Happy Reading!
Sempatin update deh:")
Pagi ini mentari secerah senyum doi sedikit tertutup awan kelabu. Rintik hujan pun tak dapat dielakkan, burung-burung kecil pun terbang kesana kemari mencari tempat teduh.
Jalan-jalan dipenuhi oleh berbagai kendaraan, bahkan kendaraan satu sama lain saling bersautan dengan membunyikan klakson.
Asya tengah menatap jalanan yang ramai itu sambil melamun. Ntah apa yang ia pikirkan saat ini. Satria sibuk mengendarai mobil hitamnya, sambil mendengarkan sebuah lagu dari penyanyi luar negeri, yakni Charlie Puth- Dangerously.
Tiba-tiba, ponsel bercasing kuda poni itu bergetar. Gadis itupun menggeser logo hijau.
"Iya, bentar lagi gue nyampe."
"Iya, bawel amat sih."
"Hm, oke."
Panggilan yang masuk itu terputus. Hal itu membuat Satria menoleh kearahnya, "Udah nyampe loh, turun gih."
Dengan lempengnya, gadis berambut coklat itu mengangguk.
***
Gilang berjalan santai menuju kelasnya. Lagi, ia mengemut permen tangkai milkita cokelat. Lelaki berhoodie abu-abu itu sesekali melirik ke kanan dan kiri. Tak sengaja, manik matanya menangkap dua sejoli yang tengah berdebat.
Tanpa sadar, kedua alisnya bertaut, tanda tak mengerti apa yang terjadi pada kedua sejoli itu. Tanpa berniat ingin tahu, lelaki itu mengendikkan bahunya dan berkata pelan, "Bodo amat."
"Pada masa demokrasi terpimpin, banyak terjadi pergolakan karena banyak mahasiswa yang tidak setuju akan kehadiran PKI. Dan pada saat itu, banyak terjadi demontrasi karena negara mengalami krisis ekonomi."
Alia tengah sibuk menghafalkan karena jam pertama nanti akan diadakan ulangan harian Sejarah Indonesia.
"Eh, udah datang." kekeh Alia saat Asya tengah menatapnya intens.
"Gue ada gosip terbaru buat lo."
"Apaan?"
"Voting dating lo sama si-ehem udah nyampe 65%. Itu amazingg, Asya Wahyuningrum." Alia bertepuk tangan pelan.
"Serius?" gadis itu membulatkan matanya.
"Iya, semoga lo segera dating sama si ehem." Alia mencolek pipi sahabatnya itu.Tanpa sadar, jantung gadis itu berdebar kencang. Gue harus gimana? Bahagia atau biasa aja? Ucapnya dalam hati.
"Kan gue bilang, kalo bisa kita rencanain itu."
"Gue ngga setuju! Ngerti lah."
"Yaudah, kalo lo ngga setuju, biar gue aja yang jalanin semuanya, sen-di-ri!"
"Ide lo konyol. Endingnya biar gue tebak, dia ditolong lagi sama orang yang sama. Ha-ha."
Gadis itu menampar pelan pipi lawan bicaranya itu. "Diam lo! Ngga usah sok tau!"
"Ngga usah main kasar, girl. Kalo lo cowok, gue bisa jamin muka lo pagi ini bakal biru-biru. Tapi sayang, lo cewek."
"Yaudah, tampar gue kalo lo mau!"
"Ngga ah, gue ngga se-pecundang yang lo kira. Udah deh, malas berdebat sama lo."
Lelaki itu berjalan pergi meninggalkan gadis yang tengah mengomel tanpa bersuara itu.
***
Kelas berplang XI IPA 1 itu senyap, semua murid sibuk berkutat dengan selembar kertas putih dengan pena yang berada di tangan. Ada sebagian murid yang lancar menjawab soal, ada juga yang garuk-garuk kepala saat membaca soal yang menurut mereka sangat rumit, ada juga yang sibuk menggoyangkan penanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
G I S Y A
Teen FictionTeruslah tersenyum karena dirimu sendiri, karena aku hadir hanya sebagai pelengkap kebahagiaanmu. Meski semesta kadang tidak berpihak kepadamu. Dan yakinlah Tuhan punya rencana terbaik untuk hidupmu. Tertanda, Gilang. Ini bukan cerita tentang si bad...