All About True Love

12 3 1
                                    

mαnαkαlα hαtí mєnggєlíαt mєngusík
rєnungαn

mєngulαng kєnαngαn sααt cíntα
mєnєmuí cíntα

suαrα sαng mαlαm dαn síαng sєαkαn
вєrlαgu

dαpαt αku dєngαr ríndumu
mєmαnggíl nαmαku

*****

Kisahku terlalu kacau. Ini semua hanya kebetulan dan dibuat-buat, kan? Namun, kenapa perasaanku sama saja seperti dulu? Sungguh, aku lelah dengan permainan ini.

Sudah berapa tahun aku sudah tidak menemuinya? Ah, kenapa dia tetap tidak kembali? Apa dia sudah tidak menyayangiku lagi? Tolong siapa pun, aku ingin tahu kabarnya di sana.

Aku pun bergegas pergi dari rumah dan menuju suatu tempat. Dia pasti ada di sana dan menungguku datang menjemput. Aku percepat laju kendaraan agar lebih cepat sampai.

Lima belas menit kemudian, aku telah sampai di sini. Suara kendaraan yang terlalu bising membuatku tidak nyaman. Ah, aku akan menunggunya di dekat pintu keluar. Namun, hingga malam pun dia tidak terlihat dari penglihatanku.

Tuhan, aku kangen dia. Aku ingin bertemu meski hanya sekali. Aku tidak ingin uang miliknya lagi, karena aku sudah bekerja. Aku ingin dia pulang dan memeluk tubuhku. Tuhan, aku kangen … ibuku.

Bandara ini mulai sepi dan aku tetap tidak melihat ibu. Aku pun menyerah untuk ke sekian kali dan pulang dengan perasaan yang campur aduk.

*****

αku tαk pєrnαh pєrgí,
sєlαlu αdα dí hαtímu

kαu tαk pєrnαh jαuh,
sєlαlu αdα dí dαlαm hαtíku

sukmαku вєrtєríαk,
mєnєgαskαn ku cíntα pαdαmu

tєrímα kαsíh pαdα mαhα cíntα
mєnчαtukαn kítα

*****

“Kakak, Ibu sudah menyiapkan makanan kesukaanmu. Ayo, kita makan bersama.” Suara itu membuatku bergegas ke meja makan. Di sana sudah ada banyak sekali makanan, termasuk makanan kesukaanku.

“Enak sekali! Terima kasih, Bu.” Aku tersenyum dan mencium kening ibu. Kebahagiaan ini membuatku merasa ada, meski bapak sudah pergi meninggalkan kami. Ah, bukan meninggal. Hanya saja, ada yang lebih baik menurut bapakku.

Selesai makan, aku pun membereskan meja makan dan mencuci alat makan hingga bersih. Setelah itu, aku menemui ibu di ruang tamu. Dia sedang menonton televisi rupanya. Kudekati ibu dan memeluknya dari belakang.

“Aku sayang Ibu. Ibu jangan ke mana-mana, ya? Nanti aku sendirian di sini.” Saat aku berkata begitu, ibu seakan tidak fokus. Napasnya tiba-tiba berhenti sejenak, lalu ia tersenyum.

“Ibu tidak akan ke mana-mana. Ibu selalu ada di sini.” Aku kira akan terjadi sesuatu, ternyata hanya pikiranku saja yang negatif. “Ayo, kita ke mall. Sudah lama ibu tidak jalan-jalan bersama. Cepatlah mandi dan ganti baju.”

Dengan rasa antusias, aku pun pergi ke kamar untuk mandi dan ganti baju. Selesai mandi dan berganti pakaian, aku kembali ke ruang tamu. Kulihat ibu sudah siap dengan pakaian sederhana, tetapi elegan dan tampak sangat cantik.

“Aku sudah siap, Bu.” Aku tersenyum. Bahagia memang terlalu sederhana.

*****

Kumpulan CerpenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang