Aku tahu hal itu salah, tapi tidak ada sesuatu yang bisa kulakukan … kecuali menatapnya pergi.
- Sandra -
*****
Musim gugur telah tiba, tidak ada yang spesial selain menatap ladang anggur di atas pegunungan. Suhu kala itu sudah mencapai angka dibawah sepuluh derajat celsius, cukup untuk membuat eskrim tidak meleleh.
Tampak seorang gadis sedang duduk di ujung pegunungan yang berlatar belakang ladang anggur dan senja. Ladang anggur itu berwarna kemerahan, cocok dengan suasana musim gugur pada umumnya.
Raut wajah gadis itu tidak bisa dideskripsikan. Meski begitu, air mata yang keluar tidak bisa menipu perasaannya kala itu. Ia menangis dalam kesunyian, tetapi bibirnya tertempel senyuman manis nan cantik.
“Apa aku masih bisa mencarimu?” tanyanya kala itu. Tidak ada yang tahu siapa sosok yang gadis itu maksud, kecuali dirinya dan Tuhan yang tidak pernah tertidur.
*****
📍 Umbria, Italia
📍 13 November 2018“Sandra, bagaimana hari pertamamu di Umbria? Apa semuanya baik-baik saja? Pulanglah jika dirimu kesepian.” Seorang wanita paruh baya sedang berbicara di balik layar laptop sang gadis. Wanita itu berbicara panjang sekali, hingga ada beberapa kata yang selalu terlewat.
Alasan Sandra datang ke Umbria hanya satu, untuk menenangkan hati dan pikirannya. Calon suaminya ketahuan selingkuh saat bedebah itu beralasan sedang kerja di luar kota.
Sebenarnya salah satu kota di Italia ini adalah tempat untuk Sandra berbulan madu kelak. Namun, rahasia Tuhan membuat dia ke sini sendirian. Tidak apa, setidaknya ia bisa sedikit tenang berada di sini.
“Mommy, Sandra tidak apa-apa di sini. Penginapannya nyaman sekali. Sandra hanya sepekan, Mom. Anggap saja sedang berlibur.”
“Baiklah, tapi hati-hati di sana. Mommy takut sekali tiba-tiba kamu berangkat sendirian.” Kekhawatiran sang ibu tercetak jelas di raut wajah beliau, membuat Sandra sedikit merasa kasian. Namun, satu-satunya cara untuk membuat hatinya merasa ikhlas hanya di sini.
“Kalau dia Mencari Sandra, bilang saja sedang berlibung. Sandra sedang malas bertemu dengannya.” Skype pun dimatikan secara sepihak oleh Sandra, karena ia melihat calon suaminya datang.
Gadis itu yakin sang ibu tidak akan merestui jika dirinya membatalkan pernikahan. Jadi, ia hanya bisa memundurkan jadwal pernikahan sampai semua menjadi lebih baik—atau bahkan lebih buruk.
Sandra pun tidak ambil pusing dan keluar dari penginapan itu untuk mencari suasana yang lebih menenangkan. Tidak lupa baju hangat, topi dan sarung tangan rajut, serta sepatu kulit yang tertempel apik di tubuhnya.
Ladang anggur menghiasi perjalanannya. Tidak ada kicauan burung, hanya angin dan dedaunan yang gugur menemani setiap langkah gadis itu.
Langit pun terlihat oranye, sangat cocok dengan warna musimnya. Kota Umbria memang dikenal dengan ladang anggurnya yang berhektar-hektar dan panen setiap musim gugur.
Sandra berhenti di tengah-tengah jalan setapak. Jalan kecil itu sepi, hanya ada ladang anggur di kanan dan kiri jalan. Ia pun akhirnya duduk dan menikmati angin dingin.
Gadis itu tiba-tiba menangis, memikirkan apa yang terjadi beberapa minggu sebelumnya. Calon suami yang sudah ia percaya telah menghancurkan semua harapan dan hatinya. Apa pernikahannya tetap dilaksanakan? Sandra tidak tahu, tetapi ia berharap hal itu tidak terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpenku
Historia CortaDari sini, aku bisa berkomunikasi langsung secara tersirat tanpa harus melihat raut wajah manusia. Jika kalian suka, boleh tinggalkan sesuatu untukku? Hanya itu dukungan yang aku mau untuk terus menjalani hidup dan berkarya. Cerita di dalam sini se...