hatinya kalau ia takkan merepotkan Dony atau yang lainnya lagi.
Iya kak, Adel mau nanya orang rumah dulu. Makasih ya, kak :)
Kak Fahri
Your welcom:) Btw udh dulu ya, gue mau susulin Dinda dulu. Dia udah ngomel nih :vIya kak. Kirim salam sama kak Dinda nya
Kak Fahri
Oke;) besok jangan telat lagi. Nggak terima alasan!Pesan itu tidak Adel balas, ia hanya mematikan ponselnya dan kembali fokus pada buku pelajarannya.
Perihal soal pekerjaan, memang tadi saat di sepanjang perjalanan menuju rumah Adel, mereka membahas hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang bisa di lakukan remaja yang masih bersekolah alias pekerjaan paruh waktu. Adel mengatakan kalau ia membutuhkan pekerjaan itu. Dan Fahri mengusulkan Adel untuk bekerja di kafe, karena pekerjaan itu yang cocok untuk anak SMA seperti Adel.
-0-0-
"BAGASSSS!!!! KANTIN YUK!!!!
Bagas menghentikan langkahnya tanpa mau menoleh ke belakang. Ia menggeram kesal karena Adel selalu saja mengganggunya.
Adel berlari menghampirinya yang baru saja keluar dari kelas bersama Jaka. Mata Bagas mengerjab melihat penampilan Adel yang kali ini berubah. Rambutnya tidak lagi di kucir dua melainkan di gerai bebas tanpa ikatan.
Jaka yang berada di sampingnya menyeringai melihat perubahan raut wajah temannya itu. Namun Bagas tidak sadar dan tak mau mengalihkan tatapannya ke arah lain. Jujur saja, Bagas tidak pernah merasakan perasaan seperti ini pada cewek lain selain pada Keysa. Tapi perasaan ini berbeda.
"Sadar Mas, sadar. Gue tau, Adel itu cantik, iya 'kan, Del?"
Bagas berdecak, "sekali lagi lo ngomong, gue robek mulut lo!" ancam Bagas pada Jaka yang hanya terkekeh.
"Lo ngapain?" tanya Bagas pada Adel dengan nada tak suka.
"Berdiri."
"Yahh, bloon! Gue tau lo lagi berdiri. Maksud gue ngapain lo di sini?!"
"Ngajakin Bagas ke kantin, yuk!" Adel menarik pergelangan tangan cowok itu, namun tak lama Bagas menghempaskan tangan cewek itu begitu saja membuat Adel mengerutkan dahinya. Hanya sekejab, raut wajah Adel berubah menjadi sedih
Bagas berjalan mendahuluinya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Jaka yang merasa tak enak pun meminta maaf pada Adel, kemudian menyusul Bagas.
"Woi, Gas!" Jaka menarik baju Bagas, membuat cowok itu berhenti dan berbalik. "Gila, ya, lo! Nggak ada kasian-kasiannya sama Adel!"
"Apaan sih?!" kesal Bagas. "Kenapa sekarang lo berpihak ke dia?"
"Gimana gue nggak berpihak sama Adel, kalo sikap lo udah keterlaluan sama dia!"
"Bodo amat, gue!"
"Gas, gue tau, lo masih belum bisa lupain Keysa, kan? Tapi jangan lampiaskan rasa kekesalan lo sama cewek yang nggak tau apa-apa. Sama aja lo nginjek-nginjek harga diri cewek." Jaka menatap Bagas yang hanya diam. "Lo bayangin gimana marahnya Keysa saat lo nyiram baju kakak kelas pake jus gara-gara nggak sengaja dorong Keysa? Keysa marah besar, bro!"
"Dan sekarang mungkin dia lagi marah sama lo!" lanjut Jaka.
Jaka benar. Bagas ingat betul kejadian itu, Keysa sampai tidak segan-segan menamparnya di depan orang banyak. Tapi yang di lakukan Bagas hanya diam, tidak membalas. Setelah menamparnya, Keysa pergi entah kemana. Seminggu tidak memberi kabar pada Bagas, dan tiba-tiba saja Keysa kembali, tapi membuat Bagas kecewa. Keysa berkencan dengan laki-laki yang seumuran dengannya, entah siapa namanya Bagas pun tak tau. Gadis itu tampak sangat bahagia. Bagas apa boleh buat, dia mencoba sekuat tenaga juga ikut bahagia demi sang pujaan hatinya.
"Sekarang lo susulin Adel, minta maaf sama dia!"
"Minta maaf?"
"Iya, kenapa? Lo takut? Gengsi? Cemen lo!"
Bagas mencengkram kerah baju Jaka. "Gue nggak takut dan gue nggak gengsi! Liat aja, gue bakal tunjukin ke lo!"
Cowok itu melepas cengkramannya, kemudian meninggalkan Jaka yang tersenyum kemenangan. Kali ini Jaka berhasil membuat temannya itu luluh.
-0-0-
Setelah apa yang di katakan Bagas tadi, Adel memilih pergi ke kantin sendiri. Coba aja dulu Chindy tidak memprovokasi teman-teman sekelasnya agar menjauhi Adel, pasti saat ini Adel sudah ke kantin bareng mereka. Berbincang hangat soal pelajaran-pelajaran yang sangat memuakkan itu.
Adel menghela nafas panjang sebelum akhirnya dia berbelok menuju koridor kelas dua belas. Tapi suara seseorang yang terdengar asing berhasil membuatnya berhenti.
Adel tersentak saat tangan besar orang itu merangkulnya. "Ke kantin bareng gue!"
Mata Adel terbelalak. "Bagas?"
"Kenapa? Nggak suka?"
Dahi Adel berkerut bingung. "NGGAK! ADEL SUKA KOK!"
Bagas tersenyum, mata nya beralih pada rambut Adel yang masih tergerai. "Kenapa di gerai?" tanya nya.
"Jelek, ya? Sudah Adel duga."
"Nggak, kok. Tapi gue suka lo iket dua kayak Srik." Bagas terkekeh.
"Srik siapa?"
"Monyet gue." Bagas tertawa kencang hingga membuat murid-murid yang berpapasan dengannya menatapnya heran.
"Jadi Adel kayak monyet, gitu?"
-0-0-
Updatee uyy
Lanjut? Yay/nayKalo kiranya nggak suka sama chapter ini, boleh kasih masukkan ya:)
Jangan lupa vomment guysss:)
Wiwind
Entah lah❤❤Selasa, 28 Mei 2019

KAMU SEDANG MEMBACA
Numbness (selesai)
Teen FictionHighest rank : #1 in boyfriend [15 januari 2019] "Jauh-jauh dari gue!" Ia mengibas-ngibaskan tangannya, seolah mengusir. Mau tidak mau Adel menurut, ia mundur dengan senyuman yang masih mengembang. "Jauh lagi!" Adel mundur lagi. "Lagi!" "Terus, la...