Dalam benak ini, aku selalu memikirkan apa asiknya saat memiliki sebuah kekasih. Ikatan itu selalu saja membuatku terjatuh dalam jurang kesedihan. Namun, aku sendiri belum bisa menemukan status yang lebih asik dari menjalin hubungan sebagai kekasih. Semua orang selalu mengatakan, “Pacaran itu haram, San.”
Namun, aku sebagai seorang gadis remaja juga ingin merasakan jatuh cinta. Aku ingin menikmati masa-masa SMA ini dengan orang yang aku cinta, tetapi dalam status yang berbeda―seorang kekasih.
🐣🐣🐣🐣
Dalam benak ini, aku selalu bermimpi tentang seorang pemuda tampan yang memanggilku dengan sebutan, Sayang. Aku tidak mau seorang artis, apalagi orang Korea. Aku hanya menginginkan seorang pemuda biasa yang melihatku sebagai gadis dan menyikapi layaknya sepasang kekasih. Namun, muncul satu pertanyaan yang saat ini selalu kupendam, apakah semuanya akan berjalan dengan lancar?
Pukul 7 pagi adalah waktu di mana semua orang telah beraktivitas di kehidupan mereka masing-masing, termasuk aku yang baru saja masuk SMA ini. Sejujurnya, MPLS adalah kegiatan yang tidak ingin aku ikuti. Selain membuat pegal hati dan pikiran, kegiatan ini biasa untuk mencari kakak kelas yang sempurna di mata mereka. Aku tidak ingin terjerat dalam pertanyaan, “San, apa kamu sudah memiliki target untuk acara terakhir MPLS?”
Acara terakhir MPLS adalah pemberian coklat untuk kakak kelas sebagai rasa terima kasih. Namun, aku sebenarnya mengetahui maksud dari acara ini―melihat siapa murid OSIS yang paling populer. Jika saja acara itu tidak wajib, aku tidak akan pusing sekarang. Ingin rasanya mengeluh, tetapi hukuman pasti sudah menunggu saat aku mengatakan, “Aku tidak mau.” Mungkin mengikuti alur acara MPLS adalah pilihan yang lebih baik.
Sekarang adalah hari terakhir acara MPLS dan aku harap hari ini lebih cepat berakhir. Lebih baik aku akan menitipkan coklat ini pada teman sebangku saja. Aku tidak ingin berurusan dengan anak-anak OSIS. Bukan, aku hanya tidak ingin bertemu satu siswa yang menjadi panitia MPLS ini. Melihat saja sudah bosan, apalagi berurusan dengannya. Ah, aku bisa gila jika ini terus berlanjut.
“Adik-adik, sekarang adalah acara yang kalian tunggu-tunggu. Sudah tahu, ‘kan?” tanya Kak Nabila, salah satu pembimbing kelasku. Mereka—teman satu gugusku—mengangguk secara antusias, kecuali aku yang menatap malas kedua kakak pembimbing itu. Tenang saja, setelah acara ini aku sudah resmi menjadi murid SMA.
“San, aku memberikan ini kepada siapa?” tanya Rysta―teman sebangkuku. Aku hanya menaikkan alis dan kembali fokus untuk membaca buku. Rysta langsung kabur dari sebelahku dan berlari, tampaknya dia sudah menemukan mangsa.
Suasana kelas terasa sepi, hanya ada aku dan seorang laki-laki di bangku paling belakang. Ini adalah momen di mana aku dalam keadaan tenang dan damai, sampai kedua kakak pembimbing itu membuyarkan ketenangan ini. “Pengganggu,” umpatku dalam hati.
“Kenapa kamu tidak ikut?” tanya Kak Rubi. Aku hanya melihat mereka sekilas dan kembali membaca buku yang kupegang. Masa bodoh dengan ketidaksopanan, aku sudah terlalu malas menjawab. Namun, mereka sepertinya paham dan kembali duduk di bangku guru.
“Sandra!” teriak seseorang dari luar yang aku kenal. Aku menoleh dan melihat Rysta sedang mengatur napasnya. Namun, aku melihat raut wajahnya yang tidak mendukung. Sepertinya ini pertanda buruk untukku.
“Ada apa?” Kujawab dengan nada sedingin mungkin, padahal hati ini juga ikut gelisah.
“Kak Zave menyuruhmu untuk memberikan coklat ini sendiri.” Seketika tubuhku lemas mendengan pernyataan itu. Apa aku boleh mengumpat sekarang? Namun, bukan aku jika tidak dibalas dengan nada dingin.
“Bisakah kau memberikan coklat itu pada Kakak OSIS yang lain?” tanyaku sekali lagi, tentu dengan nada khas.
“Coklatnya sudah ada di tangan di-” Kalimat itu tidak dilanjutkan oleh Rysta. Saat aku hendak menanyakan kenapa, seorang kakak kelas datang ke kelasku dengan membawa sebatang coklat. Aku hanya bisa tersenyum masam melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpenku
ContoDari sini, aku bisa berkomunikasi langsung secara tersirat tanpa harus melihat raut wajah manusia. Jika kalian suka, boleh tinggalkan sesuatu untukku? Hanya itu dukungan yang aku mau untuk terus menjalani hidup dan berkarya. Cerita di dalam sini se...