[ Author's P O V ]
7 Agustus 2019
Pukul 07.30 JSTPagi hari telah tiba. Kicauan burung-burung yang sangat merdu, kabut tipis yang menyelimuti Prefektur Hokkaido, serta matahari yang sudah terlihat anggun menempel di langit kebiruan membuat hati terasa sejuk. Namun, musim panas membuat kesejukan ini hanya bersifat sementara.
Kringgg ... kringgg ... kringgg ....
“Pengganggu, aku masih ingin tidur.” Pemuda itu tampak belum jera dengan suara jam weker yang terus berbunyi. Ia menutup telinganya dengan bantal dan tetap tidak bergerak dari tempat tidur, sampai ada seorang remaja membuka pintu kamarnya dan masuk seenak jidat.
“Onii-chan, kita akan pergi liburan, ‘kan?” tanyanya. Pemuda itu langsung bangkit dari tempat tidur dan melihat ke arah adiknya. Tanpa ba-bi-bu, ia langsung mengulum senyum manis di bibir ranumnya dan mengacak-acak rambut adiknya.
“Onii-chan, Momo sudah 13 tahun dan lulus SD. Jadi, perlakukan Momo seperti orang dewasa sekarang.” Remaja bernama Momo itu memanyunkan bibirnya. Melihat adiknya merajuk, pemuda itu malah memainkan kedua pipinya yang tembam.
“Bagaimana aku bisa memperlakukan bayi besarku seperti orang dewasa, hm?” Pertanyaan itu membuat emosi Momo berada di ubun-ubun. Ia pun pergi dari kamar sang kakak dengan semua umpatan yang keluar dari mulut.
Pemuda itu melihat sang adik seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Bayi besarku sudah dewasa rupanya.”
Ia pun beranjak menuju kamar mandi. Sebelum itu, ia melihat ke arah cermin dan memampangkan tubuh seksinya. Otot perutnya benar-benar terukir dengan sempurna dan bekas jahitan di bagian ulu hati membuat dirinya semakin terlihat jantan. Pemuda itu sendiri tak tahu kapan ia mendapat jahitan itu. Namun, jahitan itu membuatnya lebih percaya diri saat melepas baju di depan umum.
Selepas mandi, ia beranjak menuju ruang makan dan menemukan adiknya sedang menyiapkan sarapan. Pemuda itu lagi-lagi tersenyum saat melihat sang adik kerepotan. Itulah alasan kenapa di umurnya yang menginjak 22 tahun, pemuda itu belum menikah. Pertama, ia belum menemukan pekerjaan yang tetap. Kedua, ia masih harus mengurus sang adik yang baru lulus Sekolah Dasar.
“Bayi Besar, apa kau kerepotan?” tanya pemuda itu.
“Ah, Onii-chan. Roti bakarnya sudah matang, tuh. Ambil saja dan sisakan untuk Momo.” Momo masih berkutat membuat susu hangat dan kopi. Tak lupa ia memberikan selai kacang kepada sang kakak.
“Mo, bersiaplah untuk liburan musim panas. Onii-chan akan menyiapkan sepeda kayuh untuk berangkat sebentar lagi. Habiskan sarapanmu,” ujar Pemuda itu dan dijawab dengan mata berbinar dari sang adik.
“Siap, Kakak Tampan.”
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
[ Vez’s P O V ]
7 Agustus 2019
Pukul 09.30 JSTFurano, sebuah desa dengan keindahan yang benar-benar tidak bisa ditinggalkan. Aku mengayuh sepeda ini sampai ke tujuan, Tomita Farm. Saat musim panas, tempat ini benar-benar dipenuhi oleh warna ungu dari bunga lavender. Aku memilih taman ini hanya untuk membuat Momo senang, karena dia menyukai bunga lavender.
“Onii-chan, aku hanya bisa melihat warna ungu di sini. Wah, indah sekali,” ujarnya memuji tempat ini. Aku memakirkan sepeda di depan kafe bunga lavender dan mengikutinya dari belakang seraya melihat pemandangan yang benar-benar indah. Tempat ini sangat layak dikunjungi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpenku
Krótkie OpowiadaniaDari sini, aku bisa berkomunikasi langsung secara tersirat tanpa harus melihat raut wajah manusia. Jika kalian suka, boleh tinggalkan sesuatu untukku? Hanya itu dukungan yang aku mau untuk terus menjalani hidup dan berkarya. Cerita di dalam sini se...