Happy reading!
Bel masuk berbunyi nyaring, membuat Gilang mengumpat dalam hati. Bagaimana bisa disaat-saat darurat seperti ini bel berbunyi, ck. Tapi mau tak mau, lelaki itu harus segera ke kelasnya. Untungnya Gilang tau, kemana gadis itu dibawa pergi.
Alia asyik mondar-mandir dibangkunya. Dimana sahabatnya? Kenapa belum datang juga, tidak mungkin terlambat kan? Apa sahabatnya itu tidak masuk? Kalau iya pasti Satria sudah menitipkan surat.
"Kenapa sih, Li? Mondar-mandir, udah kayak setrikaan aja lo." Rifan berucap.
"Aduh, lo liat Asya ngga sih? Masa dia belum datang juga?" Alia bertanya dengan cemas.
"Oh, Asya. Mungkin dia ngga masuk sekolah." balas Rifan sambil mengangguk.
"Ngga mungkin. Pasti dia kabarin gue." Alia duduk sambil menopang kepalanya dengan tangan.Tak lama, Bu Selly datang dan segera memberikan materi pelajaran baru.
Asya, lo dimana sih? Gumam Alia dalam hati.
Pintu kelas berplang XI IPA 2 itu terketuk. Membuat Bu Ajeng berdecak kesal. Ada saja yang menganggunya disaat ia sedang mengajar.
"Masuk." Bu Ajeng berjalan menuju pintu.
"Ibu, hehehe." Gilang menyengir sambil menggaruk tengkuknya.
"Kamu darimana? Kenapa kamu terlambat?" tanya Bu Ajeng sarkastik.
"Dari toilet, bu. Tiba-tiba saya mules." Gilang kembali menyengir.
"Yaudah masuk. Tapi angkat satu kaki dan jewer telinga kamu didepan kelas."
"Yah, ibu kok tega sih? Ntar kalau saya mules lagi gimana?" Gilang memelas.
"Oh, kamu nawar? Yaudah lari keliling lapangan lima kali, gimana?"
"Iya deh, bu, iya." akhirnya Gilang mengangguk pasrah.Setelah meletakkan ranselnya, Gilang berdiri didepan kelas dan melakukan apa yang dikatakan oleh Bu Ajeng. Dari tempat duduknya, Ricko asyik tertawa sendiri sambil menunjuk kearah Gilang.
"Awas lo." lafal Gilang tanpa suara. Sedang Ricko terkekeh sambil menjulurkan lidahnya kearah Gilang.
***
Gadis berambut sebahu itu menggeliat, semua badannya terasa sakit. Setelah membuka matanya, gadis itu mengernyit ketika menyadari bahwa ia berada di gudang sekolah. Tangan dan kakinya tidak bisa digerakkan, mulutnya pun tertutup lakban hitam.
Bel surga alias bel istirahat berbunyi nyaring seantero sekolah. Gilang langsung berlari tanpa memperdulikan panggilan dari Ricko. Satu tujuannya saat ini, segera menuju gudang belakang sekolah.
Asya terkejut saat melihat tikus-tikus gudang berjalan kearahnya. Ia mencoba menggerakkan kakinya berusaha agar tikus itu pergi. Bukannya Asya takut, ia hanya geli.
Semoga ada orang yang datang untuk nolongin gue. Asya berdoa dalam hati.
"Asya ngga masuk?" begitu tanya Alisa saat sahabatnya itu tidak ada didalam kelas.
"Ngga tau, gue takut dia kenapa-napa." Alia menggeleng lemas.
"Udah tanya ke kak Satria?" tanya Azkia sambil mengelus pundak Alia.
"Belum, tolong tanyain. Ambil aja hp gue, ada didalam tas." ujar Alia."Gilang! Lo mau kemana sih?!" Ricko berteriak.
"Mau nolongin Asya." balas Gilang tanpa menoleh kearah Ricko.
"Memangnya Asya kenapa?" tanya Ricko lagi.
"Udah, ikut aja. Ntar pada heboh."Heboh? Apanya yang heboh? Ricko mengernyit heran.
Bang, Asya hari ini ngga masuk ya?
Masuk kok. Emangnya kenapa?
Asya belum datang dari tadi. Bahkan sampe sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
G I S Y A
Teen FictionTeruslah tersenyum karena dirimu sendiri, karena aku hadir hanya sebagai pelengkap kebahagiaanmu. Meski semesta kadang tidak berpihak kepadamu. Dan yakinlah Tuhan punya rencana terbaik untuk hidupmu. Tertanda, Gilang. Ini bukan cerita tentang si bad...