“Hidup dan mati hanyalah tuhan yang menentukan, bukan aku, kamu, atau orang lain.”
⛄⛄⛄⛄
“HOYY, REY, BANGUN NAPA. UDAH PAGI ITU, OYY, KEBO MULU KERJAAN LU.” Kakak gue dengan sarkasnya membangunkan gue.
“IYA, GUE BANGUN. GAK USAH NGEGAS ELAH,” jawab gue tak kalah berteriak. Hah, kakak gue emang selalu begitu, gak bisa selow.
Selepas gue bangun, gue berjalan menuju kamar mandi yang super dingin itu. Mending gue gak makan pagi daripada gue disuruh mandi pagi.
“Bang, lain kali jangan suruh gue mandi pagi ya, dingin banget tau gak,” ujarku menggerutu. Abang gue mah bodo amat aja, gak bakalan didengerin.
“Nanti gue yang bikin makan malam deh, Abang Ardi Sayang.”
“Nah, gitu dong. udah ahh, gue mau berangkat kuliah dulu. Bye, Rey Sayang,” ujarnya dengan kekehan.
“Selalu saja, kalau sifat feminim gue keluar, dia langsung mau. Dasar penggemar trap,” gerutuku. Untung abang.
Sejak abang tau kalau gue pernah nge-cosplay jadi loli, dia udah seperti setan dalam malaikat, maunya dirajuk pakai gaya feminim biar mau.
Jam 8 pagi, bel rumah gue berbunyi. Gue dengan malasnya membuka kenop pintu. Setelah gue buka, gue melihat dua cewek dengan tampang tak berdosa langsung nyelonong masuk rumah gue. Gue cman bisa geleng-geleng kepala melihat mereka udah seperti anak ayam lupa induknya, ngacir sana, ngacir sini gatau arah. Padahal tuan rumahnya ada di depan pintu, belum bergerak sama sekali.
“Rey, makanan mana Rey?”
“Iya, nih, minuman juga gak ada.”
“Rey, minta makan, Rey.”
“Minta minum juga.”
Begitulah mereka berdua, Lora dan Dira, berbicara tanpa pernah kenal dosa sama gue.
“Ohh, kalian masih ingat gue, gue kira kalian lupa.” Mereka berdua hanya tersenyum. Rasanya gue pengen banget nampol mukanya satu persatu, tapi gue masih ada hati.
“Ambil aja di kulkas, ada soda sama beberapa cemilan. Gue mau bikinin kalian kentang goreng dulu,” ujar gue dan langsung menuju dapur.
15 menit berlalu dan kentang yang gue masak udah terlihat keemasaan dan aromanya bikin gue jadi pengen makan sendiri.
“Lu emang jago masak, Rey,” sanjung Lora.
“Kalo ada maunya aja, muji-muji gue.” Mereka berdua ketawa.
“Ehh, gue mau lihat album foto pas tahun lalu kita tour itu dong,” ujar Dira.
Gue berjalan menuju kamar dan mengambil album foto terserbut.
“Gue kangen liburan musim dingin di jepang kemarin, kawan.” Gue dan Dira mengangguk setuju. Tahun kemarin adalah liburan musim dingin yang menyenangkan, sekaligus menegangkan dan gue menikmatinya.
⛄⛄⛄⛄
“Wah, jepang emang menarik sekali, ini adalah pengalaman bersejarah bagi gu-”
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpenku
ContoDari sini, aku bisa berkomunikasi langsung secara tersirat tanpa harus melihat raut wajah manusia. Jika kalian suka, boleh tinggalkan sesuatu untukku? Hanya itu dukungan yang aku mau untuk terus menjalani hidup dan berkarya. Cerita di dalam sini se...