"Ada urusan apa sama cewek gue?"
Keduanya menoleh pada Bagas yang sudah berdiri di belakang mereka.
"Bagas?" Adel terkejut dengan kedatangan Bagas yang tiba-tiba. Ia takut Bagas akan salah paham melihatnya duduk berdua bersama Fahri.
"Lo tuli atau dungu?! Gue nanya, ada urusan apa sama cewek gue?!" Bagas menarik kerah baju seragam Fahri membuat cowok itu bangkit dari duduknya.
Fahri berdecih, "katanya nggak suka, tapi kenapa sampe sekarang masih di pacarin?"
Tangan Bagas mengepal kuat. Ingin memberi pelajaran lebih pada kakak kelasnya itu, namun dengan cepat Adel melerai, "Bagas, udah! Jangan berantem."
Bagas melirik Adel sebentar, lalu tidak lama kemudian ia melepas cengkramannya dari Fahri, "kali ini lo selamat!"
Setelah mengatakan itu, Bagas menarik Adel secara paksa keluar dari kantin. Entah apa yang di lakukan Bagas setelah ini, Adel tidak tau.
"Kenapa dia bisa duduk berdua sama lo?" tanya Bagas ketika mereka sudah berada di depan kelas Adel , lalu melepaskan tangannya.
"T-tadi Adel bareng Lia, kok, Gas." Adel berusaha menengahi kesalahpahaman Bagas terhadapnya. "Adel nggak bohong! Terus tadi Lia pergi duluan."
"Terus kenapa Lia pergi duluan, lo nggak pergi juga? Harus gue datangi dulu baru lo pergi?" Bagas kehilangan kendali dalam ucapannya. Entah kenapa saat mengamati Adel dan Fahri dari kejauhan, dadanya terasa sesak. Ada apa dengannya?
Adel tidak menjawab. Dia menundukkan wajahnya persis seperti anak kecil yang takut saat di marahi orang tuanya.
"Gue butuh jawaban lo, bukan keterdiaman lo!"
"Sumpah, tadi Adel juga nggak tau kalo kak Fahri nyamperin Adel." Air mata cewek itu tumpah karena mendengar bentakan Bagas yang mengundang tatapan dari para murid yang lewat.
Bagas terdiam beberapa detik lamanya, "semoga apa yang lo kata kan itu benar." Ia menatap wajah Adel yang masih menangis itu, "gue tunggu pulang sekolah di parkiran."
Setelah itu Bagas pergi meninggalkan Adel yang menatap nanar kepergiannya
-0-0-
"Adellll!" Lia berlari masuk ke dalam kelas lalu menghampiri Adel yang saat itu sedang membaca novel. Cewek itu lebih memilih menetap di kelas, bukan maksud tidak ingin pergi ke kantin atau pun lainnya, hanya saja ia ingin menghindari Fahri agar Bagas tidak kembali salahpaham terhadapnya.
"Apaan, sih?! Berisik!"
"Nggak ada apa-apa, sih," ucap Lia lalu terkekeh.
Cewek itu berdecak. Ingin sekali ia menyumpal mulut temannya itu agar tidak teriak-teriak di muka umum. Kalau Adel memiliki gangguan telinga, terus gendang telinganya pecah gara-gara teriakan Lia, gimana?
Saat Lia masih tertawa, tiba-tiba Bagas dan Jaka masuk ke dalam kelas Adel. Lia yang berdiri di depan Adel mendengus, lalu bergeser untuk memberi ruang kepada Bagas. Adel dan Lia sempat bertukar pandang sebentar, lalu mengamati kedua cowok itu.
"Ada apa?" tanya Adel, menatap wajah Bagas. Tidak biasanya cowok itu akan menghampiri Adel ke kelasnya lebih dulu.
"Gue mau mastiin pacar gue baik-baik aja."
Adel dan Lia tercengoh bodoh. Bagas kerasukan apa sih? Dia jauh-jauh datang ke kelas Adel hanya ingin mengatakan itu?
Jauh di dalam lubuk hati Adel, ia sama sekali tidak tersentuh melainkan merasa heran dengan sikap Bagas.
"Bagas cuma mau bilang itu aja, kok, Del. Ya kan, Gas?"
Cowok itu mengangguk sambil tersenyum. Ia betul-betul seperti orang bodoh sekarang.
"Gue sama Bagas pergi dulu, ya?" Jaka menatap Lia sambil mengedipkan sebelah matanya kepada cewek itu hingga pipi Lia seketika merona.
Mereka langsung pergi meninggalkan Adel dan Lia yang masih bungkam. Lia ingin mengejar, tetapi di cegah Adel, karena usaha Lia akan sia-sia nantinya.
-0-0-
"Puas lo!"
Jaka tertawa puas melihat wajah Bagas yang sudah merah padam karena menahan kesal. Lagi-lagi ia harus menjalankan dear dari Jaka karena kalah bermain tod.
"Udah, dong, zheyeng, jangan ngambek," goda Jaka sambil mencolek dagu Bagas.
Bagas melirik tajam sahabatnya itu, "pergi lo, dasar gilak!"
Tawa Jaka bertambah kencang hingga membuat berapa murid yang berada di kantin ikut tertawa mendengarnya. Tapi tawa Jaka lenyap begitu Chindy datang dan menggeser tempatnya hingga sekarang cewek itu berada di sebelah Bagas.
"Ada apa, Chin?" tanya Bagas, lalu mencoba menggeser tubuhnya agar lebih jauh dari Chindy.
"Bagas, lo kenapa, sih? Gue ada salah, ya?" tanya Chindy heran. Setelah kejadian itu, Bagas tidak lagi pernah menemuinya ataupun mengirimnya pesan.
"Bagas..." Chindy mencoba menyentuh tangan cowok itu tapi Bagas langsung menjauhkan tangannya dari Chindy.
"Lo kenapa, sih, Gas? Kenapa nggak pernah nemuin gue lagi? Kenapa juga nggak pernah bales chat gue?" Chindy bertanya namun Bagas tidak menjawab, membiarkan Chindy berbicara sendiri.
Bagas menoleh tajam pada Chindy, "gue sekarang mau fokus sama Adel."
Chindy terkejut, "lo nggak suka lagi sama gue?"
"Kan udah gue bilang, gue suka sama lo. Tapi yang paling harus gue lindungi itu Adel, bukan lo. Jadi tolong, lo jangan ngejar-ngejar gue lagi, gue sekarang lagi berusaha buat move on dari lo."
Bagas pergi meninggalkan Chindy, di susul dengan Jaka yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka. Senyum kemenangan tercetak jelas di wajah Jaka melihat raut wajah Chindy yang sedang menahan kesal.
"Mampus, lo!"
-0-0-
Updatee
Aku usahain update karena penyakit malasku nggak kambuh hhee
Jangan lupa vomment ya:)Wiwind❤❤
(Don't call me author/thor)Selasa, 18 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Numbness (selesai)
Teen FictionHighest rank : #1 in boyfriend [15 januari 2019] "Jauh-jauh dari gue!" Ia mengibas-ngibaskan tangannya, seolah mengusir. Mau tidak mau Adel menurut, ia mundur dengan senyuman yang masih mengembang. "Jauh lagi!" Adel mundur lagi. "Lagi!" "Terus, la...