Adel sudah sampai di rumahnya setelah di antar pulang oleh Jaka. Ia tidak tau kemana perginya Bagas. Ia sudah mencoba menghubungi cowok itu, namun ponselnya tidak aktif. Berkali-kali ia mengirim pesan, tapi satu pun tidak ada yang dibalas.
Adel membuang jauh-jauh pikiran negatif tentang Bagas. Ia tidak mau berburuk sangka dulu. Tapi, rasa gelisah di hatinya tak kunjung hilang. Ia sudah bertanya pada Jaka, cowok itu pun juga tidak tau kemana perginya Bagas.
Sekarang ini Adel sedang mengamati buku pemberian Imam padanya, lalu membukanya. Perlahan ia membuka kembali lembaran pertama.
Hai, Diary. Nama gue Imam. Lo bisa manggil gue Imgem. Imam gemes hehe
Aneh nggak, sih, cowok curhat di buku diary? Orang-orang bilang mungkin iya, kalo gue, sih, enggak. Kenapa? Karena hanya di buku diary orang kayak gue bisa ngeluarin semua unek-uneknya. Termasuk soal cewek yang gue suka.
Salam kenal☺Dua ujung bibir Adel tertarik membentuk seulas senyuman. Lalu tangannya kembali bergerak membuka lembaran kedua.
Hai, Diary. Hari ini ada cewek aneh yang tiba-tiba nangis di depan gue. Pas gue tanya, tiba-tiba dia marah-marah sendiri. Aneh banget, tuh, orang kan? Udah jelek, cupu lagi! Tapi yang buat gue heran, dia bilang gini, "lo mau bully gue juga?"
Sumpah! Gue nggak tau, nih, bocah kenapa. Tapi, di lihat-lihat kasian juga, sih. Kayaknya, sih, dia korban bullying.Seketika Adel merasa malu ketika ingatannya terlempar kembali ke saat pertama kali ia bertemu dengan Imam,. Saat itu Imam bertanya kenapa ia menangis, tapi ia malah marah-marah.
Hai, Diary. Entah kenapa, setelah jumpa sama, tuh, bocah aneh, gue jadi lebih sering kepikiran sama dia. Anehnya lagi gue sampe nggak bisa tidur. Tuh, bocah pake pelet apa, ya?Senyum Adel sedikit melebar membaca curhatan Imam yang ini. Lucu jika di bayangkan kalau Adel benar-benar memakai pelet.
Adel kembali membuka lembaran ketiga. Kali ini wajah Adel tidak di hiasi oleh senyuman, hanya wajah datar dan tanpa ekspresi.
Hai, Diary. Hari ini dan untuk kedua kalinya, gue jumpa lagi sama, tuh, cewek. Lagi-lagi gue liat dia abis di bully, gue juga nggak tau siapa yang bully dia, dan lagi-lagi gue kasian sama dia.
Oh, ya. Beberapa hari ini, entah kenapa kepala gue sering pusing. Terus Bunda bawa gue ke rumah sakit. Dan lo tau apa hasilnya? gue di diagnosa sama dokter kanker otak, dan itu udah masuk stadium dua. Terkejut? Pasti. Apalagi Bunda. Bunda langsung pingsan dan nyaris jatuh kalo nggak cepat-cepat di tahan Ayah.
Gue sedih. Harapan hidup gue bisa di hitung pake jari. Tapi bunda selalu semangatin gue, selalu nemenin gue saat kemoterapi. Pokoknya Bunda selalu ada di samping gue.Tangannya bergetar saat membacanya. Air matanya ikut jatuh, Ia menangis sejadi-jadinya. Perasaannya ikut terenyuh membaca kalimat-kalimat itu.
Hai, Diary. Udah lama banget, ya, gue nggak curhat sama lo setelah gue di diagnosa dokter sama penyakit itu.
Kali ini gue mau curhat tentang cewek aneh itu lagi. Gue jadi lebih sering jumpa, tuh, cewek, karena ternyata dia suka sama sahabat gue. Ya, pertama gue biasa aja, sih, sama dia. Tapi karena gue sering jumpa dia, gue nggak tau perasaan gue sekarang tuh beda ke dia. Gue merasa asing sama perasaan ini. Apa gue suka sama dia?Seketika ingatan Adel tertuju saat dia masih mengejar-ngejar Bagas, dan disitu selalu ada Imam. Imam memang terlihat acuh waktu itu, tapi Adel tidak menyangka kalau Imam memiliki perasaan lebih padanya.
Hai, Diary. Gue hari ini galau. Kenapa? Karena sekarang Bagas sama cewek itu udah jadian. Padahal, hari ini gue mau ngungkapin perasaan gue ke dia. Tapi karena dare yang gue kasih ke Bagas malah membuat mereka jadian. Gue kira Bagas nolak, tapi sekarang apa? Diary, gue bener-bener bodoh:(
Lagi-lagi tanpa ekspresi, Adel terus membuka halaman berikutnya.
Hai, Diary. Hari ini, gue mau kemo untuk kedua kalinya. Doain, ya.
💌💌
Hai, Diary. Gue pengen marah saat Bagas karena buat Adel nangis. Tapi gue bisa apa? Gue bukan siapa-siapa Adel? Tapi dari kejadian itu gue lebih deket sama Adel. Gue seneng sih hehe
💌💌
Hai, Diary. Setelah lama gue pendem amarah gue, akhirnya gue bener-bener marah sama Bagas. Gue tonjok muka dia tanpa ampun. Gue keluarin semua jurus taekwondo gue. Bodo amat kalo nanti dia sekarat.
💌💌
Diary, tadi Bagas ninggalin Adel, dia lebih milih si Chindy yang nggak tau diri itu. Sampe kapanpun gue nggak akan balas perasaannya. Gue tetep milih Adel.
Seketika Adel terkejut membacanya. Jadi selama ini Chindy tidak menyukai Bagas, melainkan Imam? Jadi apa tujuannya mendekati Bagas selama ini dan membuat Bagas selalu berpaling darinya? Adel tidak habis pikir dengan semua jalan pemikiran Chindy. Apa jangan-jangan Bagas hanya pelampiasannya saja?
Adel mengernyit melihat lembaran terakhir yang di tulis Imam. Ada tulisan yang tampak luntur. Apa Imam menangis?
Senyum dulu sebelum baca!
Begitu kalimat pertama yang ia baca. Refleks Adel tersenyum, dan menyeka air matanya.
Dear, Adel. Sudah baca semua curhatan gue? Gue harap lo baca semua, ya. Emm.... gue mau bilang makasih udah hadir di hidup gue walaupun kita sebatas temen. Selama ini gue terlambat bilang kalo gue suka sama lo. Tapi, lo lebih pantes sama Bagas. Awalnya, gue cuma sebatas penasaran sama lo karena lo sering di bully, tapi semakin gue kenal lo, semakin pula perasaan ini tumbuh. Ya, gue suka sama lo. Adel, gue cuma bisa berharap, semoga kelak setelah ini gue bisa lupain lo. Biarin yang sudah lalu menjadi cerita masa SMA gue sendiri. Lo jangan terus-terusan merasa bersalah. Setelah lo baca ini, gue udah pergi. Pergi dengan maksud untuk berjuang hidup melawan penyakit gue. Karena gue udah janji, setelah sembuh nanti, lo adalah orang yang pertama gue jumpai. See u Adel☺ Jangan lupa bahagia!
Diary itu berakhir. Adel melihat beberapa lembaran yang sengaja di robek di lembaran paling akhir. Ia tau Imam sengaja merobeknya. Benar, Adel penasaran dengan itu. Tapi, sudah lah.
Adel menoleh ke arah jendela. Hari sudah semakin larut, tapi ia belum bisa tidur. Dia masih memikirkan keadaan Imam sampai tak sadar bahwa ada seseorang yang ikut terluka karenanya.
-0-0-
Update setelah lama nggak di rumah
Jangan lupa vomment ya:)Wiwind❤❤
Selasa, 25 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Numbness (selesai)
Подростковая литератураHighest rank : #1 in boyfriend [15 januari 2019] "Jauh-jauh dari gue!" Ia mengibas-ngibaskan tangannya, seolah mengusir. Mau tidak mau Adel menurut, ia mundur dengan senyuman yang masih mengembang. "Jauh lagi!" Adel mundur lagi. "Lagi!" "Terus, la...