42

550 23 0
                                    

Happy reading gais!❤

🍕🍕🍕

Aroma sup ayam menyeruak ke seluruh ruangan dapur. Hatta dan Satria sudah duduk manis di meja makan menunggu makanan segera dihidangkan.

Asya turun dengan mengenakan seragam olahraga yang dibalut manis oleh hoodie hitam milik abangnya. Lengkungan senyum manis terlihat menyapa tatkala gadis itu duduk disebelah Satria.

"Nanti di sekolah baik-baik ya, nak. Abangmu ini sebentar lagi akan merantau." Ucap Hatta setelah meminum kopi hitamnya.

"Siap, Ayah. Rumah bakal sepi deh tanpa abang galak yang gantengnya Masya Allah." Asya mengulum senyum.

"Baik-baik, Sya. Terus jadi Asya yang seperti ini aja. Gue suka Asya yang suka menebar senyum dan kebahagiaan." Satria menepuk puncak kepala adiknya itu.

"Abang juga baik-baik aja disana. Jangan putuskan komunikasi antara kita semua." Sahut Safira dengan raut wajah terharu.

"Iya, Ma. Itu pasti dong." Balas Satria seraya memeluk Safira erat. Lalu Asya dan Hatta menyusul.

Ah, pagi ini menjadi momen haru karena sebentar lagi anak lajangnya itu akan merantau ke luar Batam.

Setelah dilewati oleh sarapan pagi bersama, kini Asya mengendarai motor maticnya untuk menuju sekolah. Untuk seterusnya gadis itu akan berangkat ke sekolah naik motor. Tak apalah, Asya menikmati ini semua.

Satria harus melanjutkan studinya di Yogyakarta dengan mengambil jurusan pendidikan kedokteran. Peluang ini sangat bagus walaupun Satria harus meninggalkan keluarganya disini.

Untuk: Abang, Satria Wahyuningrum.

Abang, baik-baik disana. Belajarlah dengan giat, banggakan mama dan ayah, terus sehat dan bahagia menjalani semuanya.

Ingat bang, berikanlah kebahagiaan kepada mama dan papa atas apa yang abang raih nanti. Dan terimakasih telah jadi cinta kedua Asya setelah Ayah:)

Salam manis,

Asya.

Surat yang tidak sengaja terbaca oleh Satria itu sukses membuat air matanya memupuk diujung mata. Di paling bawah kertas itu terdapat bekas setetes air mata disana. Satria menduga adik perempuannya itu sempat meneteskan air mata saat menulis suratnya.

"Sama-sama, Sya. Abang harap Asya tetap jadi si ceria yang baik hati. Teruslah tersenyum walaupun seluruh dunia membenci dirimu." Gumam Satria dengan pelan seraya tersenyum singkat.

Setelah memarkirkan motornya, gadis berambut sebahu itu tak sengaja berjumpa Gilang di parkiran. Lelaki itu melambaikan tangan seraya tersenyum manis.

"Kamu bawa motor nih sekarang?" Tanya Gilang dengan nada menggoda.

"Iya dong, ternyata lebih seruan naik motor dari pada naik mobil." Sahut Asya dengan semangat.

"Tapi kan menurut sebagian cewek, naik motor itu suatu hal yang malesin." Ucap Gilang sambil merangkul gadis itu.

"Banyak polusi udara? Panas? Kulit jadi terbakar?" Tebak Asya yang diangguki pelan oleh lelaki itu.

"Padahal kan bisa pake masker, pake body lotion, pake sun blok." Balas Gilang seraya tersenyum kepada beberapa orang yang menyapanya.

"Iya, bener. Tapi menurut aku sih, tergantung orangnya juga. Mungkin karena udah terbiasa naik mobil, jadi aneh pas naik motor. Persepsi orang berbeda." Asya mengangguk seraya menoleh kearah Gilang dengan senyuman.

G I S Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang