Hal yang Terlupakan

260 11 0
                                    

          “Hoamm ..., tidurku nyenyak sekali,” ujarku seraya dengan menyapa dunia yang semakin panas ini.


          “Lebih baik aku mandi dulu,” gumamku.

          Kuambil handuk berwarna biru laut itu dan melangkahkan kaki menuju kamar mandi.

          Selesai mandi, aku memanggil adikku beberapa kali untuk memasakkan sarapan. Akan tetapi, sama sekali tak ada respon balik darinya.

          “Ini adikku kemana sih? Mungkin masih jalan-jalan kali ya?” tanyaku seraya memikirkan apa yang adik perbuat.

          “Sebaiknya aku makan ke warung saja deh,” ujarku.

          Di saat bersamaan, seseorang telah memencel bel rumahku. Sontak aku membuka pintu, namun tak ada siapapun di luar, kecuali sepucuk surat berwarna hitam pekat ini.

          “Wah, pengirimnya kreatif sekali. Amplopnya dibuat dari kertas origami,” ujarku dengan raut wajah kagum.

          Setelah membuka isi surat itu, wajahku yang kagum ini berubah menjadi murka.

          “SIAPA YANG BERANI MENCULIK ADIKKU?” teriakku seraya berlari menuju hutan.

🔫🔫🔫🔫

╔════════════════════════╗
Hallo, Kasya. Adikmu yang manis ini ada bersamaku sekarang. Jika kau ingin dia dilepaskan, maka kau harus ke sini, ke tempat dimana ada generator air. Aku menunggumu

Mr. Black
╚════════════════════════╝

🔫🔫🔫🔫

          “Hah ..., akhirnya sampai juga.” Kasya yang kelelahan memilih untuk menarik nafas sejenak dan maju ke gubuk tua itu.

          “Tak salah lagi. Ini adalah gubuk yang penculik itu maksud,” ujar Kasya percaya diri.

          Tak perlu waktu lama, ia mendobrak pintu tua itu dan menemukan seorang gadis yang terkulai lemas dengan tangan tertali dan mulut tertutup kain. Matanya sembab tanda ia menangis meraung-raung agar bisa lepas dari jeratan ini.

          Kasya yang tahu kondisi adik semata wayangnya itu langsung ia gendong dan membawanya ke rumah sakit.

          “Bagaimana ini bisa terjadi? Apa salah adikku? Kenapa ini terjadi pada adikku? Arrgghh, aku pusing,” batin Kasya seraya dengan mengacak-acak rambutnya kesal.

          “Mulai sekarang, aku harus menjaga adikku. Ya, aku akan melakukannya,” lanjutnya, meski tanpa suara.

🔫🔫🔫🔫

          “A ..., aku dimana?” tanyaku dengan mata remang-remang.

          “Kau di rumah sakit, adikku,” jawab seorang lelaki yang kukenal dari suaranya yang serak.

          “Kak Kasya, kenapa aku bisa disini?” tanyaku kebingungan

          “Kau tak tahu apapun?” Aku menggeleng.

          “Ahh ..., itu tidak penting. Mulai sekarang, aku akan menjagamu. Itu janjiku,” ujar Kak Kasya seraya mengulum senyum manisnya.

          Aku hanya bisa bengong dan tak tahu kenapa kakak menjadi sangat baik, seperti sekarang.

Kumpulan CerpenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang