06

1.5K 58 2
                                    

Gal, Misell balik lagi. Dan sekelas sama gue.

Pesan masuk ke ponsel Galang. Lelaki itu mengernyit, apa maksudnya? Bukannya Misell menetap di Jakarta? Ricko menoleh kearah kembaran Gilang itu.
"Ada apa, Gal?" Galang menoleh tanpa menjawab pertanyaan Ricko.

Bel istirahat berbunyi, dengan cepat Gilang dan Rifan keluar dari kelas. Demi menghindari Misell. Rifan sudah mengirimkan pesan kepada Galang agar menyusul ke kantin. Daritadi Gilang hanya diam dan tatapannya jadi datar.

"Kenapa Misell balik lagi? Bukannya dia menetap di Jakarta?" tanya Galang to the point.
"Pake acara satu sekolah sama kita lagi." lanjut Rifan.
"Ngomong apaan sih?" tanya Ricko dengan polosnya.
"Misell balik lagi, dan satu kelas sama gue." sahut Rifan.
"Udah jangan bahas dia. Muak gue." ucap Gilang ketus. Ketiganya saling tatap dan diam.

"Sya, lo kenapa? Cerita sama kita, Sya!?" desak Alia.
"Sya, kita siap jadi pendengar yang baik buat lo." lanjut Alisa.
"Jangan dipendam sendiri. Cerita sama kita." lanjut Azkia sambil mengelus tangan gadis itu.
"Dia balik lagi." ucap Asya begitu pelan. Ketiganya saling tatap dan membulatkan mata.

***

Gilang tidak selera menyantap makanannya. Padahal perutnya lapar. Moodnya sudah tidak baik lagi sejak tadi, sejak dia datang.

"Gil, gue ngerti perasaan lo. Tapi lo harus makan, gue ngga mau lo sakit." ucap Galang.
"Ngga selera. Gue cabut." Gilang beranjak meninggalkan kantin.
"Gue ngga suka liat Gilang jadi gini. Gue suka Gilang yang slengean." ucap Ricko.
Galang dan Rifan mengangguk setuju.

Perempuan berbaju ketat itu menghampiri meja dimana Galang dan kedua sahabatnya sedang makan.

"Galang! Gilang mana?" tanyanya antusias.
Galang melirik gadis itu sinis. Rasanya enggan menjawab, begitu juga dengan Rifan dan Ricko.
"Ihh.. Gue kok malah didiemin sih?!" decak gadis itu.
"Gilang mana? Gue kangen banget sama dia." lanjutnya tanpa bersalah.

Galang memberi kode kepada keduanya untuk segera meninggalkan kantin.
"Galang! Mau kemana?!" teriak gadis itu.

"Galih maksud lo? Maaf Sya." tanya Alia.
Gadis berambut coklat itu mengangguk.
"Mau ngapain lagi coba?! Udah nyakitin eh ngga tau diri." ucap Alia emosi.
"Jangan marah-marah gini,Li. Galih juga ngga ada disini." Azkia menenangkan Alia.
"Ih! Gue kesel banget sama tuh orang. Awas kalo masih berani nampakin mukanya didepan Asya lagi. Gue jamin mukanya bakalan bonyok." Alia dongkol.

Gadis itu berlari mengejar rombongan Galang. Hingga berteriak-teriak memanggil nama Galang, tapi tetap saja dicuekin.
"Galang! Tungguin gue!" teriak gadis itu.

Gilang baru saja keluar dari kamar mandi, setelah melakukan panggilan alamnya. Baru saja melangkah keluar, tiba-tiba ada yang menabraknya hingga terjatuh.

"Kalo jalan pake mata." ucap Gilang sinis.
Gilang membersihkan hoodienya, tak sengaja manik matanya menangkap seorang gadis yang sudah merusak moodnya hari ini.
"Gilang?" ucap gadis itu sambil tersenyum.
Tanpa menjawab, Gilang langsung pergi meninggalkan gadis itu.

"Gilang! Tungguin gue. Gue mau ngomong sama lo." teriak gadis itu. Gilang berhenti dari jalannya tentu saja tanpa menoleh.
"Gue kangen banget sama lo. Lo ngga kangen sama gue?" ucapnya.
Tidak ada jawaban. "Gue kangen sama lelucon lo, gue kangen perhatian lo, pokoknya gue kangen semuanya yang ada di lo." lanjutnya.

"Ngga usah ganggu gue lagi. Gue udah muak sama lo." ucap Gilang sinis.
"Jangan kejar gue. Gue ngga berharap dikejar sama cewek kayak lo." lanjutnya.
Gadis itu terdiam sambil meneteskan air matanya.

G I S Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang