“Gue manusia, tapi gue gak goblok karena nge-bully manusia lain.”
- Chandra
*****
“Hoy, lu gak mau bully anak Itu?” tanya seorang remaja yang menunjuk salah satu gadis tidak jauh dari tempat mereka berbincang. Gadis itu memeluk erat buku berwarna coklat tua seraya mengedarkan pandangannya, tampak seperti orang ketakutan.
Lantas, remaja yang mengajak pemuda tampan untuk mem-bully gadis itu langsung meluruskan kakinya dan …
B R U K ! !
… gadis itu terjatuh. Kekehan hadir dari mulut sang remaja, tetapi pemuda tampan itu malah menatapnya remeh dan segera menolong gadis tersebut.
“Lu ngapain nolong dia? Gak penting juga. Lu mau di-bully satu sekolah?”
“Untuk sekarang, kepopuleran gue bakal gue gunain buat ngelindungin cewek ini.” Pemuda tampan itu membopong gadis tersebut ke UKS. Sang gadis menolak, tetapi pemuda itu tetap berteguh pada pendiriannya.
Semua murid di sana melihat pemuda tampan nan populer sedang membopong gadis aneh. Wajar saja jika ada segerombolan wanita yang tiba-tiba menghadang mereka.
“Chandra, kamu ngapain nolongin dia? Mending kamu tolongin aku, deh. Aduh, kakiku sakit!” seru salah satu wanita. Sang pemuda tidak menggubris, ia tetap berjalan membelah hambatan di depan mereka.
Sesampainya di UKS, gadis aneh itu langsung dibaringkan di kasur dan meminta tolong penjaga UKS untuk merawatnya. Pemuda tampan itu keluar dari UKS, meninggalkan sang gadis yang sudah diserahkan kepada penjaga UKS.
Namun, ia tidak ingin ke kelas. Meski waktu istirahat tersisa sepuluh menit, ia memilih untuk berdesak-desakkan di kantin.
BUGH!!
Tubuhnya oleng karena ditabrak seseorang. Setelah itu, semuanya menjadi gelap. Pemuda tampan itu hanya ingat satu hal, botol minuman yang ia belikan untuk sang gadis aneh itu menggelinding dan semakin terlihat jauh dari genggamannya.
*****
“Hah? Lu mimpi ‘dia’ lagi?” tanya seorang wanita berusia 20-an tahun. Pria di depannya itu mengangguk lemah dan mengembuskan napas panjang.
“Chan, udah saatnya lu bangkit. Lu udah jadi penerjemah tunarungu di televisi. Kurang sukses apalagi? Usia lu udah nginjak 25, Chan.” Wanita itu memegang tangan Chandra, lalu menatapnya yang sedang menunduk. Ia tersenyum dan mengusak-usak kepala Chandra, gemas dengan tingkah lakunya saat ini.
“Gu-gue gabisa, Vio. Gue gak tahu alasan dia pindah sekolah kenapa. Saat gw lihat dia di-bully di depan mata gue, tubuh gue seakan gerak sendiri buat nolong dia.” Chandra membalas tatapan Viona. Sahabat wanitanya itu sudah tahu semua yang dihadapi oleh pemuda tampan itu.
Niat awal Viona hanya untuk mendekati Chandra hanya karena satu hal, Chandra tampak tidak tertarik dengan wania di kantornya. Saat Viona mengerti apa yang Chandra sedang alami, ia justru iba dan lebih memilih untuk memendam rasa ingin menang sendiri.
“Mau cari dia lagi hari? Lu bawa buku hariannya, 'kan?” Chandra mengangguk. Mereka lantas pergi dari kedai kopi setelah membayar apa yang seharusnya mereka bayar. Viona berjalan di samping Chandra, menuntun pemuda tampan itu agar ia tidak menabrak siapa pun.
“Lu semangat, dong. Kita kan lagi nyari dia.”
“Iye, iye. Gue semangat, nih.”
*****
“Aghh …, gue di mana? Kenapa kalian muterin gue? Gue gak dibuat sesajen, 'kan?” tanya Chandra. Mereka yang mendengar hal tersebut langsung meregangkan posisi masing-masing.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpenku
Short StoryDari sini, aku bisa berkomunikasi langsung secara tersirat tanpa harus melihat raut wajah manusia. Jika kalian suka, boleh tinggalkan sesuatu untukku? Hanya itu dukungan yang aku mau untuk terus menjalani hidup dan berkarya. Cerita di dalam sini se...