15

1.1K 39 3
                                    

Happy reading!

Lelaki berlesung pipi itu sudah pulang sejak tadi. Tapi pikirannya masih terbayang tentang apa yang lelaki itu tanyakan. Bagaimana tidak, sudah setahun lamanya menutupi, tapi akhirnya ketahuan juga.

"Jadi gimana? Dia udah tau?" tanya Satria kemudian usai gadis itu menceritakannya.
"Udah." balas gadis itu singkat.
"Semoga ngga tersebar sih. Tapi kalo emang udah nyebar duluan, yaudah. Terima aja." ujar Satria sambil mengangkat bahunya.
"Udah, jangan dipikirin lagi. Gih, ke kamar. Ganti baju, lo bau." ucap Satria lagi sambil terkekeh.

Sesaat mobilnya baru saja sampai di rumah bercat abu-abu itu, Gilang tidak hentinya menebar senyuman kepada siapapun. Sampai-sampai, Galang dan Bulan mengernyit heran, ada apa dengan Gilang? Apakah ia sudah tidak waras?

"Assalamualaikum! Gilang is comeback!" ucap lelaki itu sambil tersenyum lebar.
"Wa'alaikumussalam." jawab keduanya.
"Hari ini Mama masak apa?" tanya Gilang.
"Tumben? Biasanya juga ngga pernah nanyain." Bulan mengernyit heran.
"Kesambet kali, Ma. Soalnya baru pulang dari rumah doi." ejek Galang.
"Doi? Siapa? Cewek kemarin yang anterin kamu karena pingsan?" tanya Bulan.
"Oo iya dong, Ma!" balas Gilang dengan semangat.
"Cieeee, Gilang." ejek keduanya serentak.
Barusan gue bilang apa?! Gilang membatin sambil membulatkan matanya.

***

Safira dan Hatta sudah mengizinkan Asya untuk bersekolah besok. Walaupun Asya yang membujuknya berkali-kali. Tidak apalah, seharian di rumah tanpa melakukan apa-apa sangat membosankan.

"Gimana, Ma, Pa?" tanya Asya lagi untuk ketiga kalinya.
"Hmmm... Gimana, Pa? Mama ikut aja." balas Safira.
"Boleh, tapi kalo terjadi apa-apa langsung hubungi abangmu yaa." putus Hatta.
"Satria, gimana? Siap jaga adikmu?" tanya Hatta lagi.
"Siap 86!" balas Satria tersenyum sambil hormat kearah Hatta.

Lelaki berlesung pipi itu duduk didepan balkon kamarnya. Malam ini ia memutarkan lagu milik Maroon 5 ft Cardi B -Girls Like You. Seperti biasa secangkir cokelat hangat yang menjadi pelengkapnya. Sesekali ia menyanyikan sebait lirik lagu itu.

"Woi." ucap kembarannya seraya menepuk bahu Gilang.
"Allahu Akbar!" ucap Gilang karena kaget.
"Eh, ampas tempe. Ngangetin aja lo." Gilang langsung menoyor kepala Galang.
"Sa ae lo. Papa nyariin lo, hayo lo kenapa?" ucap Galang sambil meminum cokelat panas milik kembarannya. Setelah meminumnya, Galang mengernyit "Njir, apaan nih?" Galang langsung memeletkan lidahnya.
"Cokelat hangat. Gitu aja ngga tau." kekeh Gilang sambil berlari kecil.

"Cokelat hangat? Hah?! Gue butuh air putih!" Galang langsung meletakkan cangkir itu asal dan berlari meninggalkan kamar Gilang.

Malam ini, Satria minta ditemanin ke toko buku yang waktu itu mereka datangi. Asya telah siap, ia hanya tinggal memberi lipbalm agar bibirnya tidak tampak pucat.

Selama perjalanan, Asya diam sambil menikmati angin yang masuk dari luar. Kaca mobil sengaja ia buka, padahal Satria sudah melarangnya. Takut masuk angin katanya begitu.

"Ada apa, Pa?" tanya Gilang saat menghampiri Bagus yang tengah menonton televisi. Bagus mengernyit, "Apaan? Emang Papa manggil kamu?"
Gilang mengangkat sebelah alisnya, "Tadi si Galang bilang gitu." Lelaki berlesung pipi itu menunjuk kearah atas (kamarnya).
"Suer. Papa ngga manggil kamu, Gilang." Bagus membentuk tanda peace. Mata Gilang membulat.

"Galang kampret! Lo ngerjain gue, dasar ampas tempe!" teriak Gilang sambil berlari menuju kamar kembarannya. Sedangkan Bagus hanya terkekeh melihat aksi anak kembarnya.

G I S Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang