Happy reading zeyenggg!❤
♡♡♡
Rintik hujan turun dengan derasnya, gadis dengan rambut coklat sebahu itu asyik menatap jendela mobil yang basah karena hujan. Mengalir tanpa halangan, menetes cepat, lalu terganti dengan tetesan yang lain. Kadang hidup perlu seperti itu, meskipun pernah terpuruk namun harus segera bangkit kembali.
Satria sesekali melirik adiknya itu, tanpa sadar senyuman terukir dibibirnya. Asya sudah bisa tersenyum seperti dulu, walaupun terkadang ia memasang wajah juteknya. Ya, tidak apa-apa lah, anggap saja sebagai awal yang baik.
Gilang berjalan menyusuri koridor utama dengan mengenakan jas hujan plastik berwarna merah dengan percaya diri. Sehingga tatapan dari para murid tidak dapat dielakkan. Banyak dari mereka yang menahan tawa bahkan mengira bahwa lelaki itu meninggalkan urat malunya di rumah.
Ricko tertawa ngakak saat melihat Gilang berjalan kearahnya, "Ya Allah, Gilang. Kenapa pake jas hujan gini? Lo kan' naik mobil."
"Ya suka-suka gue lah, emang masalah buat lo? Ha-ha." Lelaki itu tertawa paksa sambil melepas jas hujannya.
"Iya-iya, serah elu dah. Kan lo yang malu, bukan gue." Balas Ricko setelah tawanya reda.
Gadis dengan ikat rambut kuda itu terus melihat kearah lapangan futsal. Bahkan ia tidak peduli bahwa rintik hujan sedikit membasahi hoodienya. Alia ingat betul saat Galang menyatakan perasaannya saat itu. Kira-kira sekitar satu bulan yang lalu.
"Al, lo tutup mata ya. Gue ada sesuatu buat elo." Ini pertama kalinya ia mendengar Galang berteriak kencang dengan semangat.
"Apaan? Harus banget tutup mata nih?" Alia sukses mengernyit heran.
"Harus dong, biar suprise." Lelaki itu terkekeh.
Jujur saja, jantung gadis itu sangat berdebar kencang. Yah, ibarat ada gempa 9.5 skala righter lah, kalo menurut Author sih gitu, iyakan nae?
"Kalo gue udah selesai hitung sampe seratus, lo boleh buka penutup matanya."
"Hah? Sampe seratus? Bisa berlumut gue nunggu lo selesai hitung." Alia mulai hiperbola.
Galang terkekeh, "Ngga ding, gue bercanda. Kalo udah sampe tiga, lo boleh buka. Ok?"
Gadis itu mengangguk, mengiyakan ucapan lelaki itu. Setelah ucapan ketiga selesai, dengan jantung berdebar kencang gadis itu membuka penutup matanya. Matanya membulat lebar saat dilihatnya Galang yang tengah memegang sebuah bucket bunga mawar besar.
"Maksudnya apaan, Gal?" Detak jantungnya berdebar kencang bahkan Alia sesekali membasahi bagian bawah bibirnya.
Galang tersenyum lebar, "Mau ngga sih jadi pacar gue?"
"Butuh jawaban satu aja, Lia. 'Iya' itu doang." Galang terkekeh pelan.
Alia meremas bagian samping roknya, gadis itu sungguh tidak menyangka akan berubah status sebentar lagi. Alia hanya tinggal menjawabnya saja.
Galang tersenyum lagi kearah Alia, lelaki itu menunggu jawaban. Semoga jawaban yang tidak menyakitkan hati. Alia membalas tatapan teduh itu, berulang kali ia menarik napasnya lalu membuangnya perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
G I S Y A
Teen FictionTeruslah tersenyum karena dirimu sendiri, karena aku hadir hanya sebagai pelengkap kebahagiaanmu. Meski semesta kadang tidak berpihak kepadamu. Dan yakinlah Tuhan punya rencana terbaik untuk hidupmu. Tertanda, Gilang. Ini bukan cerita tentang si bad...