Cinta, cinta adalah sebuah perasaan ingin memiliki. Di dalam cinta, terdapat banyak kenangan manis maupun pahit.
Manis bila diberi respon dan pahit jika tak ada respon. Manis jika memiliki dan pahit jika membenci. Manis saat menyenangkan dan pahit saat menyedihkan.
Namun, tak semua cinta itu mulus. Terkadang, realita lebih menyakitkan ketimbang ekspetasi.
Akan tetapi,
Pahit atau manisnya cinta.
Itulah yang membuat kita.
Memaknai satu kalimat.
Yaitu...
Rasa saling memiliki.
🍭🍭🍭🍭
“FERAA, KAMU SUDAH MENGERJAKAN FISIKA KAN?” Teriakan temanku membuat seisi kelas terdiam dan melirik sinis ke arah temanku itu, namun karena temanku itu anaknya bodo amat yah dia hanya cengar-cengir gak jelas.
Daripada aku tersiksa dengan teriakannya, langsung saja ku berikan buku fisikaku yang sudah penuh dengan angka, rumus dan coretan karena mengerjakan 10 soal itu secepat kilat.
“Masih pagi mengganggu orang saja, apa cuman itu kerjaanmu?” gerutuku kesal dan orangnya hanya ketawa kikuk seperti tak memiliki dosa sama sekali.
Ku putar bola mataku malas dan melanjutkan aktifitasku yang sempat tertunda, membaca buku. Buku yang kubaca bukan sembarang buku. Ini adalah buku novel karya penulis kesukaanku. Di dalamnya, ada banyak adegan-adegan romantis yang bisa kujadikan referensi untuk menulis sebuah cerita—lebih tepatnya diary dalam bentuk cerita.
Kudengar bel masuk telah berkumandang di telinga. Aku masukkan novel kesukaanku dan menaruh manis di kolong mejaku yang bersih dan terawat. Lalu, aku mengeluarkan buku paket fisikaku untuk bersiap-siap pada pelajaran pertama.
“Setidaknya, aku bisa menjernihkan pikiranku ini,” gumamku. Iya, selama tiga hari aku tak bisa berfikir jernih. Aku menjadi uring-uringan karena memikirkan sesuatu yang tidak perlu ku pikirkan, aku memungkiri jika aku menyukai bocah nerd itu.
🍭🍭🍭🍭
“Teman-teman, semua guru sedang rapat untuk acara sekolah bersama para OSIS. Jadi kita mendapat free class sampai pulang sekolah.” Pernyataan itu disambut dengan teriakan dan kegaduhan kelas XII-MIA 1 atau kelas yang ku huni ini.
Aku hanya bersikap biasa dengan pernyataan itu. Aku bereskan semua buku di meja dan membawanya pergi, ke atap sekolah.
Aku pun akhirnya menapakkan kaki di atap sekolah, tempat di mana aku berkeluh kesah dengan berhembus pelan seperti membisikkan sesuatu. Tempat di mana aku menangis, mengeluarkan segala kekesalanku selama ini karena aku menjadi gadis populer.
Sekarang, ini adalah tempatku membuka curahan hatiku yang rapuh bak kayu lapuk ini. Aku sudah terjerat cinta dengan adik kelasku sendiri yang notabenenya adalah siswa paling pintar dan paling nerd di sekolahku.
“KENAPA TUHAN MEMILIHMU UNTUK KUCINTAI, HELIOOO,” Teriakku di hadapan angin yang berlalu.
Aku adalah salah satu anggota keluarga Lazuardy yang terpandang dan berwibawa, namun dengan cinta yang tumbuh sedikit demi sedikit membuatku tergoyahkan.
Sekarang, aku terlalu lemah jika disandingkan dengan Papa, Mama, kakakku, Farel dan adikku, Casey.
“Terima kasih telah membalas cintaku, Kak Fera” Jawaban itu membuatku terpaku. Aku tahu suara berat ini, suara dari orang yang telah membuatku gila selama tiga hari.
Kubalikkan badanku dan kulihat seseorang yang berbeda. Dia bukan nerd yang kucari. Dia berbeda, sangat berbeda.
Rambutnya tidak lagi seperti orang culun lagi, kacamatanya telah ia lepas dan berganti dengan lensa kontak yang membuat mata besarnya semakin memukau, gayanya sudah bukan seperti nerd yang aku kenal.
“Tidak, kau bukan Helio yang kucari. Kau salah orang,” ujarku tak percaya.
“Jika kakak tidak percaya, kakak bisa melihat nama dada saya,” balas Helio dengan senyum manisnya yang menghangatkanku.
Ku lihat nama dada yang tertempel manis di bajunya yang pas itu. Ku teliti namanya dan memang dia Helio yang kusayangi selama ini. Akan tetapi, bagaimana mungkin dia bisa seperti ini?
“Kau merombak total gaya dan penampilanmu. Atas dasar apa kau merombaknya?”
“Karena saya tak mau jalan dengan wanita sepopuler kakak dengan penampilan nerd. Kakak lah yang mengubah saya menjadi seperti yang kakak lihat. Kak Fera, apa yang kakak ucapin itu seratus persen benar?”
“Iya.” Hanya itu yang bisa aku sampaikan kepadanya.
Setelah itu, dia membukakan tas yang isinya terdapat buku, buku dan lolipop? Aku tak tahu dia sebegitu kekanak-kanakannya.
“Nih, lolipop buat kakak. Saya tak tahu bagaimana menembak secara romantis, jadi saya hanya bisa mengasih lolipop berbentuk hati untuk kakak. Jika kakak terima, kakak sudah resmi menjadi pacar saya. Jika tidak-” Ia menghentikan kalimatnya karena aku sudah memeluknya duluan.
“Saya terima kamu, Helio,” jawabku yang membuat Helio tersenyum dan membalas pelukanku.
Dulu, tanganku merasakan kehangatan karena menggenggam tangannya. Sekarang, tubuhku memanas karena memeluk badannya.
Kurasakan lekuk tubuh atletisnya yang membentuk. Kudengarkan degup jantung Helio sangat cepat, layaknya lari marathon yang jaraknya beribu-ribu kilometer.
“Inilah mengapa aku dibully, teman-teman sudah tahu aku menyukai kakak karena membuka secret diary yang selalu berada di tasku. Isinya itu semua tentang kakak dan kecantikan kakak. Maaf jika terkesan stalker, namun beginilah aku mencintai seseorang, kak,” jelas Helio yang membuat hatiku mencair.
“Kamu tidak salah, Io. Sekarang, kita bangun hubungan ini sama-sama dan saling memiliki satu sama lain,” ujarku sekenanya. Bagaimana tidak, mukaku semerah tomat karenanya. Aku sudah tak bisa berkata-kata lagi. Lidahku seakan-akan ingin kabur menjauh dari mulutku.
“Aku sangat menyayangimu,” ujar Helio sembari memeluk erat badan mungilku.
“Hmm, me too,” jawabku dengan membalas pelukannya.
Tak perlu mewah untuk menyatakan cinta, tak perlu ramai untuk mengakui rasa cinta kita. Cukup dengan lolipop berbentuk hati yang kubawa ini, aku bisa merasakan betapa tulusnya rasa cinta Helio kepadaku.
Sekarang, aku harus bisa membalas cinta itu sebisaku
==THE END==
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpenku
القصة القصيرةDari sini, aku bisa berkomunikasi langsung secara tersirat tanpa harus melihat raut wajah manusia. Jika kalian suka, boleh tinggalkan sesuatu untukku? Hanya itu dukungan yang aku mau untuk terus menjalani hidup dan berkarya. Cerita di dalam sini se...