03

38K 2K 56
                                    

Adel menutup buku paket yang ada di hadapannya bertepatan bel istirahat berbunyi. Dia menoleh pada Lia yang sedang tidur dalam posisi kepala terletak dia atas meja. Saat pelajaran berlangsung, temannya ini sudah terlelap sampai sekarang. Penyebabnya karena menonton drakor sampai malam.

Ia menepuk bahu Lia pelan membuat cewek yang sering di sapa Lili itu mengerang pelan.

"Li," panggil Adel sambil menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cewek itu.

Lia memaksa membuka matanya yang begitu berat, lalu menatap temannya itu. "Apa?"

Adel cengengesan sambil memegangi perutnya. "Laper.... temenin ke kantin ya?"

Lia memutar bola matanya malas. "Gue ngantuk. Lo aja sono sendiri," ucapnya, kembali menutup mata namun tidak tidur.

Bibir Adel manyun. Padahal Lia tau, kalau Adel pergi ke kantin sendiri itu sama saja menyerahkan diri ke lubang buaya. Seragam yang awalnya rapi, bersih, dan wangi, setelah kembali dari kantin, itu semua sudah tidak ada lagi akibat bullyan dari geng-geng nggak jelas yang hobinya membully orang-orang lemah seperti Adel.

"Gue takut," cicit Adel menyentuh pundak Lia.

Mendengar perkataan Adel barusan, Lia kembali membuka matanya dan menegakkan tubuhnya. Dia menatap Adel sebentar, lalu bangkit dari kursinya.

"Ayo!" katanya dengan semangat. Kantuknya seakan telah lenyap. Senyuman tipis terukir dibibir cewek itu.

Adel mengulum senyuman melihat teman karibnya itu. Ia beringsut menyusul Lia yang sudah jalan duluan. Adel merasakan tatapan-tatapan mengintimidasi dari sekitarnya saat dirinya sudah berada di luar kelas. Ia seperti di telanjangi oleh tatapan-tatapan mereka itu.

"Pede aja, kali. Mereka itu cuma iri sama lo," bisik Lia menyemangatinya. Adel mengangguk mengiyakan

Saat akan sampai di kantin, Adel dan Lia mengernyit bingung melihat banyak orang berjalan tergesa-gesa. Adel dan Lia pun nyaris terjatuh karena tersenggol sana-sini oleh orang-orang itu.

"Ada apa, sih?" Lia bertanya pada seorang cewek berkaca mata yang ingin ke kantin.

"Itu kak, ada kak Bagas sama kak Chindy di kantin berduaan," jawab cewek berkaca mata itu, lalu ia langsung pergi.

Lia yang mengerti kondisi itu pun menoleh pada Adel. Namun, cewek itu sudah tidak ada di sampingnya. Lia hanya bisa menatap punggung Adel yang semakin menjauh.

"Del, tungguin gue!" teriak Lia, lalu menyusul cewek itu.

Adel tertegun di pijakkannya melihat pemandangan yang seharusnya tidak perlu ia lihat. Benar kata cewek berkaca mata tadi, Bagas dan Chindy ada di kantin, dan berduaan?

"Del, pergi aja yuk. Cari pacar baru," ucap Lia dengan asal, berusaha mengalihkan perhatian Adel dari pemandangan yang dapat merusak mata di depan mereka.

Lia berusaha menarik tangan Adel untuk pergi dari sana. Namun, tubuh Adel seolah membatu, sama sekali tidak bergeming.

Seruan seseorang dari belakang mereka membuat Adel akhirnya tersadar dan mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Numbness (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang