Kau yang Telah Menyelamatkanku

201 8 0
                                    

          Aku akan memberitahukan kisahku, bahwa halloween tidak semenakutkan itu. Impian, cinta dan daun-daun oranye itu telah membuatku mengerti apa arti hidup.

Bukan karena materi,

Namun karena kesetiaan...

Yang tertanam...

Di lubuk hati...

Yang paling dalam.

👻👻👻👻

“Percayalah, cinta akan datang disaat sakit telah menyayat hati.

👻👻👻👻

          “HELIOO, BANGUNNN!!” Sang alarm dunia pun membangunkanku dengan suara lantangnya. Siapa lagi jika bukan ibuku.

          “IYAA MAA,” balasku.

          Aku pun beranjak menuju kamar mandi, membersihkan diri sekaligus dengan berganti pakaian.

          Sekarang adalah hari libur. Oleh karena itu, aku sama sekali tidak terburu-buru untuk bangun pagi dan mandi.

          Selepas berganti pakaian, aku pun beranjak menuju ruang makan. Aku melihat kakak dan ayahku sedang asik dengan kegiatan main gadget masing-masing.

          “Dan kebiasaan ini terulang berkali-kali,” gumamku geram.

          Masakan pun telah siap. Aku langsung mengambil nasi goreng dan segelas susu.

           Tak lama, handphone yang ku taruh manis di saku pun bergetar.

           “Pagi-pagi begini siapa yang telepon sih?” tanyaku dalam hati.

           Kubiarkan getaran yang mengganggu itu dan memilih untuk tetap menikmati masakan yang paling enak ini.

👻👻👻👻

          “Aku mau kita putus.” Pernyataan itu membuatku terkaget.

          Pada saat makan tadi, getaran handphone yang mengganggu makanku itu ternyata berasal dari kekasihku yang menelepon pagi-pagi.

          Aku pun meneleponnya kembali dan setelah diangkat, ia meminta putus.

          “Sa-sayang, memang aku salah apa sampai kamu memutuskanku secara sepihak begini?” tanyaku masih tidak percaya.

          “Karena aku telah menemukan yang lebih baik darimu. Terima kasih untuk tiga bulannya. Jangan hubungi aku lagi,” jawabnya dan langsung mematikan telepon secara sepihak juga. Itu membuatku sama sekali tak ada waktu untuk menjelaskannya.

          Aku terkulai lemas. Tak sengaja, air mataku berlinang. Bodoh amat aku lelaki, hatiku sakit sekarang.

          “Kukira kau berbeda, Resty. Ternyata kau sama saja dengan bedebah-bedebah yang berkeliaran di jalanan,” gumamku dengan hati yang sakit ini.

          Karena tak mau terus-menerus larut dalam kesedihan, aku pun berniat untuk pergi ke hutan kecil yang tak jauh dari rumahku.

          Di hutan itu, terdapat sungai yang jernih dan belum tersentuh pabrik. Mungkin di sana aku bisa tenang

          Aku keluar kamar dan berpamitan kepada ibu yang sedang arisan dengan teman-temannya itu. Tentu dengan senyum paksa yang terukir di wajahku untuk mengelabuhi ibuku.

Kumpulan CerpenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang