Wajah lelaki berlesung pipi itu memar. Asya tidak sanggup melihatnya, rasanya ia ingin menangis saja. Gilang tersenyum kearahnya dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja tanpa suara.
Mobil hitam milik Gilang membelah jalanan yang tampak lenggang. Asya sesekali melirik kearah lelaki itu, wajahnya memar ditambah lagi dengan sudut bibirnya sobek. Ada darah yang sudah berhenti mengalir disana.
"Boleh mampir ke apotek dulu?" tanya Asya dengan ragu. Kalimat terpanjang yang pernah Gilang dengar. Lelaki itu tersenyum dan mengangguk.
Sesampainya di apotek, Asya langsung melepas seatbeltnya dan berlari kecil untuk segera masuk. Gilang mengernyit bingung, mengapa buru-buru sekali? Apakah gadis itu sedang datang bulan? Batinnya bertanya-tanya.
"Di obatin dulu lukanya." ujar Asya setelah menutup pintu mobil. Gilang bingung.
Gadis itu membuka betadine yang baru saja ia beli, dan menaruhnya pada kapas. Dengan hati-hati ia mengoles kapas itu di wajah Gilang.Gilang tampak kaget atas perlakuan gadis itu, wajah gadis itu tampak khawatir. Sebenarnya ini tidak sakit dan biasa saja.
"Aw! Aduh, pelan-pelan Asya." omel Gilang.
Katanya ngga sakit dan biasa saja, sekali lukanya ditekan langsung menjerit. Sok-sok'an sih, untung cakep. -Author.
"Jangan teriak deh, ntar dikira gue apa-apain lo lagi." ucap Asya dengan menempelkan jari telunjuk ke bibirnya.
Ya Allah, Asya kalo ngomong irit aja jantung gue bisa ngga sehat. Apalagi kalo ngga irit. Mungkin jantung gue udah ngga ada ditempatnya lagi, batin Gilang.
***
Gilang tiba dirumahnya, begitu masuk ia sudah mendapat beribu pertanyaan dari Bulan dan kembarannya.
"Ya Allah, itu muka kamu kenapa?"
"Gilang! Muka lo kenapa bisa bonyok?!"
"Kamu kelahi sama siapa?"
"Jadi jelek lo. Sekarang gantengan gue."
"Kok kamu kelahi sih, Gil. Gara-gara apa?"
Gilang mendengus pelan dan menjawab dengan santai, "Dihajar sama kak Reksi, gara-gara belain Asya."
Keduanya termangu mendengar jawaban Gilang. Tanpa sempat menjawab, Gilang sudah berjalan menuju kamarnya.
"Asya itu siapa, Gal? Kamu kenal? Kayaknya Mama pernah dengar nama itu deh." ujar Bulan sambil berjalan menuju dapur. Galang yang memainkan ponselnya menoleh kearah Mamanya dengan tatapan bingung.
Asya duduk ditepi tempat tidurnya. Masih terngiang jelas saat Reksi memukuli Gilang tanpa ampun. Gilang tidak membalas, seakan pasrah atas pukulan Reksi kepadanya. Sebenarnya gadis itu kesal, bisa-bisanya lelaki itu tidak membalas. Padahal mukanya udah babak belur. Dasar payah.
"Tadi diantar sama siapa?" tanya Hatta.
"Temen, Yah."
"Siapa namanya? Cewek apa cowok?" celetuk Satria sambil memakan keripik.
"Kebanyakan nanya, udah kayak polisi aja." kekeh Hatta.
"Ngga papa dong, Satria kan cuman pengen tau aja." sahut Satria.
Gilang menyantap makan malamnya dengan semangat. Hari ini Bagus tidak ada dirumah, karena ada tugas diluar kota. Kemungkinan akan pulang besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
G I S Y A
أدب المراهقينTeruslah tersenyum karena dirimu sendiri, karena aku hadir hanya sebagai pelengkap kebahagiaanmu. Meski semesta kadang tidak berpihak kepadamu. Dan yakinlah Tuhan punya rencana terbaik untuk hidupmu. Tertanda, Gilang. Ini bukan cerita tentang si bad...