Penyakit "Tak Kasat Mata"

20 1 0
                                    

     Saat dunia mulai berubah, aku masih tetap di jalur yang sudah disepakati. Saat dunia berubah, aku mulai melewati semua rintangan yang menyakiti. Saat dunia telah berubah, aku akan selalu mengenangmu, Kasih.
- Momo

👻👻👻👻

     “Ugh ... a-aku di mana?” tanya seorang pemuda dengan kepala yang diperban. Pemuda itu terus menerus menyentuh dahinya tanpa tahu apa yang terjadi. Namun, semua orang di dalam ruangan itu tampak panik dan langsung memanggil pria yang menggunakan jas putih.

     “Syukurlah, anak Ibu sudah siuman dan kondisinya juga stabil.” Dokter itu memberi senyum kepada pemuda dan kedua orang tuanya, lalu pergi untuk mengurus pasien yang lain. Saat itu, sang pemuda yang ingin bertanya sesuatu kepada dokter harus rela menelannya kembali.

     “Nak, tidak usah gelisah. Setidaknya kau sadar dan diberi kesempatan untuk hidup. Lain kali jangan lakukan lagi, ya?” Ibu pemuda itu membuat dirinya merasa aneh. Selama ini ia tidak melakukan apa pun yang merugikan diri sendiri dan orang lain disekitarnya.

     Di ambang pintu ruang rawat inap, terdapat seseorang yang tersenyum dan menangis melihat sang pemuda telah siuman. Ia merasa bangga dan terharu dengan apa yang sudah dilakukannya, meski itu membuat kerugian yang sangat besar. Orang itu tidak tahu, jika sang pemuda sama sekali tidak mengingat apa pun yang sudah terjadi semalam.

👻👻👻👻

     Dua minggu telah berlalu, sang pemuda sudah hidup sedia kala. Ia sudah bisa bersekolah kembali, meski harus mengejar ketertinggalan yang cukup menyita waktu untuk beristirahat. Setiap kali bel istirahat bernyanyi dengan nyaring, ia segera menuju perpustakaan untuk belajar beberapa materi.

     Hari ini, seperti biasa ia bergegas menuju perpustakaan yang berada di tengah-tengah sekolah. Keadaan perpustakaan itu sangat sepi, hanya ada 2 penjaga dan 1 murid perempuan di sana.

      Pemuda itu pun duduk di salah satu bangku perpustakaan dan mulai belajar. Sebagai siswa kelas 12, pemuda itu harus sangat ekstra untuk belajar dengan giat. Dia bukan orang yang pintar, malah termasuk bodoh di kelas. Pemuda itu sendiri tidak tahu kenapa dan untuk siapa ia belajar dengan sangat keras.

      Semenjak pemuda itu keluar dari rumah sakit, banyak hal yang membuat orang tuanya bingung. Ia tiba-tiba meminta satu buku yang sangat tebal untuk ujian masuk universitas. Ia juga meminta orang tuanya untuk ikut les. Semuanya dilakukan dengan spontan, tanpa tahu alasan yang sebenarnya.

     “Ah, itu salah. Rumus dalil rantai bukan seperti itu. Tuh, kamu tidak menemukan jawabannya.” Ucapan itu membuat sang pemuda terperanjat dari duduknya, lalu menengok ke kiri. Perempuan itu menunjukkan wajah dan gigi gingsul yang membuatnya manis.

     “Lalu, bagaimana?” tanya si pemuda. Perempuan itu pun menjelaskan rumus turunan dengan sangat detail sampai mendapatkan hasil yang benar. Mata pemuda itu berbinar dan menatap si perempuan dengan antusias, membuatnya salah tingkah.

     “Wah, pintar sekali. Kau mau mengajariku lagi?”

     “Dengan senang hati. Aku akan mengajarimu sampai lulus dan masuk PTN yang kamu tuju.” Sekali lagi, mata sang pemuda pun berbinar. Ia antusias sekali untuk mengerjakan beberapa soal sekaligus hingga jam istirahat selesai.

     “Aku akan ke sini setiap hari. Jika kau mau, temani aku di sini dan kita bisa belajar bareng.” Pernyataan itu membuat si perempuan ragu. Ia mengerutkan dahinya, berpikir bahwa pemuda di depan matanya ini benar-benar memiliki niat yang baik.

     Saat keputusannya sudah final, ia pun berkata, “Oke. Sampai jumpa besok.”

👻👻👻👻

Kumpulan CerpenkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang