[Sabtu, 15 September 2018]
Namaku Rey, kelas 2 SMA dan bersekolah di salah satu sekolah ternama di Surabaya. Sekarang aku ada di suatu mall di Surabaya―percayalah, di mall itu banyak orang-orang keturunan cina. Niatku disini sebenarnya ingin nonton film horror bersama kedua temanku, namun sampai sekarang mereka belum sampai. Akhirnya, aku menunggu dan 15 menit kemudian mereka memperlihatkan batang hidungnya.
Untung film yang akan kita tonton belum dimulai, jadi kita bisa melihatnya tanpa takut terlambat. Setelah membeli tiket bioskop, kita melangkahkan kaki menuju studio 2, tempat di mana kita akan melihat film berjudul ‘The Nun’ yang terkenal akan jump scare-nya. Selama dua jam, kita disuguhkan dengan Hantu Valak dan para anggota-anggota di gereja―aku tak tahu karena bukan orang katolik.
“Lama-lama aku bisa pingsan disini jika filmnya sama sekali tidak bisa membuat jantungku beristirahat,” gerutuku. Aku sudah tak kuat lagi dengan film ini, terlalu jahat menurutku. Bagaimana tidak, aku bahkan berteriak-teriak di bioskop karena kaget. Aku sudah lelah, padahal baru 30 menit semenjak film dimulai, namun aku serasa ingin muntah.
“Kamu gimana sih, kan kamu yang memilih film ini untuk kita. Kenapa kamu sendiri yang ketakutan?” tanya Eren, temanku, dengan nada mengejek. Inginku menonjok mukanya, namun aku masih memiliki hati.
“Lihat Al tuh, dia malah nutupin mukanya dengan jaket,” ujarku seraya melihat Al, temanku yang satu lagi.
“Dia mah noob,” ledek Eren yang membuat Al marah dan hendak menonjok muka Eren, namun ia urungkan karena Valak menampakkan dirinya tepat di depan layar bioskop. Aku dan Al langsung memeluk tangan Eren yang kebetulan ditengah kita berdua. Bodo amat dia marah, yang penting film ini selesai dan aku bisa keluar dengan selamat.
-----------
Sekarang kita sudah ada di food court. Bayangan Valak masih ada di benakku dan tak pernah bisa hilang. Sepertinya aku akan mengingat wajah Valak untuk beberapa hari.
“Hah..., akhirnya aku bebas dari siksaan ini,” ujar Al yang disambut dengan tepukan keras di punggung Al yang dibuat oleh Eren.
“Kau tak ada capek-capeknya menjahiliku, Eren,” ujar Al dengan menekankan kata Eren tepat di depan muka Eren.
“Itu karena aku menyukaimu, Sayang,” timpal Eren dan langung diberi jawaban dengan pukulan keras di perut yang membuat Eren sempat tersungkur sejenak.
“Aku masih normal,” ujar Al.
“Sudah-sudah, jangan bertengkar terus. Jodoh baru tau rasa kalian.”
“GAK!!” jawab mereka berdua bersamaan dan aku langsung tertawa terbahak-bahak. Bisa-bisanya aku betah dengan kedua temanku yang absurd ini.
“Udah, beli makan yuk. Masa cuman duduk-duduk aja dari tadi?” tanyaku dan mereka berdua menyetujuinya.
Aku langsung beranjak ke stand yang bernama ‘Nasi Goreng 69’. Aku mengantri dengan sangat sabar―seperti menunggu kepastian darinya.
“Namanya saja sudah membuatku ketagihan, apalagi rasanya,” gumamku. Aku pun tersadar jika aku meninggalkan mereka berdua. Pasti telah menjadi perang dingin antara mereka berdua. Bodo amat, aku sudah lapar sekarang.
Setelah memesan dan memberikan uang untuk membayar, aku diberi nomor meja dan aku beranjak menuju meja yang kududuki tadi. Cukup lama memang, semoga saja mereka tak kenapa-kenapa pada saat aku tinggal dan rupanya doaku tak terkabul.
“Bukannya aku memesan bakmi GM, bukan Ramen. Kenapa kamu membelikanku Ramen?” ujar Al setengah marah. Yang diajak berdebat hanya diam saja sembari makan apa yang dia beli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpenku
Truyện NgắnDari sini, aku bisa berkomunikasi langsung secara tersirat tanpa harus melihat raut wajah manusia. Jika kalian suka, boleh tinggalkan sesuatu untukku? Hanya itu dukungan yang aku mau untuk terus menjalani hidup dan berkarya. Cerita di dalam sini se...