46

515 15 0
                                    

Terima kasih untuk segalanya. Aku bersyukur bahwa Tuhan telah mengirimkan seseorang yang tepat saat ini. Yaitu kamu:)
-Asya Wahyuningrum

Happy reading beb!

🐝🐝🐝

Bel masuk sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu, namun lelaki bersepatu convers hitam putih itu berjalan santai menyusuri koridor. Sebenarnya Gilang tidak terlambat, hanya saja Pak Andrea menyuruhnya untuk melakukan sesuatu.

Ricko berdecak kesal didepan pintu kelas karena sudah sejak tadi ia menunggu sahabat gilanya. Tapi dari tadi Gilang tidak menampakkan batang hidungnya. Ah, bikin bete saja.

"Woi upil naga! Dari mana aja sih lo?! Udah satu jam gue nungguin lo disini kampret." Tukas Ricko dengan nada kesal.

"Biasa aja kali, Rick, marahnya. Gue kan ngga suruh lo nungguin gue." Sahut Gilang santai dan menuju bangkunya.

Untung saja guru sedang tidak ada. Berada di kelas dua belas memang cukup menyenangkan karena guru sering tidak masuk kelas. Menyenangkan namun lumayan merugikan beberapa murid. Terkecuali Gilang, Ricko, dan kawan-kawan.

"Ini tuh urgent, Gilang." Ricko mendesah pasrah karena Gilang sungguh melupakan hari apa ini.

"Apanya sih? Ah, elah." Gilang menatap Ricko dengan malas.

"Lo lupa sama hari ini ya, Gil?" Tanya Ricko seraya melebarkan kedua kelopak matanya.

"Ini hari senin." Balas Gilang dengan malas seraya menunjukkan layar ponselnya kearah Ricko. Tepat didepan wajahnya.

"Is, kalo itu gue tau, njir." Ricko langsung menghela napas gusar.

"Yaudah kalo tau, terus ngapain nanya." Sahut Gilang dengan lirikan sinis.

"Sumpah, Gil, masa lo lupa sih? Astagfirullah." Ricko mengelus dadanya perlahan.

"Langsung aja kali, Rick. Ribet amat pake kode-kode." Ucap Gilang dengan santai.

"Hari ini tuh...." Ucapan Ricko tergantung sebab Bu Selly baru saja masuk seraya mengucapkan salam.

Sedangkan Ricko menghela napas pelan seraya mengelus dadanya, sementara Gilang hanya mengendikkan bahunya acuh.

***

Asya menyantap batagornya dengan santai. Sedangkan Alia, Alisa, dan Azkia terus menatap gadis itu tanpa berkedip. Ada apa? Karena merasa diperhatikan, Asya menoleh seraya mengangkat sebelah alisnya.

"Sya, kita ke kamar mandi dulu ya." Alia bersuara seraya menyengir kecil.

"Bertiga?" Tanya Asya yang menatap ketiganya heran.

Spontan mereka bertiga mengangguk pelan dengan raut wajah yang sedikit mengernyit.  Asya langsung mengendikkan bahunya seraya mengangguk pelan, gadis itu menyetujuinya.

Dengan saling mendorong, akhirnya mereka bertiga menghilang dari pintu kantin. Dan kini tinggal gadis itu sendiri sambil menyantap batagornya dengan segera. Asya sedikit mencurigai mereka bertiga. Ada apakah sebenarnya?

Ketiga gadis berinisial 'A' itu berhenti di halaman belakang sekolah. Disana sudah ada keempat lelaki berinisial 'G' dan 'R'.
Tak ada suara bahkan mereka semua hanya saling menatap. (👀)

"Jadi hari ini Gilang lupa kalo hari ini tuh hari apa." Ricko bersuara seraya melirik Gilang dengan malas.

"Hari ini kan hari ulang tahunnya Asya. Masa lo lupa sih, Gil? Pacar macam apa lo?" Sahut Alia dengan mengernyitkan dahinya dalam.

G I S Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang